"Elle, sayang! Papa disini! "Elle yang masih setangah sadar mendengar suara itu langsung mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan intensitas cahaya yang terasa masih silau di matanya. Samar - samar Elle melihat pria paruh baya yang mirip dengan papanya duduk tepat berada di depannya kini. Elle bahkan sampai mengucek matanya untuk memastikan bahwa yang ia lihat itu salah namun nyatanya semakin jelas jika yang berada tepat di depannya itu papanya. Lalu siapa yang Elle peluk erat tangannya sedari tadi? Pikiran - pikiran buruk mulai melintas di kepalanya tentang siapa pria di sebelahnya ini dan Elle pikir ia pasti akan malu bukan kepalang pada pria di sampingnya karena sudah mengira dia adalah papanya dan juga memeluk tangannya tanpa ijin.
Dan sampai sekarang Elle tidak bergeming sama sekali. Matanya sudah terbuka sepenuhnya tapi tubuhnya tak bisa di gerakkan. Yang ia lakukan hanya mengigit bibir bawahnya antar cemas dan malu. Tapi lebih dominan malunya sih, hingga rasanya Elle ingin menghilang ke dalam bumi sekarang juga.
"Elle, itu lepasin tangannya dari Nak Juna." titah papanya yang langsung membuat Elle tersadar dan refleks melepaskan kaitan tangannya begitu saja. Sambil memainkan jari - jemarinya dan perasaan takut - takut tapi tidak tau apa yang Elle takutkan gadis itu mendongak ke arah pria sampingnya dan iris cokelatnya langsung betabrakan dengan netra hitam nan tajam itu untuk beberapa detik sebelum Elle kembali menunduk.
"Sorry?! " lirihnya, dan setelah itu Elle langsung berpindah tempat duduk di samping papanya dan bergantian mengapit lengan Wijaya sambil menyembunyikan wajahnya, karena Elle yang kepalang malu pun sampai tak berani menatap pria di hadapannya.
"Pantes wangi parfumnya beda." gumam Elle dalam hati.
"Kamu ini kebiasaan El, kalau mau masuk ke ruangan papa ketuk dulu makanya." tegur sang papa hingga membuat Elle menekuk wajah cantiknya. Kantuk yang sempat mendera tadi serasa hilang begitu saja.
"Elle kan nggak tau pa!" jawabnya yang tak kalah lirih. Arjuna yang melihat itu diam - diam mengulas senyum tipis seringan bulu yang hampir tak terlihat.
"Lain kali kalau mau masuk ketuk dulu makannya biar yang kaya gini nggak terjadi lagi. Malu kan kamu?" Elle diam tidak menjawab, namun tangannya di main - mainkan di lengan sang papa.
"Nak Juna maafkan anak saya ya. Dia anak perempuan saya satu - satunya makanya sifatnya manja begini." Kata Wijaya yang di akhiri dengan kekehan kecil.
"Tidak apa - apa pak, saya paham. Saya juga punya kakak perempuan, meskipun sudah menikah dan punya anak tapi tetap saja kalau ketemu mama papa manjanya kumat." ungkapnya sambil tersenyum. Dan Wijaya yang terkekeh mendengar penuturan Arjuna.
"Kaum perempuan kan memang selalu begitu nak Juna. Pengennya selalu di manja dan apapun maunya harus di turuti dan jika tidak keturutan langsung uring - uringan, makanya kita para pria harus sering sabar ngadepinnya. Haha- "Ucap Wijaya yang di balas anggukan dan kekehan kecil dari Arjuna.
"Papa?! " panggil Elle pelan sambil menarik ujung kemeja yang di gunakan papanya.
"Kenapa El?"tanya Wijaya sambil balas merangkul anak gadisnya itu.
"Elle laper, ayo anterin Elle beli bakso." ungkapnya dengan muka memelas. Wijaya sampai menarik dan menghela nafas saat putrinya selalu merengek ingin makan bakso setiap harinya.
"Kan mamamu udah masak tadi." Elle menggeleng "Elle maunya makan bakso pa."
"Hhh.. Ya sudah sana minta anter adekmu, kan papa lagi bahas pekerjaan dengan nak Juna."
"Tapi-.. " ucapan Elle terhenti karena suara pintu yang di ketuk dari luar.
Pintu terbuka dan menampilkan Risa yang tersenyum sembari berkata "Pa makan malamnya sudah siap!" Wijaya mengangguk mendengar itu. "Nak Juna makan malam di sini saja ya, istri saya sudah persiapkan semuanya loh." tawarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara - Gara Bakso I Love You
Romantizm"Kamu pilih si bulat bakso kesayangan kamu itu apa aku pacar kamu?" "BAKSO!" "Yaudah berarti kita putus!" Cukup konyol jika hubungan seseorang kandas hanya gara-gara semangkuk bakso tak bernyawa. dan orang - orang menjulukinya gadis aneh karena lebi...