Cracked

102 12 0
                                    

Gray POV

Entah sejak kapan, aku merasa kehadiran seseorang bisa memberikan begitu banyak dampak dalam kehidupanku.

Rasa senang untuk memulai hari, juga perasaan sesak yang membuatku ingin menghindar jauh-jauh darinya.

Salah satu pemberi dampak itu adalah seperti sosok yang berada di hadapanku saat ini.

"Gray?" Trent menoleh kearahku. Tangannya membawa sekantung tanaman dari rumah Basil.

Aku tak menjawab sapaannya. Entah mengapa, rasanya enggan sekali untuk mengeluarkan kata-kata kepadanya.

"Kau butuh sesuatu?"

Buru-buru aku berbalik arah. Malas untuk berjalan beriringan dengan manusia tersebut.

"Kau mau menemui Claire?"

Langkahku terhenti saat manusia tersebut menyebutkan nama perempuan yang akhir-akhir ini memenuhi pikiranku. Rasa sesak yg kurasakan semakin menjadi saat dia melakukannya.

"Sehabis ini aku mau kembali ke kota untuk membeli stok obat, jadi-"

"Akhir-akhir ini kau dekat ya dengannya."

"...apa?"

Aku menoleh ke arahnya. Tanpa beranjak dari posisiku saat ini. "Apa nona perawat tak cukup untukmu?"

Dahi Trent berkerut saat aku berkata demikian. "Elli? Dia tak ada hubungannya dengan ini."

Tak ada hubungan?

Kuremas tanganku kuat-kuat. Tak ingin menimbulkan keributan yang tak perlu, aku memilih untuk meninggalkan Trent tanpa mengatakan apapun.

***

Claire POV

Ya ampun Claire. Dari semua orang yang paling tak kuinginkan untuk melihatku dalam kondisi seperti itu, mengapa harus dia?

Berulang kali aku mengutuk diriku di depan cermin. Terlihat tampilan wajahku yang kusut serta kantung mata yang menebal akibat kurang tidur.

Namun setidaknya, rambut pirangku ini masih enak untuk dilihat. Pikirku lagi, berusaha mengumpulkan kepercayaan diri sebelum memulai hari.

Aku kembali mengecek penampilanku. Kuikat rambutku dengan model high ponytail. Kaus lengan pendek berwarna putih dengan overall berwarna pink muda yang nyaman dikenakan. Tinggal mengenakan sandal kulit, maka selesai sudah seragam kerjaku di musim panas ini.

Kuambil topi pantai berwarna coklat yang ditinggalkan kak Jack saat berkunjung tempo hari. Untuk bekerja di musim panas, katanya topi ini merupakan perlengkapan wajib. 

Setelah memastikan semua perkakas yang kubutuhkan telah berada dalam ransel, aku membuka pintu rumahku untuk memulai rutinitas.

***

"Claire!"

Aku melirik dari balik tanaman Jagung yang tengah kupanen. Terlihat ada dua orang berjalan mendatangiku dari arah gunung. Tanpa perlu melihat wajahnya, aku sudah bisa mengenali mereka.

"Elli? Sedang apa kamu kesini?" Aku beranjak dari posisiku. Kepalaku menoleh ke arah lelaki yang berjalan dibelakangnya. "Dan, dokter Trent?"

Trent hanya menganggukkan kepalanya untuk menyapaku. Sementara Elli berjalan kearahku sambil membawa kantung plastik dan kotak bekal di tangannya.

"Apa ini? Kalian habis kencan di gunung?"

"Bu-bukan!" Elli menampik pertanyaanku dengan wajah memerah. Sementara Trent hanya terbatuk mendengar penuturanku. "Aku mau meminta pendapatmu soal makanan buatanku, apa kamu tak keberatan?"

Say Something!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang