Claire's POV
Perempuan berambut pink lembut itu mendatangi kami sambil membawa nampan berisi 4 piring scrambled egg dengan teko teh. Lengkap dengan 4 buah cangkir.
"Aku tak pernah menduga jika kalian serius mau kerumahku." Popuri, pemilik rambut berwarna lembut itu mengangkat sebelah alisnya. "Tidak biasanya Karen mengunjungiku. Biasanya hanya ibumu yg kesini."
Karen mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum. "Tak masalah kan? Lagipula ini hari libur."
Mary turut mengeluarkan sesuatu dari kotak kain yg dibawanya. Saat dia membuka ikatan kain, terlihat dua kotak bento tumpuk yg penuh berisi makanan. "Silakan, jika kalian berkenan."
"Wah boleh nih." mata Popuri berbinar melihat bekal yang dibawa Mary. "Masakan Mary kan enak banget! Claire, pastikan kau menghabiskannya ya!"
Aku tersenyum canggung. Dalam hati aku mengiyakan pendapatnya, namun, jika harus menghabiskan semua itu sekaligus...
"Hei Popuri, kau punya minuman enak tidak?" Tanya Karen sambil mengambil beberapa nasi kepal dari dalam kotak.
"Sepertinya ada soda, oleh-oleh dari Rick setelah pergi ke kota kemarin, mau?"
"Eeeh..."
"Tidak boleh minum alkohol dirumahku!" Sungut Popuri ketika melihat reaksi Karen, membuat kami tertawa. Kemudian dia turun ke lantai satu untuk mengambil beberapa soda kaleng dari kulkas.
"Hei, kenapa nasi kepalmu rasanya enak sekali sih?" Tanya Karen kepada Mary setelah menghabiskan nasi kepal yang sudah dia ambil tadi, lalu kembali mengambil yg lain. "Kau pakai bumbu apa?"
"Eh? Hanya pakai sedikit garam dan shoyu. Beberapa diantaranya kutambah miso.."
"Begitukah? Karena itu rasanya berbeda dari nasi kepal di supermarketku.."
Selagi mereka bercakap-cakap, aku termenung sambil memandangi kamar Popuri. Atau lebih tepatnya, kamar keluarganya.
Rumah Popuri yang dari luar terkesan seperti kandang ayam berukuran besar ini ternyata didalamnya nyaman sekali. Di lantai dua, terdapat satu double bed dengan dua single bed. Dengan dekorasi cottage yg sangat kental, kamar ini dipenuhi wallpaper kayu dengan beberapa pot bunga di setiap pojok ruangan, membuatnya makin sedap dipandang. Terdapat satu rak buku kecil di depan double bed yg sepertinya milik orang tua Popuri.
"Maaf ya kamar ini sempit." ujar Popuri sambil memberikan sekaleng soda kepadaku. "Kita seharusnya berkumpul di rumah Mary saja daripada disini."
Mary mengibaskan tangannya dengan raut wajah panik. "Jangan! Hari ini ayahku lagi bekerja, dia pasti akan marah kepadaku kalau aku tiba-tiba membawa tamu kerumah tanpa ijin."
"Bercanda." putri pemilik Poultry's Farm ini menjulurkan lidahnya, lalu duduk di sebelahku. Dia memandangku sambil menopang dagu.
"Kalau dipikir-pikir, aku belum pernah mengobrol banyak dengan Claire."
"Eh, begitukah?" Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. "Iya juga sih, aku terlalu sibuk mengurusi lahanku akhir-akhir ini."
"Iya, kita hanya pernah bertemu sekali, saat kau dan Gray pergi kencan ke air terjun."
Setelah Popuri berkata demikian, terdengar suara tersedak dan batuk-batuk dari Karen dan Mary yang tengah meminum teh. Aku sendiri terkejut sampai-sampai wajahku terasa panas.
"A-apa sih, kubilang itu bukan kencan!"
"Oooh lalu?" Popuri mengangkat sebelah alisnya sambil tersenyum licik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
FanfictionLelaki bernama Gray itu jarang sekali berbicara. Namun tingkah lakunya membuat Claire, gadis pindahan dari kota itu penasaran. Terutama saat kedua mata mereka bertemu. Entah sejak kapan, Claire menjadi tergoda untuk mendekatinya. Inginkan lelaki pen...