36%

3K 423 116
                                    

Pagi ini, Jungkook bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ia kini sedang merapikan beberapa buku ke dalam ransel hitamnya.

"Dimana aku meletakkan buku kimiaku?" tanyanya sambil mencari-cari buku acuan kimia yang biasanya sudah ia letakkan diatas meja.

Ia kembali meneliti buku-buku di dalam rak dan tumpukan diatas meja, tapi —

"Aish! kenapa — buram?" tanya Jungkook sambil mengusap matanya.

Ia tidak peduli, Jungkook berfikir bahwa matanya hanya kemasukan debu. Ia mengusap matanya sambil terus mencari buku kimianya yang ternyata terjatuh di lantai.

"Ketemu!" teriak Jungkook senang. Ia lantas memasukan buku biru tersebut ke dalam ranselnya kemudian menutupnya.

Kakinya ia langkahkan pelan menuju ke depan cermin. Pandangannya masih nampak buram walaupun ia sudah mengusap matanya berkali-kali. Kini ia mulai kesulitan untuk melihat pantulan dirinya pada cermin di hadapannya.

"Tidak mungkin," lirihnya.

Jungkook terus menolak kenyataan bahwa pandangannya telah kabur total. Ia hanya mampu menangkap suatu obyek namun tidak jelas apa obyek yang ia lihat. Jungkook lantas berlari ke kamar mandi walaupun sempat kakinya menabrak kursi di depan meja belajar. Ia membasuh wajahnya berkali-kali seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya kali ini. Kepalanya pun bahkan sampai terantuk kran washtafel tersebut.

"Aku —"

Jungkook mengusap cermin di hadapannya, ia terus melakukan itu berulang-ulang namun hasilnya tetap sama. Jungkook kesal, semuanya tidak berubah, apa yang dia lihat hanyalah bayangan kabur dan bukan seperti biasanya. Bahkan sekarang, lengannya terlalu sakit untuk mengusap kaca menyebalkan di hadapannya.

"Noona?!!!"

Jungkook berteriak memanggil Jiseo sembari terus membasuh wajahnya dan mengusap matanya.

"Tidak! aku tidak mau buta!" ujar Jungkook.

Anak itu ketakutan dan panik dalam waktu yang bersamaan. Telinganya berdengung seolah mengikuti irama detak jantungnya yang kini bertambah cepat. Kepalanya sangat sakit hingga Jungkook jatuh ke lantai dan menangis.

"Kookie —"

Jiseo menemukan adiknya telah terjatuh dengan satu tangan berpegangan pada washtafel dan satunya mencengkeram kepalanya. Ia nampak meringis seperti kesakitan dan menangis cukup keras.

"Sshh … h–hey ada apa?!" Jiseo tidak kalah panik dengan Jungkook. Ia membantu adiknya berdiri kemudian mencoba menenangkanya.

"Noona, apakah kaca ini kotor?" tanya Jungkook sambil menunjuk kaca di belakangnya, namun … mata Jungkook melihat ke arah lain bukan ke arah Jiseo.

"Tidak, kaca itu tidak kotor," jawab Jiseo.

"Tapi kenapa aku tidak bisa melihat diriku sendiri!" kata Jungkook setengah berteriak.

"Apa?"

Jungkook semakin panik, ia meraba wajah Jiseo seakan takut ia tidak bisa melihat kakaknya lagi.

"Noona, apakah kau memakai lipstik berwarna merah cherry kesukaanmu?" tanya Jungkook. Anak itu mencoba fokus pada obyek di hadapannya.

"Tidak, aku memakai apricot hari ini," lirih Jiseo.

Jungkook benar-benar kaget. Ia terus menggeleng dan perlahan mundur hingga tubuhnya menabrak washtafel.

"Kookie?"

"Noona, tolong aku —"Jungkook tambah kencang menangis.

"Sshh … sshh … tenanglah," Jiseo menarik tubuh adiknya kemudian memeluknya erat.

 전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang