Tania mengusap pipi Shasya "ternyata Rey benar, kamu cantik"."Memangnya Rey cerita apa aja tentang aku tante?" tanya Shasya sambil senyum senyum.
"Gak banyak sih,, dia cuma bilang kamu cantik terus dia juga janji mau kenalin kamu ke Om dan Tante, tapi,, " Tania menghentikan ucapannya.
"Tapi apa tante? ".
"Sebelum dia ngenalin kamu ke Om dan Tante dia malah mengalami kecelakaan". wajah Tania kembali murung membuat Shasya pun kembali bersedih dan merasa bersalah.
Dengan wajah sedih Shasya beranjak menghampiri ranjang Rey, diiringi tatapan Mala, Joey dan juga Tania.
Shasya berdiri disamping ranjang Rey sambil memegangi tangan Reyhan.
Pikirannya kini menerawang mengingat kembali hari naas itu hari dimana seharusnya dia lah yang mengalami kecelakaan itu.
"Rey,, maaf in aku, gara gara aku kamu jadi kaya gini, seharusnya kamu gak usah nyelametin aku, harusnya kamu biarin aku yang ketabrak mobil waktu itu, biar aku gak ngerasa bersalah seperti ini Rey" tangis Shasya kembali pecah, sambil terus memegang tangan Rey shasya terus saja menyalahkan dirinya,
"Rey,,bangun Rey, maafin aku,aku gak bisa tanpa kamu, aku gak bisa liat kamu kaya gini" Shasya terus mengguncang guncangkan tangan Rey,air mata nya jatuh ke wajah Rey tanpa di sengaja.Merasa kasihan pada Shasya, akhirnya Tania dan Mala pun menghampirinya.
Mala mengusap punggung Shasya "Sha,, udah lo harus kuat, jangan lemah kaya gini".
"iya sayang kamu harus sabar, tante yakin Rey akan baik baik aja" Tania menambahkan.Tania pun merangkul bahu Shasya seraya mengajaknya kembali ketempat semula, namun baru selangkah mereka beranjak, mereka terkejut karena mendengar suara serak Reyhan yang hanya sebuah gumaman
"Nghh"
Sontak semua mata mengarah pada Reyhan.
"Nghh"
Tania dengan cepat memegang tangan Reyhan. "Rey,,, bangun sayang, mamah kangen sama kamu nak".
Mala dan Shasya saling berpelukkan sambil menangis haru. Joey pun merasa terharu sekaligus senang karena sahabat nya telah siuman.
Perlahan lahan Rey membuka matanya,ia nampak melihat lihat sekeliling ruangan dan menatap satu persatu orang yang ada di ruangan itu.
"syukurlah sayang,kamu udah sadar" ucap Tania senang.
"aku dimana? "
"Rey lo di rumah sakit sekarang, lo hebat Rey,lo udah jadi pahlawan" Joey berkata seraya menepuk pelan bahu Rey sambil tersenyum kearahnya.
"kalian siapa? " Reyhan nampak kebingungan.
"Rey,, ini mamah sayang, dan mereka temen temen kamu" ucap Tania seraya memegang lengan Joey dan Mala bergantian.
"nghh,, Aakhh,, "Rey mengkerutkan keningnya "Aaakkhh" kini Rey memegang kepalanya ia nampak kesakitan.
"Aaaakkkh" Rey terus berteriak sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan nya, membuat semuanya panik.
"Rey,,ini mamah "
Reyhan terus saja berteriak kesakitan
"Tan,, bi,, biar a,, aku panggil dokter" ucap Shasya gugup,air matanya kembali tumpah. Shasya pun segera beranjak namun Joey menahannya.
"Sha!,ga usah,pencet ini aja" Joey memencet tombol merah yang ada di atas ranjang Rey beberapa kali. Tombol yang memang tersedia untuk keadaan darurat.
Tak lama Dokter dan suster pun datang dengan tergesa gesa
"ada apa ini? " tanya dokter setelah sampai di samping ranjang Rey."tadi anak saya siuman dok, tapi dia tidak mengenali kami dok, lalu dia kesakitan memegangi kepalanya" Tania menjelaskan.
"tolong semuanya sementara tunggu di luar" ucap dokter memerintahkan Tania dan ketiga remaja itu,mereka pun menuruti dokter dan segera keluar ruang ICU.
Shasya langsung terduduk lemas di kursi yang ada di depan ruangan itu, begitu juga dengan Tania dan Mala, Joey mencoba menguat kan ketiga wanita itu.
"Udah,, sekarang kita berdoa semoga gak terjadi apa apa sama Rey". Ucap nya.
Tak lama terdengar suara gaduh dari ujung lorong,makin lama suara itu makin dekat dengan pendengaran Joey dan ketiga wanita itu.kini empat pasang mata itu tertuju pada empat orang pemuda yang sedang bercanda sambil saling mencela satu sama lain dengan suara yang cukup kencang,mereka adalah Arya,Ryan,Erik, dan Roni.
Tak terhitung sudah berapa kali perawat menegur mereka 'mas ini rumah sakit, jangan berisik' namun mereka kembali riuh sesaat setelah meminta maaf.Keempat pemuda itu kini sudah berada di depan Tania, Joey,Mala dan juga Shasya.
Keempat pemuda itu langsung terdiam melihat ketiga wanita didepan nya yang terlihat sangat sedih, mereka langsung menyalami tangan Tania bergantian.
"Maaf tante, ada apa ya?, kenapa semuanya nangis?" tanya Ryan sambil menatap satu persatu wanita di hadapan nya.
Erik nampak menyenggol bahu Joey meminta penjelasan.
'Semoga gak terjadi apa apa sama Rey' pikir Ryan, ia menatap ke arah Shasya namun tak ada jawaban Shasya malah menangis memeluk Mala.
Erik kembali menyenggol bahu Joey karena yang di senggol dari tadi tak merespon "heh!, kuya!, ngomong, ada apa??! ".Erik mulai kesal.
Belum sempat Joey menjawab, pintu ruang ICU sudah terbuka membuat semuanya menoleh kearah Dokter yang keluar dari balik pintu.
Tania segera mendekati Dokter
"Dok, bagaimana keadaan anak saya? ""Mohon maaf saya harus mengatakan ini, putra anda mengalami AMNESIA".
Tania dan semua yang ada di sana terkejut mendengarnya.
"Kemungkinan ini terjadi karena benturan keras di kepala nya, saya minta dari kalian semua jangan memaksa nya untuk mengingat sesuatu karena itu akan berakibat fatal untuk pasien,jika ada hal yang memang harus di ingatkan lakukan pelan pelan dan jangan paksa pasien untuk berfikir terlalu keras".tandas dokter tersebut "pasien sudah bisa di temui, saya permisi dulu" lanjutnya kemudian dokter itu pergi diikuti suster disampingnya.
Semuanya langsung masuk kedalam menemui Reyhan
Reyhan bingung dengan orang orang yang ada di depan nya karena ia tak mengenali satupun dari mereka akhirnya ia membuka suara "kalian siapa? ".
❗❓❗❓
To be continue....
Jangan lupa voment nya
Dan bantu share cerita ini yea..
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNAT [COMPLETED]
Teen FictionDijaga selagi ada, karena jika sudah hilang, berharganya dia akan terasa sangat nyata - ReyNat - Rey memberanikan diri mengungkapkan perasaannya. "Kak aku suka sama kaka" sambil merogoh kantong celana nya. Belum sempat Rey mengeluarkan penggaris dar...