Claire POV
".....aku pasti akan kembali!"
"Janji ya?"
Kedua jari kelingking mungil itu saling bertaut. Pandangan mata pemiliknya saling bertemu, menampilkan perasaan sedih seakan tak ingin saling berpisah satu sama lain.
"Claire, sudah saatnya!" Jack mengibaskan tangannya untuk memanggil perempuan mungil tersebut.
Dengan keengganan, perempuan itu melepaskan tautan tersebut dan berjalan menuju Jack. Kepalanya menunduk sedih.
"Claire!"
Laki-laki itu kembali memanggil namanya. Membuat Claire menghentikan langkah tanpa menatapnya. Bola matanya berkilat menahan tangis.
"Kalau kamu kembali nanti..."
....Apa?
Aku membuka kelopak mataku yang terasa berat.
Sembari menatap langit-langit rumahku, pikiranku masih menerawang. Rasanya aku memimpikan sesuatu yang sudah lama..
Tunggu dulu, sejak kapan aku berada di atas kasur?
Terdengar suara dengkuran halus dari dekat kasurku. Saat kutoleh, kudapati Ann berada disana, tertidur di samping kasurku. Tubuhnya terbalut selimut. Di sofa, terlihat seorang laki-laki tertidur nyenyak dengan menutupi wajahnya memakai topi biru muda yang terasa familiar...
Pete?
Kepalaku terasa berdenyut ketika mengingat bagaimana pertemuan kami siang ini. Aku yang mendadak terkena panic attack ketika melihat anjing liar, bagaimana Trent dan Elli menghampiriku yang tak bisa bergerak...
Serta Pete yang tiba-tiba langsung memelukku.
Dipeluk.
Wajahku memanas ketika adegan itu kembali berputar di otakku.
Astaga memalukan sekali. Padahal sebelum aku pindah, aku berjanji akan memperlihatkan bagaimana suksesnya kebunnya ini setelah berada di tanganku. Serta bagaimana aku bisa menjadi seseorang yang lebih kuat...
Mengapa aku justru memperlihatkan kelemahanku?
Lebih buruk lagi, bukan hanya kepadanya. Namun juga kepada Ann, Kai...
dan Gray.
Lagi.
Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku yakin setelah ini dia tak mau melihatku lagi.
Sembari berpikir demikian, kembali kupejamkan mataku untuk melanjutkan istirahatku.
***
"Jadi.... ini apa?"
Aku menatap gundukan cemilan yang berada di depanku. Bungkusan keripik kentang, cokelat dan permen bertumpuk di lututku yang tertutupi selimut. Dan si gila Pete itu masih mengeluarkan hal lain dari tas ransel besar yang dibawanya.
Saat aku kembali membuka mataku, ternyata pagi sudah tiba. Setelah sempat terjadi kehebohan karena Ann yang terlalu antusias melihatku bangun, kali ini Pete ikut memperparah suasana dengan memberiku semua ini.
"Ah, kupikir kamu sudah rindu dengan cemilan kesukaanmu! Soalnya disini kan sudah pasti tidak ada." Jelas Pete sambil tersenyum lebar. "Oh iya, Flora menitipkan ini untukmu."
Dia meletakkan pakaian yang terlipat rapi dalam kantung plastik. Karena tercium aroma semerbak sabun, sepertinya ini baru dari laundry.
"Oh ya ampun, ini kan jaket kesukaanku!" Ujarku riang. Aku langsung mengeluarkannya dan memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
FanfictionLelaki bernama Gray itu jarang sekali berbicara. Namun tingkah lakunya membuat Claire, gadis pindahan dari kota itu penasaran. Terutama saat kedua mata mereka bertemu. Entah sejak kapan, Claire menjadi tergoda untuk mendekatinya. Inginkan lelaki pen...