46%: You Do It All

2.6K 403 147
                                    

"Noona sakit ..."

Jungkook mengerang sambil terus menarik surainya di pelukan Jiseo.

"Ssshhh ... sudah sudah, jangan kau tarik rambutmu,"

Perlahan, Jiseo menurunkan tangan Jungkook yang terus berusaha menyakiti dirinya sendiri.

Hari ini, Jungkook sedang berada di rumah sakit untuk menjalani chemotherapy tahap ke 4-nya. Kepalanya ia keluhkan sakit sejak pagi hari dan memaksanya harus bolos sekolah.

"Noona ..."

"Iya aku disini, aku tidak kemana-mana," ujar Jiseo.

Jungkook terisak, rasanya seperti ada ribuan jarum berada dikepalanya yang berusaha dicabut paksa. Tangannya tetap gatal ingin sekali memukul atau sekedar menarik rambut hitamnya. Beberapa menit yang lalu, Dokter baru saja memberikan obat peredam rasa sakit. Efeknya memang cukup lamban mengingat Jungkook akan semakin sakit jika dosis yang diberikan ditambah.

Seharian Jiseo hanya duduk di sofa sambil menenangkan Jungkook yang tidak mau melepaskan cengkeraman tangannya. Jungkook itu sangat manja, iya manja hanya jika ia bertemu kakaknya. Jika bertemu orang lain, ia akan menjadi sok kuat bahkan seperti ia tidak sakit apapun.

"Kau mau ku ceritakan sesuatu?" tanya Jiseo.

Jungkook terlihat mengangguk.

"Sshh ... tenanglah, jangan menangis ..." ujar Jiseo.

"Hiks ... kau tidak tau rasanya seperti apa!" Jungkook sedikit membentak. Mungkin memang ini lebih sakit dari sebelumnya dan Jiseo mengerti itu.

"Iya, aku tau ... maaf," jawab Jiseo.

"Noona maafkan aku,"

Jungkook sadar telah membentak Jiseo setelah kalimat itu terlontar. Tangan kanannya menaut erat pada mini dress hitam kakaknya.

"Sshh ..."

Jiseo menyentuh surai Jungkook, mengusapnya perlahan dan sesekali mencium puncak kepalanya. Sebenarnya, mata Jiseo sudah mulai memanas melihat Jungkook tersiksa seperti ini. Tapi jika ia menangis, ia takut Jungkook akan berfikir bahwa anak itulah penyebabnya. Walaupun benar, tapi Jiseo tidak ingin menunjukkannya. Ia harus lebih kuat dan menopang Jungkook, ia ingin adiknya tidak menyerah begitu saja pada penyakitnya.

"Suatu hari ada seekor rusa—"

"Aku tidak mau cerita rusa, aku sudah tau," potong Jungkook.

"Lantas?"

"Dandelion, aku ingin kau menceritakan Dandelion," jawab Jungkook.

Jiseo tau, cerita tentang bunga Dandelion yang mekar dan kelopaknya beterbangan adalah cerita yang sedih. Gadis itu diam, ia tidak mengatakan sepatah katapun. Hanya terus menenangkan Jungkook di pelukannya.

"Kelopak itu akan pergi dan jatuh ke tanah, ia akan tumbuh menjadi dandelion baru di tempat lain, entah itu dekat ataupun jauh. Dandelion baru yang tumbuh akan mengikuti siklus yang sama, hanya saja apakah ia akan beruntung tumbuh menjadi besar, atau mati karena kelopaknya jatuh di tempat yang salah," jelas Jiseo lirih.

Jungkook menatap mata Jiseo, ia memperhatikan kakaknya yang terus bercerita tentang Dandelion biru. Cerita itu pernah Jungkook baca, tetapi sepertinya Jiseo mengubah jalan ceritanya. Dandelion yang Jungkook baca merupakan kisah tentang seorang anak yang mati karena mengejar kelopak yang berterbangan, bukan seorang anak yang bahagia karena berhasil menangkap satu kelopaknya. Jungkook tidak menghentikan Jiseo berbicara walaupun sebenarnya ia benci kakaknya berbohong. Jungkook tau tujuan Jiseo, hati kakaknya terlalu sakit jika menceritakan kematian si anak.

 전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang