"Noona!!!!"
Jungkook berlari dengan langkah berdebam menuruni tangga. Tangannya nampak menggenggam secarik kertas berwarna putih yang terkibas saat ia menapakkan kakinya diatas ubin berwarna peach dibawahnya. Mulutnya terus memanggil nama kakaknya tanpa henti, hingga tak sadar keceriaannya berubah menjadi petaka. Tubuh Jungkook terhuyung kedepan dan berakhir ia jatuh terguling di tangga. Anak itu meringis ketika tubuhnya terhempas dan berhenti pada anak tangga yang paling bawah. Naas, kepala Jungkook pun juga ikut terbentur lantai berkali-kali saat ia terguling tadi.
"Akh!!"
Jungkook memegangi kepalanya yang kini telah lebam. Sakit menjalar begitu saja sampai tubuhnya kaku dan tidak mampu bergerak.
"Noo-aaaa!!!!!"
Jungkook tidak kuat, kepalanya sangat sakit dan berat namun ia masih berusaha menjaga kesadarannya sampai akhirnya Jiseo datang dengan wajah panik yang selalu Jungkook benci.
"Kookie!!!"
Jiseo yang kala itu baru saja membereskan beberapa laporannya kaget ketika melihat tubuh adiknya terkapar diatas lantai. Segera saja ia memeluk Jungkook yang kini menangis meraung sambil terus berkata sakit.
"Oke, tahan sebentar-kita akan ke rumah sakit."panik Jiseo.
Darah segar kembali mengalir dari kepala belakang Jungkook. Mulutnya yang sedari tadi bergumam pun nampak mulai lelah untuk mengatakan berbagai kata lagi. Jiseo dengan sigap mengambil ponsel yang kebetulan ada di dalam sakunya, namun saat ia mencari nomor ambulan tangan adiknya lebih dahulu menepis ponsel berwana merah muda tersebut hingga terpental jauh darinya.
"Koo-"
"Aniyo."
Jungkook menggeleng pelan, seakan ia trauma dengan rumah sakit yang setiap saat ia kunjungi.
"Anajweo."pinta Jungkook.
"Kookie, kepalamu-"
"Anajweo!!!"
Air mata Jungkook mengalir, ia seperti hanya membutuhkan pelukan kakaknya. Akhirnya, Jiseo mendekap Jungkook sambil terus menahan darah yang mengalir dari kepala belakang adiknya. Jungkook meringis menahan sakit yang seperti sudah terbiasa ia rasakan.
"Kookie, aku harus mengobati lukamu."lirih Jiseo.
"Jangan Dokter Bae, aku takut."lirih Jungkook.
"Tidak, ini hanya aku."balas Jiseo.
Jungkook mengangguk menuruti perintah Jiseo.
"Naiklah ke punggungku, aku akan membawamu ke sofa."pinta Jiseo setelah melepaskan pelukan adik kecilnya.
Jungkook diam sejenak sebelum naik ke punggung Jiseo. Ia mengeratkan tangannya pada leher kakaknya. Jungkook ingat, dulu ketika mereka berdua masih kecil, Jiseo melakukan hal yang sama saat Jungkook terjatuh karena kakinya tersandung batu akibat mengejar capung yang akan ia masukan ke dalam toples kaca. Waktu itu Jungkook masih kecil, berbeda dengan sekarang ... ia sudah menjadi pria yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dari kakaknya.
Jiseo menurunkan Jungkook dengan hati-hati ke atas sofa, menidurkan kepala Jungkook pada bantal kecil yang ada disana.
"Tunggu sebentar, aku akan mengambilkan kotak obat untukmu."kata Jiseo.
Jungkook lagi-lagi mengangguk walau ia masih meringis kesakitan dan menahan darah yang keluar dari kepalanya. Bantal yang menyangga kepalanya pun kini telah basah karena darahnya sendiri.
Jiseo mendudukkan tubuh Jungkook sekembalinya ia dari lemari penyimpanan setelah mengambil kotak obat besar. Tak lupa ia menyiapkan obat penahan rasa sakit agar Jungkook merasa sedikit lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]
Fiksi Penggemar[COMPLETE] [HARD SIBLING STORY] 20170812-20180601 Final Ending 20180617 - True Ending 190205 OPEN PO Fisik 10 September - 20 September 2020 "Aku hanya bisa membantumu mempertahankan hidupmu, bukan membuatmu tetap hidup"-Jeon Jiseo. "Noona, aku masih...