-CLAIRE POV-
Sepertinya, untuk beberapa saat kedepan aku akan mencintai hujan.
Karena gara-gara dialah, aku jadi bisa mengetahui berbagai macam sisi dari Gray Williams yang tidak pernah kuketahui sebelumnya.
Dimulai dari saat kami sama-sama memasuki ruangan pandai besi ini. Suara keras dari sang pemilik tempat ini cukup membuat jantungku berhenti bekerja selama beberapa detik.
(Dan juga mengembalikan suhu badanku dengan instan setelah tidak karuan akibat Gray)
"GRAY PERLU BERAPA KALI KUBILANG PELAN-PELAN JIKA MENUTUP PINTU" sang pemilik suara sejenak merapikan peralatannya sebelum melanjutkan omelannya, "BAHKAN UPAHMU SELAMA 3 BULAN PUN TAK AKAN CUKUP UNTUK MEMBIAYAI BIAYA PERBAIKANNYA!"
"CEREWET, ITU BUKAN GARA-GARA AKU, TAPI KARENA TERTIUP ANGIN!" balas Gray sambil melepaskan mantel hujannya. Saat dia akan menggantungkannya di balik pintu masuk, mata kami sempat bertemu, namun dia mengalihkannya dengan cepat sambil melengos kesal. Lalu berjalan meninggalkanku.
Um... oke. Sekarang aku percaya dengan kata-kata Ann kemarin, jika Gray itu agak tidak ramah.
"DASAR ANAK BANDEL, SETIDAKNYA JA---" Dan kini, mata pemilik pandai besi ini yang menatapku. "Oh, siapa ini?"
"Dia yang membeli perkebunan sebelah rumahmu Kek" jawab Gray tanpa melihat kakeknya tersebut. Tangannya sibuk mengambil perkakas dari rak yang ada di depannya.
"Oh, ya ya. Aku ingat" Mata sang pemilik pandai besi ini tampak melunak. Maniknya yang berwarna hijau memancarkan tatapan yang ramah, membuat kesan jika dia bukan orang yang meneriaki Gray beberapa detik yg lalu.
Sungguh perubahan yang drastis.
"Perkenalkan, namaku Saibara. Seperti yang kau lihat, aku pemilik toko ini" jelasnya tanpa beranjak dari depan tungku apinya. "Jika peralatan kerjamu rusak, atau kau ingin aku membuatkanmu sesuatu seperti perhiasan atau mesin lainnya, hubungi saja aku"
Layaknya seorang lanjut usia pada umumnya, suaranya terdengar tenang, namun terasa ada wibawa yang besar didalamnya.
"Oh, nama saya Claire Rustwold. Seperti kata Gray tadi, saya pemilik perkebunan sebelah rumah anda---" belum sempat aku menyelesaikan perkenalanku, terdengar suara kekehan dari Saibara.
"Tidak perlu seformal itu nona. Santai saja. Aku ini tetanggamu, bukan guru atau penjahat" ujarnya sambil tersenyum.
"Oh oke.. maafkan aku." Jawabku buru-buru sambil berkali2 menundukkan tubuhku ke arahnya.
"Gray lihatlah, dia sopan sekali, tak bisakah kau sedikit meniru tingkah lakunya?"
"Cerewet"
Saat aku mengangkat tubuhku, aroma besi yang dipanggang diatas tungku melewati hidungku. Rupanya Gray yang melakukannya. Tampak dia dengan hati-hati memutar pipa besi yang dia masukkan dengan tongkat yang dia genggam. Manik matanya yang berwarna biru saphire itu tampak menajam, untuk mengunci pemandangan yang sedang dia tangkap di hadapannya. Dan saat dia melakukan itu rasanya pesonanya jadi meningkat beberapa kali lipat.
Oh tunggu.... Apa?
"Kau tahu Claire...." lagi-lagi suara Saibara mengembalikanku dari lamunan mengenai Gray. Namun kali ini, dia tidak berteriak, namun berbisik pelan. Tangannya mengisyaratkan agar aku berjalan mendekatinya, sebelum dia melanjutkan ucapannya. "Meski terlihat tak ramah, namun dia benar-benar pemuda yang tekun. Tidakkah menurutmu dia adalah laki-laki yang cukup ideal untuk menjadi pasangan hidup?"
....
APAKAH AKU SEMUDAH ITU DIBACA, SAMPAI TIDAK HANYA ANN, NAMUN KAKEK SAIBARA JUGA BISA BERBICARA DEMIKIAN?
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
FanfictionLelaki bernama Gray itu jarang sekali berbicara. Namun tingkah lakunya membuat Claire, gadis pindahan dari kota itu penasaran. Terutama saat kedua mata mereka bertemu. Entah sejak kapan, Claire menjadi tergoda untuk mendekatinya. Inginkan lelaki pen...