21%

3.3K 513 147
                                    

Jiseo tertawa walau sebenarnya ia masih tidak percaya dengan apa yang adiknya katakan.

"Bercandamu sungguh tidak lucu, Kookie."kata Jiseo.

"Aku tidak bercanda."sanggah Jungkook.

Ia melepas pelukannya pada kakaknya.

"Aku benar-benar ingin melakukannya."kata Jungkook lagi.

"..."

"Noona, aku akan melakukannya. Aku tidak ingin memiliki hutang dengan orang lain."

Plak!!

Tangan Jiseo berhasil menampar pipi Jungkook cukup keras. Matanya sudah bukan lagi berkaca-kaca, ia sudah menangis.

"Noona."

Jungkook menyentuh pipinya yang memerah akibat tamparan keras yang mendarat mulus di pipi kirinya. Matanya membulat seiring dengan wajah Jiseo yang tiba-tiba sudah berubah marah padanya.

"Jaga ucapanmu!!"pekik Jiseo.

"Tapi-"

"Kita sudah membicarakan ini bukan?!"

Jungkook menunduk."Tapi aku ingin membantumu."lirihnya.

"Bukan seperti ini, huh!!!"

"..."

"Aku tidak akan menyerahkanmu pada siapapun!!"

"Noona, tapi dia membutuhkannya."kata Jungkook.

"Memang tidak ada orang lain yang bisa mendonorkannya?!"tanya Jiseo.

"Aku hanya memiliki kemungkinan 20% untuk terus hidup ..."

"..."

"Aku juga tidak yakin bisa melihat musim semiku tahun depan."

"Kookie!!!"

"Tapi itu benar kan?!!"

Jungkook berteriak di depan Jiseo. Sementara Jiseo terus menggeleng tidak percaya dengan apa yang Jungkook ucapkan.

"Kau bahkan sangat tenang saat mengucapkan kalimat itu?! apakah kau sudah menyerah?!"tanya Jiseo.

"Sekuat apapun aku bertahan, aku akan tetap mati juga kan?!"

"Yaa ... yaa ... kau benar."

"Aku lelah-aku ingin istirahat, apa itu salah?!"

"Jika kau ingin menyerah ... menyerah saja. Ayo menyerah ..."

"..."

Jiseo pun bangkit dari tempat duduknya, ia menatap Jungkook sejenak lalu pergi begitu saja dengan menutup pintu kamar adiknya cukup keras. Sementara Jungkook, ia hanya terpaku dan merasakan pipinya yang masih panas karena tamparan Jiseo. Sedikitpun, ia tidak ada niat untuk pergi mencari kakaknya.

***

Malam harinya, ia berguling kesana kemari. Kepalanya terasa sangat pusing dan berat, Jungkook bahkan sudah menghantapkan kepalanya pada tembok yang ada di sisi tempat tidurnya.

"Noona!!!"

Jungkook menarik surainya hingga tercabut beberapa. Matanya terus mengawasi pintu berharap kakaknya datang dan menolongnya. Namun harapan Jungkook seakan hanya melayang-layang di udara. Jiseo tidak datang, atau bahkan memeluknya seperti biasa.

"Noona!!!"

Jungkook menangis, ia ingat telah membentak kakaknya tadi siang. Rasa bersalah itu kini terus menyeruak memicu kepalanya semakin ingin ia tembak dengan pistol.

 전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang