Jungkook berdiri di depan cermin, ia merapikan dasi yang baru saja ia pakai. Senyumnya mengembang indah sambil sesekali memeriksa apakah masih ada yang kurang rapi di tubuhnya. Hari ini, Jungkook akan mengikuti tes masuk di sekolah yang telah Jiseo carikan beberapa hari yang lalu. Ya, Jungkook baru keluar dari rumah sakit setelah 2 minggu berkutat dengan alat-alat medis yang membantunya untuk hidup.
"Kookie, sara-"
Jiseo berhenti bicara tatkala melihat Jungkook yang berbalik. Ia dengan bangga memperlihatkan penampilannya pagi ini.
"Noona, bagaimana?apakah masih ada yang kurang?"tanya Jungkook.
Kaki Jiseo terasa berat untuk melangkah, ia membenarkan dasi yang Jungkook pakai dengan matanya yang mulai memanas. Jujur saja, Jiseo seperti tidak iklas Jungkook akan pergi setiap hari, Jungkook tidak ada di sampingnya dan juga kekhawatiran Jiseo yang begitu besar kini mulai menghantuinya.
"Kkeut!"kata Jiseo. Ia mendongak menatap Jungkook, Jiseo tidak ingin perasaanya terlihat dan menghapus senyum cerah Jungkook di musim semi kali ini.
Tidak tau, Jungkook memeluk Jiseo kuat. Tubuhnya yang selalu limbung ia paksakan untuk berdiri, kepalanya yang sering mendadak pusing ia tahan dan tidak pernah ia keluhkan untuk saat ini. Sesekali ia mencium puncak kepala kakaknya. Ikatan batin keduanya memang sangat kuat, Jungkook sebenarnya pun tau bahwa Jiseo tidak mengizinkannya. Namun, kakaknya ini selalu membiarkan Jungkook untuk melakukan sesuatu yang ia sukai sebelum saatnya nanti tiba.
"Gomawo, Noona."lirih Jungkook.
"Hmm ... sekarang kau sarapan, kau akan terlambat mengikuti tes jika kau terus memelukku seperti ini."suara Jiseo terdengar bergetar. Di dalam hatinya, ia benar-benar sangat takut.
Jungkook menuruti perintah kakaknya, ia segera melepaskan pelukannya lalu berjalan keluar, menuruni tangga lalu duduk di kursi untuk makan selembar roti yang telah Jiseo siapkan diatas meja. Tak lupa dengan segelas jus dan air putih juga obat yang ada di piring kecil di dekatnya. Jungkook memakan makanannya dengan lahap dan meminum obatnya tanpa protes seperti biasa.
Jiseo keluar untuk memanaskan mobilnya sebentar, dan disitulah air matanya tak sanggup lagi ia tahan. Jiseo menangis, ia benar-benar ketakutan jika terjadi sesuatu pada Jungkook sampai pada akhirnya teriakan Jungkook membuatnya menghapus air matanya.
"Noona, kau letakkan dimana ranselku?"tanya Jungkook yang kini tengah berdiri di depan pintu rumah.
"Aku sudah menyiapkannya di sofa, Kookie."jawab Jiseo.
Jungkook berbalik, ia mencari ransel yang sudah Jiseo siapkan. Setelah mengunci pintu, Jungkook segera menyusul Jiseo masuk ke dalam mobil.
Sesampainya di sekolah, Jungkook menatap takjub ribuan bunga sakura yang tumbuh di kanan kiri jalan setelah mereka melewati gerbang. Terkadang ia menangkap 1 sakura yang jatuh akibat tiupan angin.
"Noona."
Jiseo menoleh saat Jungkook memberikan sakura yang ia tangkap padanya.
"Gomawo."
Jiseo menerima sakura tersebut dengan senang hati sampai Jungkook menghentikan langkahnya.
Jiseo menghela nafas panjangnya, ia tidak ingin menangis dan membuat Jungkook kecewa karena tidak jadi bersekolah.
"Aku berangkat, Noona."
Ungkapan itu baru terdengar kembali oleh Jiseo semenjak 3 tahun setelah Jungkook sakit.
Jiseo mengangguk, ia melepas perlahan tangan Jungkook yang menaut. Kali ini, Jiseo akan membiarkan Jungkook berjalan sendiri tanpa bantuannya. Hatinya benar-benar terasa hancur ketika ia hanya bisa melihat punggung lebar dengan ransel hijau yang menemaninya. Sesekali anak itu menoleh dan tersenyum bahagia. Ia melambaikan tangannya seakan baru saja masuk taman kanak-kanak.
KAMU SEDANG MEMBACA
전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]
Fanfic[COMPLETE] [HARD SIBLING STORY] 20170812-20180601 Final Ending 20180617 - True Ending 190205 OPEN PO Fisik 10 September - 20 September 2020 "Aku hanya bisa membantumu mempertahankan hidupmu, bukan membuatmu tetap hidup"-Jeon Jiseo. "Noona, aku masih...