Skip perjalanan.
Author pov
Sepasang kakak beradik itu duduk disalah satu kursi taman ya, setelah pulang dari Rumah Sakit mereka memutuskan untuk pergi ketaman. Taman yang sangat indah, banyak bunga yang bermekaran menghiasi taman itu.
Semelilir tiupan angin sangat sejuk sesekali meniup anak rambut gadis cantik yang sedang duduk diam menatap lurus kearah depan, entah apa yang dia lihat, tetapi dia sangat enggan untuk mengalihkan pandangannya.
Tak lupa, disampingnya juga terdapat seorang laki-laki yang sangat tampan duduk menatap lurus kearah depan. Hening suasana saat itu sangat hening, hanya ada suara tawa dari sekumpulan anak kecil yang sedang bermain.
"Nad, kenapa lo gak mau di kemo?" Suara berat tetapi lembut itu akhirnya memecah keheningan itu.
"Buat apa kemo kalo akhirnya, gue gakbisa hidup lama lagi. Menghabiskan masa muda bersama orang-orang disekitar gue dengan hangatnya kasih sayang" balas gadis itu yang masih setia menatap lurus.
"Tapi kan seenggaknya lo bisa bertahan lebih lama dan bisa nemani abang didunia ini. Kalo lo pergi, abang sama siapa disini dek? Lo tega ninggalin abang?"
"Abang sayang banget sama lo dek, abang gak mau kehilangan lo. Lo adalah satu-satunya alasan abang buat semangat dipagi hari setelah kematian mami. Abang masih gak nyangka kalo penyakit itu bakalan datang lagi, baru kemaren penyakit itu pergi, tapi sekarang malah balik lagi? Kenapa tuhan selalu gak adil dek sama lo?" Ucap nanda dengan mata yang berkaca-kaca yang akan siap meluncur kapan saja. Sadar jika mata ia berkaca-kaca dengan cepat dia mengadahkan kepalanya keatas berharap airmata itu tidak keluar.
Jika nanda saja sedih dengan keadaan adeknya yang harus mengidap penyakit mematikan seperti itu, Mengapa nada sama sekali tidak menangis tetapi malah tersenyum? Senyuman yang sangat manis hingga membuat nanda kagum kepada nada.
"Mungkin karena tuhan itu sayang sama nada, mungkin tuhan butuh pembuat onar disana, mungkin disana terlalu sepi jadi tuhan butuh nada untuk meramaikan disana dan mungkin-"
"Mungkin tuhan gakmau liat nada tersiksa lagi didunia" balas nada dengan tersenym tipis.
"Kenapa harus lo? Kenapa gak abang aja?" Tanya nanda sambil memegang tangan adiknya itu dan-
Tess
Airmata itu sudah tidak kuasa lagi nanda tahan, pertahananya hancur. Dia sangat sedih kenapa selalu ada cobaan dari-NYA.
"Bang! Lo jangan nangis! Maafin nada karena sudah buat abang sedih. Nada gak bermaksud. Lo gakboleh nangis, kalo lo nangis ntar lo malah mirip lagi kek miper bukn kek sehun" ucap nada mengalihkan pandangannya kearah kakaknya itu yang sekarang sedang menunduk agar airmatanya tidak terlihat.
Jujur saat ini nada sangat hancur, sangat sangat hancur. Tapi apalah daya jika tuhan sudah berkehendak . Sedih? Iya dia sangat sedih. Baru kemarin dia bisa hidup bebas tanpa obat-obatan yang selalu menggangu harinya, tapi nyatanya kesedihan itu selalu menempel pada diri nada dan tak ingin pergi.
"Nada juga sayang kok sama abang ntar kalo nada sudah pergi abang cari pacar biar gak kesepian, kalo bisa yang mirip sma JENNIE BP ya bang. Abang jangan sedih, kalo abang sedih terus apa alasan nada untuk tetap tersenyum?" Tambahnya lagi sambil tersenyum dan tanpa terasa airmata yang ia tahan sedari tadi meluncur kepipi mulusnya.
"Nanti kita pasti ketemu kok bang. Abang sabar ya, maafin nada hikss, kalo nada punya salah maafin nada kalo nada hikss, selalu ngeropotin abang. Maafin nada kalo nada selalu manja sama abang"
"Tapi hanya satu permintaan nada buat abang, abang jangan kasih tau siapa-siapa tentang penyakit nada ini ya. Apalagi sama papi, nada gakmau liat papi sedih sama khawatir. Nada gakmau ngeliat papi seperti 3 tahun yang lalu"
"Apalagi sama nisa, abang gakboleh ngasih tau nisa tentang penyakit nada. Nisa itu sudah nada anggap seperti kakak nada sendiri. Abang janji ya gakbakal ngasih tau ini semua. Cukup abang aja, nada gak mau buat semua orang khawatir" ucapnya lagi dengan tersenyum tulus sedangkan airmata tadi sudah tidak terlihat lagi dipipinya.
"Nad kenapa semua ini harus terjadi lagi nad? Lo gakusah munafik! Lo gausah sok tegar sedangan hati lo saat ini hancur benar-benar hancur, kenapa lo malah ngebuat abang makin sedih" ucap nanda dengan airmta yang masih mengalir deras dipipinya.
"Karena nada gakmau keliatan lemah bang. Sdah ya abang gausah nangis, airmata abang itu mahal" hibur nada sambil mengahapus bekas-bekas airmata dipipi abangnya itu.
Tngan nanda terulur ingim memeluk tubuh munyil adiknya yang sangat ia sayangi. Ia memeluk erat adiknya itu seolah-olah tidak ingin kehilangan dirinya.
Nanda merasa sangat lelah, bukan secara fisik tetapi secara batin, ia benar-benar sangat lelah. Jika nanda sangat lelah bagaimana dengan adiknya itu? Yang selalu berusaha kuad dan tegar? Terbuat dari apa hatinya itu?
"Lupakan semua nya bang"
"Untuk memulai hidup kita hanya perlu cukup senyuman, dengan senyuman, hidup akan lebih berwarna walaupun itu hanya senyuman palsu. Selalu bersyukur apa yang selalu dia berikan kekita, karena itulah yang terbaik" ucap nada bijak.
Mereka berpelukan cukup lama, hanya sekedar membagi masalah mereka, membagi kesedihan mereka.
"Nad lo belum minum obat, minum dulu gih" suruh nanda disela-sela pelukan mereka.
"Udah nanti aja kalo nada pengen"
"Yee gabisa gitu, minum sekarang!" Suruhnya lagi.
"Hadeh bang lo tau kan kalo gue gakbisa minum obat-obatan kayak gini. Gede-gede terus panjang-panjang coba tadi abang minta yang sirup apagak yang bubuk" balas nada sambil memanyunkan bibirnya yang membuat nanda gemas.
"Iya nanti abang ambil yang sirup"
"Rasa strobery ya bang" ucap nanda lalu mengambil obat-obatan yang ada ditangan nanda dan meminumnya.
Typo bertebaran :)))))))
KAMU SEDANG MEMBACA
BadGirl [End] REVISI
Teen Fiction(REVISI) Ngga usah negatif thingking Ketika lihat anak sekolahan yang keluar rumah ketika malem atau jarang pulang, Karena mungkin tempat yang selama ini orang-orang sebut rumah tidaklah sebaik yang orang-orang katakan. Mereka hanya mencari ketenang...