Lelaki muda itu melangkahkan kakinya pelan dengan tatapan kosong. Dia benar-benar kacau saat ini, dia belum makan apapun seharian ini, rambut abu-abunya naik turun karena langkah kaki tersebut.
Sesampainya dia ditujuan awalnya, dia langsung duduk, kaki nya terasa sangat sakit dan lemas. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tanggannya berharap ini semua adalh mimpi. Memori-memori saat dia bersama dengan orang yang sangat dia sayang terus berputar dikepalanya. Dia ingat betul pada saat itu, nada kecil sedang menangis meminta dibelikan mie ayam makanan kesukaanya. Dia rindu, seseorang disana, yang selalu menunjukan Gigi ratanya saat dia menerima makanan keseukaannya itu.
Nanda hanya bisa menangis kecil mengingat kejadian itu semuanya. Dia membuka tangannya pada wajahnya, da tersenyum kecil lalu menghampiri alim.
"Lim sekarang lo, lo beliin mie ayam yang dijual dipinggir jalan yang sering nada beli disana. Lo taukan? Buruan lim, beliin buat gw buruan. Gw takut ntar kalo nada bangun dia kelaparan abis itu nangis gara-gara gak ada makanan kesukaannya disana" ucap nanda begitu cepat
"Nda" balas alim dengan lembut
"Lo tunggu apa lagi? Oiya uang ya bentar, nih beliin sana buruan lim"
"Nda jangan gini, gw paling gabisa liat lo sedih kek gini. Nada juga bakalan kecewa pastinya nda, jangan gini nda. Jangan pernah merasa sendiri karena gw bakalan selalu ada disamping lu" ucap alim menenangkan nanda.
Nanda terduduk diam, ia ingat kejadian beberapa tahun saat dia baru masuk sekolah dasar kelas 5, saat dia jadi korban bully dan tidak ada yang ingin berteman dengan nanda, nanda hanya bisa menangis ditaman
Flasback
"Hisks hiks kenapa gak ada yang mau temenan sama aku" tangis nanda kecil di suatu taman yang cukup ramai. Tiba tiba dia merasakan seseorang menghampiri dirinya, dan orang itu adalah seorang gadis kecil dengan rambut yang dikuncir dua.
"Abang? Abang kenapa nangis? Cup cup abang nya nada gakboleh nangis, ada nada kok disini, nanti nada ikutan sedih loh" ucap nada kecil berumur 8 tahun.
"Abang sedih gak ada yang mau nemenin abang disekolah hiks, abang gapunya teman huwaaa" balas nanda menangis lebih keras.
"Cup cup, abang kan masih punya nada, nada janji bakalan temenin abang sampe kapanpun. Nanti kalo misalnya nada lupa sama janji nada, cubit aja pipi nada yah!" ucap nada kecil lagi tersenyum memamerkan gigi ratanya. dia berjinjit untuk bisa menghapus airmata abangnya itu dan mengangkat jari kelingkingnya di udara.
"Makasih dek, abang sayang banget sama nada" balas nanda mengaitkan jari kelingkingnya di jari nada.
"Ayo senyum bang, nanti abang pasti bakalan dapat temen kok" minta nada dan nanda langsung tersenyum lebar.
"Kamu mau main sama aku gak?" Ucap seorang anak laki-laki yang menghampiri mereka sambil membawa bola ditangannya.
"Aku gak punya temen oiya kenalin nama aku Gibran Alim kamu boleh panggil aku alim" adunya lagi kearah adek kakak itu. Nanda melihat uluran tangan anak didepannya itu, nanda tersenyum begitupun dengan nada.
"Nama aku Nanda Alexander Bramasta kamu bisa panggil aku nanda dan ini adek aku namanya Nada Alexa Bramasta panggil aja nada. Ayo kita main!" Balas nanda menjabat tangan ank itu dan mengajaknya bermain.
Nanda tersenyum getir mengenang kajadia bertahun-tahun yang lalu, saat dia baru berteman sama alim, dia bersyukur memiliki teman seperti dirinya.
"Tq ya lim, untuk semuanya. Disaat yang lain ngejauhin gw dan gakmau berteman sama gw tapi lo selalu ada buat gw. Gw beruntung punya saha- eh sory kakak kek lo" ucap nanda tersenyum sedangkan alim hanya tersenyum sekilas dan terlihat begitu bersalah.
"Maafin gw nda" ucap alim lirih menundukan kepalanya kebawah. Nanda diam, dia tidak mengerti apa maksud alim begitupun dengan kube, leman dn teman-teman nanda yg lain disana.
"Maksud lu?" Tanya nanda kebingungan
"Ini semua salah gw, gw minta maaf"
"Maksud lu apaan sih lim?" Tanya nanda yang sudah sangat kebingungan.
"Ang-Anggun itu ibu, ibu kan-kandung g-gw" balas alim terbata-bata sedangkan nanda hanya diam berusaha mencerna apa yg barusan dikatakan alim. Tubuh nanda kembali melemas dan terjatuh di lantai, kube dengan leman yg menyaksikan pun hanya melongo tidak percaya apa yg baru saja dikatakan oleh alim. Sedangkan alim menunduk, ia tidak berani menatap semua mata sahabatnya.
Alim mengaku ini semua kesalahannya, dia malu menpunyai ibu kandung seperti anggun, tapi dia bisa apa? Toh selama 9 bulan anggun yang ngerawat alim meskipun dia setiap malam selalu membawa pria lain kerumah.
"Maafin gw nda" ucap alim pelan, mata nya sudh berkaca-kaca mencoba untuk kuat.
"Gw malu punya ibu kandung kek dia hiks, ini semua salah gw" ucapnya lagi menyeimbangkan dirinya dengan nanda.
"Nda gw minta maaf" tambah alim sekali lagi. Nada hanya diam, matanya fokus kedepan. Dia bingung sangat bingung. Dengan pelan nanda menengok kearah alim lalu merangkulnya.
"Kenapa harus lo yang minta maaf lim? Lo ga salah. Yang salah itu bitch bernama anggun itu. Tapi lo juga salah karena gak kasih tau nama ibulo setiap lo cerita" balas nanda mencoba menghentikan alim yang sedang menangis
"Karena gw sayang anggun, seburuk-buruknya dia gw gakmau nama dia jelek di hadapan kalian semua" ucap alim tersenyum miris.
"Dia yng mengandung gw selama 9 bulan dengan baik, ngejaga gw, ngepratiin gw walaupun saat sakit doang. Gw bsa maklumi tingkahnya yang tiap malam selalu bawa pria lain, karena dia sayang papa gw. Dia kurang kasih sayang dan cinta dri papa gw. Dia kek gitu cuman mau bikin papa gw cemburu" ucap alim sedangkan nanda hanya mengangguk, suasana hening seketika.
Didekat mereka ada 2 orang yang sedang memperhatikan mereka. Keduanya sama-sama tidak percaya setelah apa yang dia liat dan dengarkan tadi.
"Jadi? Apa aku sekarang salah karena tidak mendengarkan semua perkataan anak-anakku dan mengikuti semua kemauanmu?" Ucapan berat seseorang itu membuat alim, nanda, leman dan kube terkejut bukan main dan memperhatiakn mereka berdua. Karena mereka adalah Anggun dengan Panji, ayah nada dan nanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
BadGirl [End] REVISI
Teen Fiction(REVISI) Ngga usah negatif thingking Ketika lihat anak sekolahan yang keluar rumah ketika malem atau jarang pulang, Karena mungkin tempat yang selama ini orang-orang sebut rumah tidaklah sebaik yang orang-orang katakan. Mereka hanya mencari ketenang...