Jealousy

105 12 3
                                    

Gray POV

"Sudah larut malam, kamu sudah bisa pulang Gray."

"Sebentar lagi."

Aku menempa peralatan milik Rick yang selalu dia gunakan untuk peternakannya. Orang itu memang sudah berlangganan di tempat ini untuk seminggu sekali melakukan perawatan terhadap perkakas miliknya. Aku memastikan agar tidak ada karat atau kerusakan lain disana.

Berulang kali kugosok sabit itu diatas batu untuk mempertajam perkakas sebelum akhirnya aku masukkan kembali ke dalam karung.

"Kau tau, aku senang jika kau menjadi serius dengan pekerjaan ini.." Kakek memutus perkataannya sejenak sebelum melanjutkan. "Tapi, bekerja terlalu banyak tak baik untuk kesehatanmu."

"Untuk seseorang yang selalu meminum anggur setiap malam, dapatkah ucapan tersebut dipercaya?"

"Gray!"

Aku menghela nafas. Kukenakan kembali mantel yang kugantung di dekat pintu keluar.

"Istirahatlah selama 3 hari." Ujar Kakek saat aku memegang kenop pintu yang telah usang, sebelum meninggalkan ruangan itu tanpa bersuara.

***

Sudah 3 hari berlalu semenjak kejadian  itu. Hubunganku dengan Claire pun terasa semakin canggung.  Setiap kali kami berpapasan, dia selalu membuang muka, tanpa memberikan senyuman atau sapaan seperti biasanya. Menyadari itu, aku tak dapat berbuat banyak. Aku sendiri tak tau mengapa, masih merasa panas saat mengingat dia digendong oleh Trent.

Ini perasaan yang tak familiar. Apakah ini amarah? Tapi terasa jauh lebih menyesakkan daripada saat aku berdebat dengan si tua bangka itu.

Aku mengganti jam kerjaku. Berangkat lebih pagi dan pulang lebih malam agar tidak menjumpai Claire yang masih bekerja di lahannya. Karena di jam biasa, aku sering mendapati dia tengah mengurusi lahannya tersebut. Setelah aku mengganti jamku, disaat aku melihat ke peternakannya, hanya hamparan lahan dengan tanaman yang tumbuh subur terkena cahaya rembulan menyambut mataku. Tanaman yang sempat aku bantu dia dalam menyebarkan benihnya ketika Jack datang kemarin.

Melihat semua tanaman itu tumbuh subur tanpa kehadirannya disana, membuatku merasa sedikit kesepian.
Aku hendak membalikkan tubuhku untuk berjalan melewati desa, sebelum sebuah suara mendarat di telingaku.

"Gray?"

Cliff menyapaku sambil membawa bungkus kertas kotak berisi botol-botol bening didalamnya. Yang kutebak, adalah jus anggur dari tempat kerjanya. Dia berdiri di depan perkebunan anggur milik Duke sambil mengenakan kaus lengan pendek berwarna coklat dengan celana pendek berwarna hitam.

"Kenapa?"
"Mau pulang bareng?"

Aku menghela nafas, kemudian berjalan mendahuluinya. Cliff menganggap itu sebagai jawaban iya, dan berjalan di sampingku.

"Mau?" Dia mengeluarkan salah satu minuman yang dia bawa. Kuterima dengan cepat.

Kami berjalan melewati rumah-rumah warga yang sudah menyala lampunya. Selain suara burung hantu, sayup-sayup terdengar suara anak kecil dari rumah nenek Ellen beradu dengan suara jangkrik musim panas.

Mungkin si kecil Stu tidak ingin tidur?

"Kau tidak apa-apa Gray?"

Cliff kembali membuka suaranya saat tanganku sedang membuka penutup botol jus anggur. Tanpa menoleh, aku menjawab.

"Maksudmu?"

"Itu..." dia terdiam sejenak, menimbang-nimbang untuk tetap bertanya atau tidak. "Kau bertengkar dengan Cla-"

"Tidak."

Aku memutus ucapan Cliff sebelum dia sempat bertanya. Cliff terpaku sampai tertinggal beberapa langkah denganku. Hembusan angin yang melewati daun di semak-semak dan pohon di sekitar kami seakan memperparah atmosfir yang ada saat ini.

Darahku bergejolak hanya dengan mendengar namanya, diikuti dengan rasa sakit yang pelan-pelan menusukku dari dalam. Pikiranku dipenuh dengan kemungkinan jika Claire memiliki hubungan yang tidak kuketahui selama ini dengan Trent.

Aku tidak suka dengan perasaan ini. Rasanya menyakitkan.

Cliff menghela nafasnya, kemudian kembali menyamakan langkahnya denganku.

"Kau tau, lebih baik kamu mengatakan apa yang ingin kamu utarakan secepatnya."

"Apa maksud-"

Tangan Cliff memegang pundakku. Sorot matanya menatapku dengan tajam. "Jangan sampai terlambat."

Terdengar rasa penyesalan disana. Manik milik Cliff seakan memancarkan luka yang telah lama dia sembunyikan. Membuatku tak ingin melanjutkan ucapanku.

Beberapa saat kemudian, tatapannya melunak, lalu dia menepuk punggungku dari belakang sambil tersenyum. "Ayo, kudengar malam ini Ann memasak kari untuk kita, aku harus pulang cepat-cepat." 

"Bukannya untukmu saja?"
"Heii..."

Tak lama kemudian, Cliff memenuhi perjalanan kami dengan cerita mengenai pekerjaannya hari ini. Aku mendengarkannya meski separuh dari otakku seakan tidak berada disana.

***

Sial, aku terlambat.

Aku mempercepat langkahku melewati jalan berbatu di dalam desa. Tak seperti biasanya, jam wekerku tak berbunyi pagi ini. Membuatku terbangun jam setengah 8 pagi. Membayangkan bagaimana amarah Kakek nanti jika aku terlambat, membuat aku semakin memperlebar jangkauan kakiku.

Namun, langkahku terhenti saat melihat kakek berdiri di depan rumahnya dengan koper mungil. Tangannya memegang kunci yang kemudian dia masukkan di balik celananya.

Tak lama kemudian, kami saling bertatapan. 

"Gray? Bukankah sudah kubilang untuk beristirahat selama 3 hari?" ujar kakek heran melihatku berdiri di depan perkebunan milik Duke dengan penuh keringat.

Ah, benar juga. Karena itu aku tidak menyalakan wekerku kemarin.

"Kakek mau kemana?" tanyaku, tak kalah herannya. Karena setauku, sejak dulu kakek bukan tipe orang yang suka bepergian.

"Ada keperluan dengan teman lama, jadi aku akan pergi ke kota." Tangannya membawa koper mungil berwarna hitam, lalu berjalan ke arah peternakan milik Claire. "Kau bersantailah dahulu."

"Tidak bisakah aku menjaga tempat kerjamu sekarang?"

"Gray!"

Aku terkejut mendengar suara kakek yang lantang. Namun tak lama kemudian, dia berkata dengan nada yang lembut. 

"Dengan kondisimu saat ini, kau takkan bisa membuat apapun. Kau harus bisa menyelesaikan apa yang ada di pikiranmu saat ini." 

Setelah berkata demikian, kakek berjalan meninggalkanku.

Aku melepaskan topiku dengan gusar. Mengapa rasanya akhir-akhir ini tak ada kegiatan yang berjalan sesuai keinginanku? Dan mengapa perkataan semua orang seolah-olah tahu apa yang kurasakan? 

Memang apa yang mereka ketahui dari perasaan menyakitkan ini?

Aku berjalan meninggalkan rumah Duke, hendak kembali ke penginapan. Namun tak lama kemudian, aku menjumpai Trent keluar dari rumah Basil.

Say Something!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang