Under The Mist (2)

173 20 0
                                    


Gray POV


"Dia baik-baik saja." 

Hanya satu kata, dan itu mampu melegakan semua orang yang berada di ruang tunggu klinik ini. 

"Tapi, dia perlu dirawat inap. Mungkin selama 2 hari." Ujar Trent, satu-satunya dokter di desa ini sambil membenarkan mantel putihnya. "Apa ada anggota keluarganya disini?"

Rick langsung mendekat ke arah Trent. "Saya walinya disini."

Aku bertukar pandang dengan Ann yang berada di sebelahku dengan Cliff. Dia membalasku dengan menaikkan kedua pundaknya. Cliff hanya tersenyum untuk menenangkanku. Mary tidak ikut bersamaku karena dia harus menjaga perpustakaannya.

Jadi, hari ini aku baru mengetahui dari Ann jika Rick adalah teman masa kecil dari kakaknya Claire, Jack. Dan Jack telah menitipkan Claire kepadanya untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi sesuatu dengannya.

Yang membuatku bingung disini adalah, mengapa Mary bertingkah seolah dia mengetahui hubunganku dengan Claire sejak lama, sementara aku baru bertemu dengannya kurang lebih seminggu yang lalu? 

Ada yang aneh disini.

"Hei Ann, apa kau ta-"

Setelah Rick memasuki ruang perawatan yang dibatasi dengan gorden yg digantung di atas tiang yang mengelilingi kasur pasien, Karen masuk ke dalam klinik.

Saat itu, Ann langsung beranjak dan menarik Karen untuk keluar dari dalam klinik dengan paksa.

Meninggalkan aku dan Cliff disini. Dan kami kembali saling bertukar pandang. 

"Mau menyusul?"

"Mungkin?"

Biasanya aku tidak begitu mempedulikan urusan orang lain, tapi entah mengapa hari ini berbeda. 

Karena itu aku memutuskan untuk menyusul Ann, dan mendapati mereka tengah bertengkar di depan kotak pos yang berada di sebelah klinik ini.

"APA YANG SUDAH KAU KATAKAN PADANYA?" Jerit Ann histeris sambil memegang kerah jaket Karen, mendorongnya ke arah kotak pos merah. "APA KAU TIDAK MENGINGAT PERINGATAN DARI JACK SEBELUM DIA DATANG KESINI?"

"JADI KAU SETUJU UNTUK MEMBIARKANNYA HIDUP TANPA MENGETAHUI APAPUN?" Karen membalas dengan sengit, tanpa menggerakkan tangan sama sekali. "DIA TEMAN KITA, SUDAH SEWAJARNYA AKU BERLAKU DEMIKIAN KAN?"

"TAPI TIDAK DENGAN PAKSA!" 

"LALU DENGAN BAGAIMANA? BERPURA-PURA BODOH SEPERTI CARAMU DAN JACK? KAU PIKIR ITU TIDAK AKAN MELUKAI CLAIRE LEBIH JAUH KETIKA DIA SUDAH MENGINGAT SEMUANYA?"

Aku termangu melihat perseteruan dua perempuan dihadapanku.  Entah karena mengetahui fakta mengenai Claire, atau karena melihat sosok mereka yang begitu menakutkan saat ini.

Sebenarnya apa yang terjadi disini?

"Aduh, Gray, apa yang kau lakukan sih?" Elli, perawat klinik tiba-tiba keluar dari balik pintu klinik dan membuyarkan lamunanku. "Lerai mereka dong!"

"Uh, oh iya, maaf." 

Sebelum aku sempat meraih Ann, Cliff telah terlebih dahulu mendahuluiku, dan menarik Ann untuk menjauh dari Karen.

"Ann tenang! Nanti Claire terbangun." bisik Cliff. Ann menghela nafas sambil menarik tangannya dari Cliff, lalu membuang muka.

"Kau punya caramu sendiri, aku pun demikian." Karen kembali bersuara sambil membenarkan jaketnya. "Jangan paksa aku mengikuti caramu. Yang penting tujuan kita sama," Karen berjalan meninggalkan Ann tanpa memandangnya sama sekali.

Saat berpapasan denganku, dia melirikku sekilas sambil membisikkan kata-kata yang cukup menusuk.

"Kau sendiri mau sampai kapan tidak mengingat Claire?"

Aku menoleh ke arah Karen, dan sebelum aku sempat bertanya, dia sudah menutup pintu Supermarket yang berada di sebelah kotak pos ini.

Tidak mengingat?

Aku?

"Kau tidak benar-benar melupakan janjimu dengan Claire kan?"

Samar-samar pertanyaan Mary saat di perpustakaan ikut bergema di otakku. Bercampur dengan bisikan dari Karen barusan.

Tunggu, apa ini? Apa aku sudah pernah bertemu dengan Claire sebelumnya?

"Gray.." Ann memegang pundakku. Saat kulirik, dia menggelengkan kepalanya. "Apapun yang dia katakan, jangan terlalu dipikirkan. Dia tidak tahu bagaimana kerasnya kehidupanmu di kota sebelum kamu kembali lagi kesini."

Aku tersenyum getir.

Ann merupakan sepupuku yang juga merangkap sebagai teman masa kecil. Kami terbiasa menghabiskan waktu bersama ketika hubungan keluarga kami masih sama-sama harmonis. Karena itulah dia lebih bisa memahamiku dibandingkan kedua orang tuaku sendiri.

Sebagai anak satu-satunya, memiliki figur saudara merupakan hal yang berharga. Apalagi jika yang bisa melakukannya adalah orang lain.

Tunggu dulu.

Rasanya saat aku menghabiskan masa kecilku disini, aku tidak hanya bermain bersama Ann. Tapi juga dengan perempuan berambut pirang...

"Ann."

"Ya?"

"Apa Claire juga teman masa kecil kita dulu?"

Ann terkejut mendengar pertanyaanku. Dia menoleh ke arah Cliff, seakan ragu untuk menjawab pertanyaanku. Cliff menganggukkan kepalanya.

"Katakan saja Ann. Dia berhak mengetahuinya." Ujar Cliff.

Ann menghela nafas. Sambil meletakkan tangannya di kedua pinggang, dia membalikkan tubuhnya ke arah penginapan. "Baiklah kalau begitu, ikuti aku.

*** 

Say Something!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang