45%: Seokjin's Feeling

2.7K 413 282
                                    

—"aku memang bukanlah orang yang baik untukmu, tapi aku akan terus berusaha melakukan yang terbaik untukmu, Jiseo-ya"—Kim Seokjin

***

Sepulang dari Belanda, Seokjin segera bergegas memberhentikan taksi di lobi bandara.

"Kau bawa itu semua, berkas ini serahkan pada kakek!" ujar Seokjin sebelum menaiki taksi.

"Tapi Tuan Muda—"

"Tidak usah cerewet, aku ada urusan!" potong Seokjin pada asistennya.

Taksi yang dinaiki Seokjin bergegas pergi saat Seokjin sudah selesai berbincang dengan asistennya. Ia memasang senyum cerianya kala melihat ponselnya. Iya, foto Jiseo terpampang jelas di wallpaper utama ponsel pintar tersebut.

"Tunggu sebentar lagi, Jiseo-ya, aku akan menemuimu," lirih Seokjin sambil tersenyum.

Seokjin sengaja tidak memberitau Jiseo bahwa hari ini ia pulang. Sekali-kali, ia ingin memberikan kejutan kecil untuk kekasihnya walaupun terkadang kekasihnya menjadi menyebalkan kala Seokjin berusaha menjadi seseorang yang lebih romantis.

"Ahjusshi, berhenti disana sebentar," pinta Seokjin.

"Baik Tuan,"

Taksi berhenti di depan toko bunga, Seokjin meminta sopir taksi tersebut menunggu sebentar sementara ia memilih bunga yang akan ia berikan pada Jiseo.

Setelah mendapatkannya, Seokjin segera masuk ke dalam taksi kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah Jiseo. Ia sangat merindukan kekasihnya yang sudah ia tinggalkan 12 hari karena harus mewakili kakeknya kunjungan di hotel mereka di Belanda. Seokjin hanya rindu, iya hanya itu … tidak ada alasan lain selain kata rindu dalam benaknya.

Sesampainya dirumah Jiseo, Seokjin berjalan mengendap-endap. Membuka gerbang perlahan kemudian membuka pintu utama dengan hati-hati, namun —

"Hyung?"

Jungkook baru saja turun dari tangga membuat Seokjin kaget dan tergagap.

"Sshh!!!" ujar Seokjin sambil meletakkan telunjuknya di atas bibirnya berharap kelinci itu diam.

"Kau mau apa? mengapa kau berjalan seperti maling?" tanya Jungkook.

Jungkook sama sekali tidak bisa diajak kerja sama. Anak itu bahkan berbicara cukup keras dan sepertinya sanggup membuat Jiseo mendengarnya.

"Kookie, kau bisa diam tidak?" tanya Seokjin sedikit berbisik.

"Tidak," Jungkook menggeleng.

Seokjin akhirnya mendengus, ia pasrah jika kejutannya akan gagal.

"Noona sedang tidak dirumah, dia pergi ke supermarket membeli kain penurun panas," kata Jungkook.

Seokjin bernafas lega, ia mengerucutkan bibirnya kemudian menatap Jungkook yang turun perlahan. Ditangan kanannya, nampak sebuah gelas kosong sementara tangan kirinya menggenggam sebuah tabung kecil yang Seokjin yakin itu adalah tabung oksigen milik Jungkook.

Pria itu lantas mendekati Jungkook dan membantunya turun.

"Kau sakit lagi?" tanya Seokjin.

"Iya, kepalaku terasa berat dan aku mulai sulit bernafas." jawab Jungkook.

"Duduk saja disana, biar hyung yang ambilkan minum," kata Seokjin.

"Aku bisa sendiri, hyung," tolak Jungkook halus.

Seokjin memeriksa kening Jungkook, badan anak itu cukup hangat. Pantas saja Jiseo pergi malam-malam ke supermarket.

"Duduk disana," paksa Seokjin.

 전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang