Why?

101 14 1
                                    

Claire POV

"Untuk penanganan lebih cepat, jika menggunakan pupuk disetiap jam tertentu.."

Mataku menyapu semua tulisan di pedoman itu dengan cepat. Buku cara untuk bertani yang kubeli sebagai bekal untuk bertahan hidup disini.
Musim panas sudah berlalu dua minggu dan tanaman musim panasku mulai memberi hasil panen yang cukup melimpah. Kecuali satu tanaman jagung yang berada di lahan.

"Apa yang salah ya?" pikirku sambil membalik halaman di buku tebal tersebut. Beberapa halaman lain turut terangkat akibat hembusan angin dari arah hutan.

Meski masih pukul 7, namun cahaya mentari sudah mulai terasa terik disini. Untunglah aku selalu menggunakan topi pantai setiap kali aku beraktivitas di musim ini. Meski enggan, aku juga mengenakan kaus lengan panjang untuk menghindari kulitku terpanggang.

"Yahoo Claire!" 

Aku mengangkat kepalaku. Kudapati teman masa kecilku sudah berada di depan rumah. Memberi isyarat untuk mendatanginya dengan gerakan tangannya.

"Jagungmu belum matang semua Kai, datanglah lusa nanti." 

"Apa?" Kai membulatkan matanya, kemudian dia kembali menggerakkan tangannya. "Ah tidak tidak, tujuanku bukan itu."

"Lalu?" Bibirku mengernyit ketika mencium semerbak aroma parfum yg cukup menyengat melewati hidungku. "Kau mau pamer karena habis mengunjungi kekasihmu di pagi hari?"

"Darimana kau tau?"

"Aromamu sudah seperti pedagang parfum curah di pasar." 

Kai mendengus mendengar ucapanku. "Enak saja! Yg kukenakan ini parfum mahal tau."

Aku terkekeh. "Lalu ada apa?"

"Kau bisa menemui dokter Trent siang ini?" Kai mengeluarkan sebuah amplop dari dalam sakunya. "Harusnya aku yang menemuinya, tapi mendadak ayahku akan menelpon di jam yang sama, jadi aku harus berada di bar pada jam itu."

"Bisa saja sih, tapi bukannya kau memiliki handphone?"

"Rusak, kemarin terkena air laut saat aku memancing bersama paman Greg hehe."

"Yasudah sini." Sahutku menyanggupi sambil mengulurkan tangan. Toh bukan permintaan yg memberatkan, karena memang hari ini aku ada jadwal untuk kontrol kesehatan dengan dokter Trent juga, pikirku dalam hati.

"Nah terima kasih, sekarang tinggal mengurusi kakek Saibara." 

"Loh? Ada apa?" 

"Gray sakit."

"EH?" Refleks aku merasa panik ketika kalimat itu disebutkan. Memikirkan Gray kini tidak dalam kondisi seperti biasanya menimbulkan perasaan tak nyaman didalam diriku. "Kenapa bisa? Parah tidak? Sudah dibawa ke dokter?"

Kai bersiul menanggapi rentetan pertanyaanku. "Wow relax honey, he isnt going to be dead tho."

"Jawab dong!" Sergahku sambil mencengkram pundaknya. "Bagaimana kondisinya?"

"He is fine! Cuma butuh istirahat aja." jawab Kai sambil tertawa. Puas sekali dia melihatku panik.

"Baguslah kalau begitu."

"Kau mau menjenguknya Claire?"

Mendadak ada suara lain yang bergabung dengan percakapan kami. Kali ini Popuri yang entah sejak kapan sudah berada di pintu gerbang peternakannya. Kemudian berjalan mendekati Kai dan mengamit lengannya seperti biasanya. 

"Kau bisa meminjam dapurku lagi jika kau mau." ujarnya. "Aku ingin sarapan dengan sandwich buatanmu lagi!" Dia menoleh ke arah Kai sebelum melanjutkan. "Claire pernah meminjam dapurku untuk membuat sandwich telur yang enak banget!" 

Say Something!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang