40|

663 24 0
                                    

*Setel lagunya, biar enak:v👆

Rintikan embun pagi yang jatuh dari atas pohon mengenai wajah Reyhan yang masih berada di taman, membuat cowok tersebut terbangun, dirinya ketiduran saat menunggu Shasya kemarin.

Suasana taman masih sama seperti kemarin sore, hanya saja bunga - bunga yang Reyhan beli untuk Shasya semuanya berjatuhan tertiup angin.

Rehan mengecek ponselnya, pukul 6.18. berarti sudah semalaman Reyhan tertidur di taman. Lalu, dimana Shasya? Kenapa dia tidak ada? Apa Shasya tidak menemuinya? Bukannya Shasya sudah mengirimkannya pesan agar menunggu ditempat ini? Banyak pertanyaan yang bergejolak di pikiran Reyhan, namun bukan saatnya mempertanyakan itu sekarang.

Reyhan bangkit dari duduknya, lalu berlari keluar taman menuju motornya. Lebih baik dirinya pulang dan pergi ke sekolah untuk menemui Shasya dan menanyakan kenapa Shasya tidak datang kemarin.

****

7.25 a.m, Reyhan baru sampai di sekolahnya. Dirinya harus berhadapan dengan guru piket yang selalu memberi hukuman untuk Murid murid yang telat. Itu sungguh menyebalkan.

"Kemana aja Lo, jam segini baru dateng?" Ucap Joey, Reyhan yang baru datang langsung duduk disamping Erik dengan keringat yang membanjir.

"Telat"

Reyhan yang baru duduk langsung merebut botol air milik Erik yang baru dibelinya.

"Kamprettt. Lo haus boleh, tapi gak usah ngambil punya gue juga kali, Lo gak tau kan seberapa perjuangan gue buat beli air itu yang tinggal satu satunya di warung pak aji, gue harus melewati Samudera Atlantik"

Reyhan tak mempedulikan ocehan Erik, dirinya langsung mengembalikan botol air yang tinggal sedikit.
"Makasih"

Erik menganga lebar, Reyhan tuh ngeselin Erik udah ngomong sampe berbusa-busa gak dipeduliin sama dia.

"Shasya mana?" Tanya Reyhan kepada Mala yang duduk disamping Joey

Joey menyenggol lengan Mala yang sedang sibuk dengan ponselnya.
"Hah? Gatau, dia gak masuk. Gue telpon nomernya gak aktif, gue kira dia bareng Lo"

Brakkk

Reyhan menggebrak meja kantin, membuat seluruh siswa melihat kearahnya.
"Bangsat!"

Reyhan tiba-tiba merasa khawatir, dirinya teringat berita tadi pagi saat dirinya akan berangkat ke sekolah, sebuah kecelakaan kemarin sore yang  terjadi dijalan dekat dengan taman, mengakibatkan seorang remaja cedera parah.

"Rey, sini deh" ucap mamanya yang berada disofa.

"Apa mah?" Reyhan duduk disamping mamanya seraya memakai sepatu.

"Itu temen kamu bukan sih?" Tunjuk mama Reyhan.

Reyhan mendongak melihat kearah televisi yang memperlihatkan sebuah kecelakaan, namun dirinya tak melihat siapa korbannya.

Itu kan jalan deket taman, yang tadi gue lewatin, batin Reyhan.

"Ah mama salah liat kali, yaudah aku mau berangkat. Assalamualaikum"

Reyhan keluar rumah setelah menyalami mamanya.

"Rey! Lo kenapa?" Tanya Erik memegang pundak Reyhan, menyadarkan cowo itu dari lamunannya.

"Hah? Gapapa, gue duluan ya"

Reyhan langsung berlari meninggalkan kantin menuju kelasnya, mengambil tasnya dan kembali berlari keparkiran, perasaan khawatir semakin bertambah tanpa sebab membuat Reyhan tidak nyaman dengan itu.

Reyhan mengendarai motornya dengan kecepatan penuh menuju kearah taman tempat dimana kecelakaan itu terjadi.

Saat sudah sampai, Reyhan turun dari motornya, berjalan kearah aspal yang membekaskan darah, dirinya melihat sebuah gelang tangan yang sudah putus. Dirinya seperti mengenali gelang ini.

Reyhan langsung kembali ke motornya dan melesat ke rumah Shasya. Entah dirinya sangat ingin melihat Shasya saat ini.

"Assalamualaikum, permisi" teriak Reyhan saat sudah berada didepan pintu rumah Shasya, namun tak ada yang membukakannya.

"Permisi!!"

Sudah cukup lama Reyhan terus berteriak dan mengetuk pintu rumah Shasya namun tak kunjung dibukakan pintu.

Kemana semua orang dirumah ini, kenapa tidak ada satu pun orang disini. Perasaan Reyhan sungguh tidak enak.

Reyhan mencoba menelpon Shasya namun nomornya tak aktif.
"Sayang, kamu dimana.." gumam Reyhan cemas.

***

Disebuah layar patient monitor terlihat garis gelombang yang terus berjalan, diatas tempat tidur terdapat seorang perempuan cantik yang masih betah memejamkan matanya.

Ada yang Jangal dari perempuan tersebut yang tertutup selimut. Jari tangan perempuan itu bergerak-gerak, dan mata indah perempuan tersebut mulai terbuka, dia siuman.

Ruangan bercat putih yang pertama kali dirinya lihat, dan tercium bau obat-obatan. Perempuan tersebut sudah bisa menebak dimana dirinya berada.

Tapi tunggu, dirinya merasa ada yang berbeda dengan kakinya. Kenapa dengan kakinya, kenapa seperti mati rasa? Perempuan itu langsung terduduk, meraba kakinya

"Gak mungkin, ini pasti cuma mimpi" ucap perempuan tersebut, suaranya mulai serak menahan tangis.

"Gak mungkin!!!" Teriaknya histeris.

Ceklekkk..

"Shasya?!"

"Mahhh..."

"Mahh.. hikss.. aku gak mau kaya gini...hikss" tangis Shasya, mamanya menghampirinya dan langsung memeluknya erat.

"Kamu harus sabar ya sayang..., kamu harus bisa menerima semua ini.., walaupun kamu lumpuh, mama tetep sayang sama kamu..., kamu harus kuat ya, sayang...hikss" nasihat mama Shasya, beliau juga ikut menangis melihat penderitaan putrinya.

"Tapi aku malu mah, aku malu sama temen-temen aku, sama Reyhan..hiksss, Reyhann...hikksss,hiksss..." Tangis Shasya semakin histeris, pikirannya menjelajah ke mana-mana.

Bagaimana nanti jika Reyhan melihatnya lumpuh, Shasya tidak mau terlihat buruk dihadapan Reyhan, dirinya sangat malu bila bertemu Reyhan dengan keadaan seperti ini.

"Mah, aku mohon jangan kasih tau temen temen aku tentang semuanya..,hikss. Terutama Reyhan... Aku gak mau ketemu dia sekarang, hikss" Isak Shasya didalam pelukan, mamanya mengiyakan permintaan anaknya itu.

Ya Tuhan, kenapa aku tidak mati saja?

***

TBC.

Wiyu wiyu wiyu wiyu wiyu 🚑🚑
Permisi, odong odong mau lewat🚂
Wkwk😆
Dikit ya, yaudh gpp yg pntng aku update 😊

REYNAT  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang