Pagi itu, keributan terdengar dari dalam rumah keluarga Jeon. Tentang si kecil yang tidak mau ditinggal oleh kakaknya dan sang kakak yang terlihat sibuk dengan undangan didalam kotak. Sementara, ibu dan ayah mereka yang hendak membantu malah mendapat omelan dari si kecil yang menatap nyalang sang kakak di depan pintu.
"Haruskah kau menikah secepat ini?!" tanya Jungkook.
"Kookie, kau sudah tau dari sebulan yang lalu bukan? dan kau menyetujuinya?!" jawab Jiseo.
"Itu sebulan yang lalu, bukan sekarang!" balas Jungkook.
"Ck! kau sudah besar, lagipula aku sudah merencanakan ini selama setahun." kata Jiseo.
Mereka terus berdebat sampai Seokjin datang ke rumah bermaksud menjemput Jiseo dan membantunya menyampaikan undangan.
"Ada apa lagi?" tanya Seokjin.
"Tanyalah pada kelinci itu, dia menyembunyikan sebagian undangannya," adu Jiseo.
"Jungkook-ah, ayolah ... pernikahanku hanya tinggal beberapa hari, kami tidak memiliki waktu banyak," bujuk Seokjin.
"Biarkan saja," ketus Jungkook yang kemudian pergi naik keatas.
Jiseo dan Seokjin menghela nafasnya. Mereka benar-benar sibuk hari ini.
"Jiseo-ya, berikan undangan yang ada terlebih dahulu. Eomma akan membujuk Jungkook untuk mengembalikan sisanya," kata Minhwa.
"Hmm ... terima kasih eomma, kau memang terbaik,"
Jiseo mencium pipi Minhwa sebelum berpamitan pergi.
Seokjin dan Jiseo bergegas menuju mobil, mereka seperti dikejar waktu mengingat undangan yang harus dikirim tidaklah sedikit. Mereka berdua memang sengaja tidak menyewa orang lain untuk melakukan pekerjaan ini.
"Hari ini kita ke Cheonan menemui kolega kakekmu kemudian ke Jeju!" ujar Jiseo sembari membaca satu per satu undangan di tangannya.
"Hmm ... aku mengerti,"
Seokjin mengusak sayang rambut hitam Jiseo setelahnya. Ia melajukan mobilnya cukup cepat menuju Cheonan hari itu.
"Hah! mengapa kau sangat menyukai jeruk dari Jeju itu, bukankah jeruk yang lain sama saja?" tanya Jiseo.
"Pernikahan kita bukanlah acara yang biasa, Jiseo-ya. Aku ingin memberikan perayaan indah yang akan terjadi sekali seumur hidup kita," ujar Seokjin.
Jiseo hanya mengangguk maklum. Ia mengerti bagaimana Seokjin menyiapkan ini dari jauh-jauh hari. Calon suaminya ini sangat ingin pestanya terlihat sempurna dan tidak gagal sedikitpun.
Setelah mereka menemui kolega keluarga Kim di Cheonan, mereka segera bergegas ke Jeju. Selain mengantarkan undangan, mereka juga mengambil pesanan buah jeruk dan souvenir berupa sebuah parfum dan aroma therapy yang cukup terkenal di Jeju.
Di tengah perjalanan, salah satu anggota keluarga Kim menelfon Seokjin memberitahukan bahwa ada undangan mereka yang belum sampai.
"Mungkin tertinggal di kotak yang Jungkook sembunyikan," ujar Jiseo.
Seokjin mengusap air mukanya. Setan kecil itu tidak berubah semenjak kepulangannya dari Paris. Anak itu bahkan sekarang lebih manja, apalagi saat tau bahwa kakaknya akan menikah.
"Baiklah, kita harus bekerja dua kali setelah ini," kata Seokjin.
"Maafkan aku," ujar Jiseo.
"Ya, tidak masalah," kata Seokjin.
Setelah selesai kegiatan mereka di Jeju, Seokjin dan Jiseo kembali ke Seoul untuk menjalani sesi foto prewedding.
Mereka memilih Bukcheon Hanok Village lalu berlanjut ke Ihwa Mural Village dan terakhir di Universitas Yonsei. Tempat itu Jiseo sendiri yang memintanya pada Seokjin. Ia sangat ingin preweddingnya terasa kental dengan suasana tradisional Korea. Sementara Yonsei sendiri Seokjin yang memilihnya karena ia ingin ada konsep Harry Potter disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]
Fanfiction[COMPLETE] [HARD SIBLING STORY] 20170812-20180601 Final Ending 20180617 - True Ending 190205 OPEN PO Fisik 10 September - 20 September 2020 "Aku hanya bisa membantumu mempertahankan hidupmu, bukan membuatmu tetap hidup"-Jeon Jiseo. "Noona, aku masih...