29%

3.5K 468 209
                                    

Jiseo berjalan menelusuri koridor Rumah Sakit. Ia memeluk tangannya sendiri dengan earphone di kedua telinganya. Matanya memanas bahkan kini sudah menjatuhkan air matanya. Kakinya terus melangkah hingga sampai ke ruang tunggu, ia mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi disana.

"Kookie-hiks!"

Jiseo baru saja melihat Jungkook dengan tangan yang terikat. Ia berteriak sambil terus meronta saat perawat dan Dokter Bae menyuntikan obat ke dalam tubuhnya. Kali ini, Jiseo tidak diperbolehkan menemani Jungkook karena adiknya ditempatkan di ruangan khusus. Jiseo hanya bisa melihatnya dari jendela kaca yang ada disana. Namun, semakin ia melihatnya semakih hatinya terasa sakit dan bersalah.

"Aku minta maaf-"lirih Jiseo sambil terisak.

Ia mengepalkan tangannya, rasanya ia ingin memukul dirinya sendiri. Terakhir, ia hanya mendengar Jungkook berteriak tidak ingin diikat, namun-

"Tidak! seharusnya aku disana."gumam Jiseo.

Ia kembali berdiri setelah berfikir cukup lama, tapi ia duduk lagi saat ingat bahwa Jungkook memang harus dalam pengawasan dokter secara langsung.

Jiseo mengeratkan tangannya pada kemeja putih miliknya. Ia meremasnya kencang dengan wajah yang nampak kesal.

"Shit! persetan dengan prosedur menjijikkan itu!!"

Sedetik kemudian, gadis manis dengan celana jeans hitam tersebut berlari. Ia kembali ke kamar dimana Jungkook menjalani chemotherapy. Namun sesampainya disana bukan pemandangan baik yang Jiseo dapat melainkan-

"Tambah lagi!!"teriak Dokter Bae.

"Kookie?!"

Jiseo yang kaget segera berlari menghampiri adiknya. Ia melepas ikatan tali elastis yang mengurung pergelangan tangan Jungkook.

"Kookie, bertahanlah ..."

Jungkook sudah tidak sadar, matanya terpejam dengan masker oksigen di mulutnya. Sementara dokter Bae masih berusaha mengembalikan detak jantung Jungkook yang menurun setiap detiknya.

"Kookie, noona disini ... noona tidak akan meninggalkanmu."lirih Jiseo.

"Jiseo-ya, sebaiknya kau-"

"Tidak! aku akan menemani Jungkook disini!!"potong Jiseo keras kepala.

Terpaksa, Dokter Bae membiarkan gadis tersebut tetap disana. Ia terus bekerja dengan peluh yang kini membanjiri pelipisnya.

"Kau harus kuat, huh ... kau harus bisa."pinta Jiseo. Ia terus menggenggam tangan Jungkook erat.

15 menit telah berlalu, keadaan Jungkook belum menunjukkan peningkatan. Detak jantungnya semakin menurun membuat semua orang dalam ruangan tersebut panik. Dokter Bae kini menekan dada Jungkook berulang-ulang, sementara Jiseo terus menangis ketakutan karena wajah Jungkook yang semakin memucat. Ia takut jika ternyata hari ini adalah-hari terakhir ia melihat Jungkook tertawa.

"Kookie, sadarlah ... aku mohon buka matamu,"isak Jiseo.

Sama sekali tidak ada respon dari Jungkook, ia bahkan terlihat sangat tenang sekali.

"Berdetaklah!!"gumam dokter Bae yang terus menekan dada Jungkook berulang-ulang.

"Kookie!!!"

Jiseo menangkupkan tangannya mengurung tangan adiknya kedalam tangkupannya. Ia tidak berhenti mencium dan memohon agar Jungkook terbangun saat itu juga. Namun, semuanya masih sama ... bahkan saat Dokter Bae bekerja lebih keras, Jungkook tidak merespon apa-apa.

"Jiseo-ya, sebaiknya kau menyiapkan pem-"

"Aniyo!!"teriak Jiseo.

"Tapi Jungkook sudah tidak mau merespon apa-apa ..."

 전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang