Diluar dugaan, ternyata aku bisa menikmati waktuku disini.
Dibalik pusat lautan buku-buku di desa ini, aku dan Mary menghabiskan waktu sambil bertukar beberapa buku. Sebagian besar buku yang dia berikan berisi hal-hal menarik yang ada di desa ini. Kami tidak banyak berbicara, namun sesekali dia menjawab pertanyaanku dengan penjelasan yang mudah kumengerti.
"Apa ini? Kappa?" aku mengernyit ketika membacanya. "Apa ini sejenis mitos?"
"Tidak juga, kakakmu pernah menemuinya." Mary menjawab sambil merapikan buku-buku yg sudah kubaca kembali ke raknya.
"Serius? Ceritakan dong!" Reflek aku menaruh bukuku ke atas meja, lalu berjalan ke arah Mary.
Mary tersenyum, lalu berjalan menuju deretan kursi yang berada di dekat tangga besar yg berada di tengah perpustakaan ini.
Perpustakaan di desa ini mungil, namun buku-buku yang dimiliki cukup bervariasi. Yang paling mendominasi adalah buku karya ayah Mary, Basil yang tempo hari membantuku dan Gray merawat lahanku. Warga desa juga berada di dalam buku-buku ini karena mereka ditulis oleh Basil sebagai narasumber. Seperti kakek Saibara dalam buku bertambang, Zack dalam buku event-event tradisional dalam desa, tak lupa Mayor desa ini juga turut andil didalamnya. Rak buku yg berukuran setinggi orang dewasa berdiri mengelilingi ruang perpustakaan ini hingga membentuk lingkaran, dengan tangga sebagai pusatnya. Di lantai dua terdapat sebuah pintu yang langsung menuju rumah utama.
Meski ruangan ini tak luas, namun dengan buku-buku yg ada, rasanya seperti difasilitasi oleh akses yg bisa membawa anganmu pergi kemana saja.
Aneh sekali, padahal biasanya aku paling tak tahan berada di ruangan seperti ini karena aku tak suka membaca, namun perpustakaan ini berbeda. Rasanya, aku seakan telah pulang ke rumah. Nyaman sekali.
Mungkin aku akan menetapkan tempat ini sebagai tempat beristirahat seusai kerja, pikirku senang.
"Jadi.." Mary berdehem sebentar sebelum memulai ceritanya. "Kappa adalah monster penunggu danau di hutan. Dia berwujud seperti kura-kura berukuran manusia, dengan telapak tangan dan kaki yang berselaput. Dia berukuran setinggi kita, dan dikepalanya terdapat sebuah duri-duri yg membentuk mahkota berwarna putih tulang. Mitosnya di dalam mahkotnya digunakan sebagai tempat untuk menaruh arwah-arwah anak kecil yang dia curi"
Telunjuk Mary menempel pada gambar mentimun di dalam buku yg kupegang. "Namun, Kappa yang berada di desa kita ini unik. Dia tidak mengkonsumsi jiwa, tapi ini. Kau bisa menemuinya bila melemparkan ini ke danau."
"Eh serius?" Aku tersenyum senang. "Kebetulan aku lagi menanam ini, apa aku coba saja memanggil dia ya?"
"Boleh saja. Pasti akan menjadi pengalaman yg menarik." Ucap Mary sambil tersenyum tipis. "Bila kau bertemu dengannya, kau akan dihadiahi oleh buah langka, yg bisa melipat gandakan kapasitas staminamu. Jack dulu menggunakan buah ini agar memiliki tenaga lebih dalam mengurus kebun tempat kamu tinggal sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
FanfictionLelaki bernama Gray itu jarang sekali berbicara. Namun tingkah lakunya membuat Claire, gadis pindahan dari kota itu penasaran. Terutama saat kedua mata mereka bertemu. Entah sejak kapan, Claire menjadi tergoda untuk mendekatinya. Inginkan lelaki pen...