37%

2.8K 413 240
                                    

"Noona, kau mau kemana?" tanya Jungkook.

Jiseo hanya diam, ia terlihat mengepak pakaiannya ke dalam ransel.

"Noona, mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku?" tanya Jungkook lagi.

Setelah cukup lama menunggu, Jiseo akhirnya mendongak. Ia menatap mata Jungkook dengan seulas senyum di bibirnya.

"Aku harus pergi, Kookie," ujar Jiseo.

"Pergi? kemana? tunggu, aku —"

"Kau disini saja, kakimu terikat …" potong Jiseo.

Saat Jungkook melihat kakinya, benar saja ada sesuatu yang membelenggu yang membuatnya tidak dapat bergerak.

"Noona, tolong aku … lepaskan ikatan ini," pinta Jungkook panik.

"Maafkan aku, Kookie … aku tidak bisa," jawab Jiseo.

"Kenapa?"

"Karena kau akan terus bergantung padaku jika aku melepaskannya, kau akan selalu mengikutiku kemanapun aku pergi!" Jiseo masih mempertahankan senyumnya.

"Noona, jangan aku mohon jangan buang aku … aku —"

"Jiseo-ya?"

Suara itu membuat Jungkook mengalihkan pandangannya ke sebuah pintu.

"Ayo, kita pergi!"

"Hyung?"

Jungkook melihat Seokjin meraih tubuh Jiseo lalu menuntun gadis itu menjauh darinya.

"Kami akan menikah dan memiliki bayi," kata Seokjin.

"Noona, jangan …"

"Jiseo akan kerepotan jika kau ikut bersama kami, Kookie," potong Seokjin.

"Noona, jangan tinggalkan aku …" Jungkook mulai menangis.

"Selamat tinggal, Kookie," lirih Jiseo.

Jungkook menggeleng, ia terus mencoba meraih tubuh Jiseo yang menjauh darinya. Mulutnya terus berteriak sampai tenggorokannya sakit. Ia bahkan terus mencoba melepas rantai di kakinya dengan tangan kosong. Namun, semua itu sia-sia … Jiseo benar-benar pergi meninggalkannya. Jungkook menangis, menangis kencang layaknya bayi yang kehilangan mainan berharganya. Jungkook ketakutan, ia berteriak histeris hingga kepalanya sakit dan telinganya berdengung, sebelum –

"Noona!!!"

Jungkook membuka matanya lebar-lebar. Ia menatap sekelilingnya sambil mengerjap. Matanya yang masih kabur pun terus ia usap walau ia tau kamarnya selalu gelap dan hanya pantulan sinar bulan yang membantu penerangannya. Peluh mengalir di area pelipisnya.

"Mimpi …" lirih Jungkook sambil terengah-engah.

Ia mencoba menormalkan nafasnya yang mulai terasa sesak. Tangannya mencoba meraba meja di dekatnya, namun —

"Noona?"

Seingatnya, Jiseo berjanji akan tidur dengannya malam ini, tapi ia tidak menemukan tubuh kakaknya tidur di sampingnya.

"Noona?!"

Anak itu terus mencari Jiseo. Ia pun turun dari ranjang kemudian berjalan terseok-seok karena melupakan kacamatanya. Pandangan Jungkook yang masih kabur benar-benar merepotkannya. Beberapa kali ia harus rela tersandung dan menabrak benda di yang seharusnya ia lewati.

"Noona?!"

Jungkook mulai takut, ia tidak menemukan kakaknya dimanapun. Bahkan di kamar mandinya pun juga tidak ada. Ia terus melangkah keluar dari kamarnya. Tangannya meraba tembok sebagai pegangannya. Mulutnya terus memanggil kakaknya berulang-ulang. Perlahan, ia mulai turun dari tangga kemudian pergi ke dapur. Tanganya terus meraba apapun di depannya. Jungkook tidak buta, ia hanya bisa melihat warna tanpa bisa melihat rupa.

 전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang