15.

2.7K 80 8
                                    

Skip perjalan.

Author pov.

Sebuah mobil memasuki kawasan rumah sakit yang hari itu terlihat begitu ramai. Sesampainya didepan rumah sakit, pria bernama nanda itu cepat-cepat membuka pintu mobil dan keluar dari mobil.

Dia membuka pintu mobil disampingnya lalu menggendong adiknya itu yang sudah tidak sadarkan diri saat diperjalan tadi.

Dia menggendongnya memasuki rumah sakit dengan tergesa-gesa, daru wajahnya sangat terlihat khawatir dan panik.

"Suster! Suster! Bawa adek gue cepetin" teriaknya dan tak sedikit pasang mata memperhatikannya.

"SUSTER! CEPETIN! KASIAN ADEK GUE, LO SEMUA MAU GEU PECAT?" teriaknya lagi. Akhirnya ada seorang perawat yang membawakan kasur dorong kearah nanda. Dengan cepat nanda menidurkan nada yang mukanya semakin pucat sekarang.

"Nad, lo harus kuat! Lo gak boleh ninggalin abang lo yang mirip sehun ini, lo harus kuat nad!" Ucap nanda dan terasa airmata nya jatuh tepat dipipi nada yang masih enggan untuk membuka matanya, seragam sekolahnya pun sudah banyak noda darah akibat mimisannya itu.

Para perawat dan nanda mendorong kasur itu dengan cepat dan nada langsung dilarikan keruang UGD.

"Dok lo harus sembuhin adik gue gimanapun caranya!"

"Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan adik anda. Anda harus tenang dan berdoa agar dia tidak kenapa-kenapa. Anda bisa menunggu diluar" ucap dokter tersebut lalu masuk meninggalkan nanda yang berdiri dengan tangisnya.

"Yatuhan, sembuhin adik hambamu ini, hamba sangat menyayanginya, jangan kau ambil dia sekarang tuhan" batin nanda dan duduk dikursi tunggu, tangannya menutupi wajahnya ia benar-benar sangat frustasi.

"Gue harus gimana? Apa perlu gue telfon papi?" Ucapnya yang lalu mengambil ponselnya daru sakunya dan menelfon papinya.

'Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkaun. Silahkan menunggu beberapa saat lagi'

Selalu saja operator yang menjawabnya, begitupan sampai 15 kali.

Nanda menunggu selama 20 menit dan akhirnya dokter itu pun keluar.

"Gimana dok keadaan adik saya?" Tanyanya berusaha tenang.

"Jadi begini, kami sedang melakukan pemeriksaan terhadap adik anda, dan sekarang kami sedang memeriksa sempel darah adik anda di Lab untuk apa yang sebenarnya terjadi pada nada. Dan nanti sore hasilnya akan keluar. Untuk sekarang nada bisa dipindahkan keruang rawat" jelas dokter tersebut.

"Adik anda sekarang sudah sadar, anda bisa menjenguknya setelah dipindahkan keruang rawat" tambahnya lagi sedangkan nanda senang mengetahui nada yang tidak apa-apa.

Ruang rawat..

Nanda menghampiri adiknya yang duduk menatap lurus kearah depan. Terlihat jelas disana tangan kirinya terdapat selang infus.

"Nada" ucapnya, dan nada pun menolehkan kepalanya kearah kakaknya itu.

"Bang gue gak kenapa-kenapa kan?" Tanyanya. Nanda pun duduk dikasur yang berhadapn dengan nada serata menggeleng pelan sambil tersenyum.

"Lo kenapa gak bilang sih sama abang kalo lo itu sakit?" Tanyanya.

"Ya maaf bang sakitnya aja baru tadi pagi. Gue kan cuman gakmau liat lo khawatir" balasnya dengan kepala menunduk.

Cklekk.

Terlihat seorang dokter memasuki ruangan tersebut dengan membawa beberapa kertas ditangannya dia menghampiri mereka dengan senyum.

"Selamat sore! Jadi tadi hasil lab nya sudah keluar dan menyatakan bahwa adik anda-" ucapnya dengan senyum yang perlahan menghilang dari wajahnya, dan itu sukses membuat nanda kembali khawatir.

"Adik saya kenapa dok?" Tanya nanda yang mulai khawatir.

"Adik anda menyidap penyakit Kanker otak dan lebih parahnya lagi sekarang sudah stadium 3 dan usianya sudah tidak lama lagi" ucapnya dan ngebuat nanda menatap dokter itu tak percaya. Sedangkan nada? Dia hanya terdiam menatap dokter itu seolah tidak terjadi apa-apa.

"Apa mungkin masih bisa disembuhkan dok?" Tanyanya lagi.

"Mungkin jika tuhan mengizinkan, kami akan berusaha sebaik mungkin tetapi adik anda harus dirawat disini dan melakukan Kemoterapi"

"Lakukan apapun untuk sembuhkan adik saya. Masalah biaya tidak usah khawatir karena saya adalah anak pemilik rumah sakit ini, saya putra dari Panji Dwi Bramasta. Nama saya Nanda Alexander Bramasta" balas nanda sambil menjulurkan tangannya dan langsung dijabat oleh dokter itu.

"Kami akan melakukan semua itu kecuali adik tuan Nanda mau menjalani kemoterapi dan meminum obat nya secara teratur. Bagaimana apakah anda mau?" Tanya dokter itu menghadapkan pandangannya kearah nada yang masih mematung ditempatnya.

Nada menggeleng pelan, yang berarti dia tidak mau dirawat dirumah sakit ini.

"Tidak! Saya tidak mau dirawat disini dan melakukan apapun itu" ucapnya menatap datar dokter itu.

"Tapi kenapa? Penyakit anda akan semakin ganas nanti. Dan kamu mungkin bisa, maaf, meninggal dalam waktu dekat" balas dokter itu.

"Jaga omonganmu, kalo saya bilang tidak ya tidak. Saya gakmau ngelakuin semua itu semua jika kenyataanya umur saya sudah tidak lama lagi" timpal nada yang masih mentap dokter itu.

"Tapi dek ini semua itu demi kebaikan kamu. Kamu mau ya dirawat disini" bujuk nanda.

"Aku bilang enggak ya enggak gakusah dibujuk segala bang"

"Baiklah kalo anda sendiri tidak mau tapi anda harus meminum obat yang kami berikan untuk menahan rasa sakit itu" ucap dokter itu sambil memberikan bebrapa obat-obatan dan langsung diterima oleh nanda.

"Makasih dok"

"Baiklah saya permisi dulu karena harus memeriksa pasien saya yang lain" ucap dokter itu lalu pergi meninggalkan dikter itu.

"Ayok pulang!" Ajak nada yang menatap lurus kearah jendela dia enggan menatap mata kakaknya.

"Tapi dek lo kenapa gakmau dirawat? Ini semua demi lo?"

"Gue capek mau pulang antar gue pulang sekarang" tambah nada sambil melepas paksa selang infus yang berada ditangan kirinya itu dan ngebuag tanganya mengeluarkan banyak darah.

Nanda yang melihat itu langsung membersihkan darah yang menetes deras itu dan diperban dengan kain kasa yang berada diatas meja.

"Oke oke sekarang kita pulang" balas nanda pasrah lalu menuntun adiknya itu keluar dari kamar. Sesampainya diluar rumah sakit dia langsung memasukan nada dan mendudukannya dikursi samping kemudi.

Setelah selesai dengan semua itu lalu berjalan memutar dan masuk kedalam mobilnya itu. Dia menyalakan mobilnya dan melaju dengan kecepatan standar.

'Aku diam, bukan
Berarti aku tidak peduli'

BadGirl [End] REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang