Karen POV
Asyiknya. Aku juga ingin dicintai seperti itu.
Entah sudah berapa kali pikiran itu terlintas di kepalaku. Perempuan-perempuan di depanku ini memang beruntung. Rutukku berulang kali.
Aku kembali menengak soda kaleng rasa limun yang diberikan Popuri. Entah sudah berapa kaleng yg kuhabiskan dan itu sama sekali tidak mengurangi kegelisahan di otakku saat ini.
Seandainya disini ada wine, pasti rasanya akan lebih baik.
Siang ini untuk pertama kalinya kami mengadakan perkumpulan dengan sesama perempuan lajang di desa. Kukatakan "untuk pertama kali" karena kali ini kami kedatangan pendatang baru.
Yakni petani perempuan muda yang gigih dan menarik, Claire.
Umurnya tak jauh beda denganku, namun dia mengemban tanggung jawab yg tak main-main, mengelola peternakan yang sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya yang tidak bertanggung jawab.
Seingatku, dahulu peternakan itu dimiliki oleh kakek Harold. Setelah beliau meninggal, cucunya sempat mengambil alih bersama dengan bantuan pemuda kota tampan bernama Jack. Namun itu tak bertahan lama karena setelah itu mereka berdua pindah ke kota. Meninggalkan peternakan itu begitu saja.
Dan kini justru adik dari Jack yang mengambil alih. Kadang kehidupan memang selucu itu.
Dan selayaknya perkumpulan perempuan, kalian pasti tahu apa yang kami bicarakan : laki-laki.
Si Elli yang menceritakan bagaimana pendekatannya dengan dokter Trent, Popuri yang mengeluhkan kerinduannya kepada kekasih kotanya, dan Ann yang menceritakan betapa-manisnya-Cliff.
Kuambil kaleng terakhirku. Berharap setiap tegukannya dapat meredamkan kecemburuanku terhadap kisah cinta mereka.
Meski sebenarnya aku lebih beruntung. Disini masih ada 2 perempuan yang belum memiliki tambatan hati. Sementara aku sudah memiliki Rick.
Atau yang kupikir, begitu.
Pemuda yang sangat over protektif kepada adiknya. Isi otaknya hanya memikirkan mengenai bisnis peternakan ayam yang dia miliki. Kaku. Tegas. Dan benar-benar payah dalam hal percintaan.
Jika dulu aku tidak mengambil langkah, mungkin sampai saat ini status kami takkan berubah. Hanya sebatas teman masa kecil saja.
"Memikirkan kakakku lagi?" tegur Popuri, membuyarkan lamunanku. Kubalas dengan cengiran paksa.
"Begitulah."
"Kali ini kenapa lagi?" Tanya Elli. Tangannya sibuk merapikan make up yang digunakan oleh Popuri untuk merias Claire.
Memang, sebenarnya perkumpulan siang ini hanyalah kedok untuk ramai-ramai mendadani Claire. Kalau tidak salah sebagai sambutan selamat datang di desa ini, seperti yang diusulkan oleh kakaknya.
Benar-benar kakak yang sayang adik. Sama seperti Rick. Mungkin karena itu mereka berdua bisa berteman akrab.
Membuatku berpikir, bagaimana jika Claire juga memiliki kekasih, apakah Jack akan menjadi semenyebalkan Rick pada Kai?
"Aku hanya berpikir, kapan aku akan mendapat hadiah Thanksgivingku tahun ini." jawabku pada Elli, sambil menaruh kaleng terakhirku.
"Memangnya tahun lalu kapan Rick memberikan hadiahnya?" kali ini Mary yang bertanya. Dia berada di belakang Claire untuk merapikan rambutnya.
"Saat aku ulang tahun."
Terdengar suara batuk dari Popuri dan Ann.
"Serius?" tanya mereka berdua bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
FanfictionLelaki bernama Gray itu jarang sekali berbicara. Namun tingkah lakunya membuat Claire, gadis pindahan dari kota itu penasaran. Terutama saat kedua mata mereka bertemu. Entah sejak kapan, Claire menjadi tergoda untuk mendekatinya. Inginkan lelaki pen...