Gray POV
Aku bingung hendak merasa kesal karena ada sesuatu yg menghalangi pintu masuk, atau terkejut karena Claire yang berada disana.
Sial. Apa ini. Aku belum siap.
Tak lama kemudian, perkataan Mary kembali terputar dalam benakku.
"Aku melihatnya memeluk Dokter Trent."
Aku menggelengkan kepalaku. Kemudian memberanikan diri untuk menatap wajahnya. Saat itulah aku menyadari jika dia tak seperti biasanya.
Dia menundukkan kepala, membuatku tak bisa melihat sorot matanya yang biasanya terlihat bersinar. Dia juga tak responsif seperti biasa. Wajarnya, kalau kau terbentur pintu kau akan protes kan?
Tidak dengan dia. Dia hanya berdiri mematung sambil membawa keranjang serta kantung plastik di tangannya.
"Itu untukku?"
Gadis itu tersentak saat aku mengeluarkan suara. Mendapat respon begitu pun ikut membuatku terkejut.
"Ada apa?" Tanyaku dengan khawatir.
Dia mengangkat kepalanya untuk melihatku. Terlihat wajahnya pucat dan badannya gemetaran.
"Claire?"
Tanpa berkata-kata, dia meletakkan barang bawaannya kemudian berlari meninggalkanku. Dia berlari dengan susah payah.
Aku ingin mengejarnya, namun saat aku mengangkat kepalaku seusai mengangkat barang bawaan yang dia tinggalkan, aku mendapati tubuhnya telah dibawa oleh Trent yang entah sejak kapan berada disana.
Semua terjadi begitu cepat, tanpa memberikan jeda sedikitpun bagiku untuk mencerna semua kejadian yang baru saja terjadi kepadaku saat itu.
"Gray? Kalau tidak keberatan, tolong antarkan ini kepada Kai-"
Aku sempat mendengar suara Ann sesaat sebelum aku membatalkan niatku untuk bertemu dengan Kai. Kakiku bergerak kembali ke arah kamar, dan menyerahkan barang milik Claire kepada sepupuku tersebut.
***
Aku membuka mataku saat kudengar suara pintu dibuka.
Kudapati wajah yang familiar mengenakan bandana ungu dikepalanya tengah menatapku. Sinar lampu dari lorong yang menembus masuk juga menyilaukan mataku.
"Tidak biasanya kau tidur lebih cepat." tanya Kai sambil tersenyum. Di tangannya dia membawa sebotol air mineral.
Aku tak merespon pertanyaannya. Menyadari jika orang ini sudah pulang, menandakan aku tertidur dalam waktu yang cukup lama. Kuangkat tubuhku dari atas kasur.
Kai duduk di tepi kasurku. Sebelah tangannya membuka tutup botol air yang dia bawa.
"Ann bilang tadi siang kau ingin bertemu denganku, ada apa?"
"Bukan hal penting." jawabku singkat. Aku mengangkat kedua kakiku dan memeluknya. "Untuk saat ini."
"Gray?"
"Hm?"
"Apa terjadi sesuatu?"
Kai kembali bertanya dengan sorot mata cemas. Membuatku berpikir apakah aku harus memberitahukannya mengenai kejadian yang kualami hari ini.
Namun membayangkan bagaimana gadis itu dibawa oleh Trent membuatku panas. Seperti ada ribuan jamur yang menusuk diriku dari dalam tubuh.
Sejak kapan mereka menjadi sedekat itu?
"Tidak ada."
Tanganku merebut botol air dari tangan Kai, yang kemudian langsung kuhabiskan. Teman masa kecilku tersebut menghela napas melihat tindakanku.
"Mau jagung bakar?"
Aku meliriknya dari balik botol. "Kau masih punya stok?"
"Lusa aku akan menerima sekitar 3 karung lagi dari Claire, jadi--"
"Jangan sebutkan nama itu."
Keheningan langsung menyapa kami seusai aku berkata demikian. Kai terkejut melihatku tiba-tiba membentaknya.
"...tinggalkan aku sendiri."
Aku beringsut kembali menenggelamkan tubuhku di balik selimut. Mengharap dengan demikian aku dapat menyamarkan semua rasa kusut dalam benakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
FanfictionLelaki bernama Gray itu jarang sekali berbicara. Namun tingkah lakunya membuat Claire, gadis pindahan dari kota itu penasaran. Terutama saat kedua mata mereka bertemu. Entah sejak kapan, Claire menjadi tergoda untuk mendekatinya. Inginkan lelaki pen...