Jiseo masih belum sadar semenjak peristiwa penikaman yang terjadi malam itu. Akibatnya, ia harus menjalani operasi karena pisau tersebut berhasil melukai organ hatinya. Belakangan diketahui bahwa wanita yang menikam Jiseo adalah orang yang mengalami depresi akibat ditinggal oleh putranya ditempat itu. Wanita gila tersebut diketahui sering mondar mandir bahkan sesekali menangis sambil berteriak 'kembalikan putraku' atau 'kubunuh kau'.
Seokjin yang baru saja pulang bekerja, kini duduk didepan Jungkook. Ia melihat anak itu sungguh tidak terurus. Ia masih saja menangis jika mengingat kejadian di depan matanya.
"Setidaknya, dia akan kembali,"
Seokjin mengusap tangan Jungkook yang masih senantiasa menggenggam erat tangan Jiseo.
"Kau sudah makan?"tanya Seokjin.
"Aku sedang tidak berselera, hyung."lirih Jungkook.
"Kau harus makan, aku akan keluar membelikanmu sesuatu."Seokjin mengusak sayang surai hitam Jungkook.
"Tidak usah, hyung. Terima kasih."larang Jungkook.
"Kookie ..."
"Aku ingin memastikan Noona baik-baik saja, aku tidak ingin makan sebelum ia bangun. Aku ingin Noona yang menyuapiku makan."isak Jungkook.
"Sshh ... dia pasti akan bangun, Kookie, dia pasti kuat."bujuk Seokjin.
"Noona ..."
"Sekarang kau makan, huh ... kau tidak boleh sakit."kata Seokjin.
Jungkook menatap Seokjin yang beranjak, ia seolah mengatakan 'mau aku belikan apa' pada Jungkook.
"Tunggu sebentar, aku akan membawakanmu kentang mentega."kata Seokjin.
Pria muda itu pergi keluar kamar Jiseo. Jujur sebenarnya ia sangat lelah karena seharian ini banyak pekerjaan di hotel. Sebagai cucu yang akan mewarisi hotel tersebut, Seokjin sendiri kadang harus turun tangan menggantikan kakeknya yang menjabat sebagai pemilik hotel. Ia melayani seluruh tamu penting sekaligus mengkomando seluruh anak buahnya di dapur untuk menyajikan makanan yang lezat. Tidak hanya itu, terkadang jika anak buahnya butuh bantuan, ia tidak segan untuk turun dan mengerjakan apapun sendirian.
Seokjin kembali dengan kentang mentega dalam styrofoam. Biasanya Jungkook sangat menyukai ini, sama seperti Jiseo. Namun Jungkook lebih suka kentang yang hambar dengan lelehan mentega diatasnya sementara Jiseo lebih suka jika menteganya menyatu dengan sedikit gula diatasnya.
"Kookie ayo ma-"
Ucapan Seokjin terhenti tatkala melihat kelinci menggemaskan itu tertidur di sisi ranjang rawat Jiseo. Tangannya pun masih senatiasa mengawasi kakaknya seakan tidak mau di lepaskan seperti biasa. Seokjin meletakkan kentang mentega tersebut diatas meja, ia beralih mengambil selimut didalam lemari kemudian menyelimutkan pada tubuh kelinci yang masih memakai seragam putihnya.
"Kau harus sembuh, dia sangat mengkhawatirkanmu."
Seokjin mencium kening Jiseo lama sekali. Air matanya pun tak sadar turun kemudian menetes tepat pada mata Jiseo.
"Maaf-"
Seokjin mengusap air matanya yang terlanjur jatuh. Ia kemudian membenarkan letak selimut Jiseo lalu duduk di sisi lain ranjang rawat kemudian memakai kaca matanya dan membuka buku yang ia bawa dari rumah. Sebelah tangannya ia tautkan pada tangan Jiseo yang bebas.
Hari sudah semakin malam, Seokjin yang mulai merasa pegal berusaha meregangkan otot-ototnya. Namun, pergerakan tersebut membuat Jiseo perlahan membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]
Fiksi Penggemar[COMPLETE] [HARD SIBLING STORY] 20170812-20180601 Final Ending 20180617 - True Ending 190205 OPEN PO Fisik 10 September - 20 September 2020 "Aku hanya bisa membantumu mempertahankan hidupmu, bukan membuatmu tetap hidup"-Jeon Jiseo. "Noona, aku masih...