Tiga

8.5K 1K 52
                                    

Aku hanya seseorang yang ingin menyempurnakan kurangmu ketika bersamaku.

***

"Chanyeol, ih bisa gak? Hah" tanya gue tertawa saat melihat Chanyeol sedang menimba air di sumur belakang rumah.

Rumah gue memang benar-benar berada di pelosok kampung, di desa yang apa adanya.

"Papa ih, cepetan dong Celine udah gerah mau mandi!" sungut Celine mendumel sebal.

Sedangkan gue yang sembari menggendong Cello hanya tertawa melihat wajah serius Chanyeol menimba air untuk mengisi ember yang tidak penuh-penuh.

Chanyeol berdecak kesal, "Sabar dong kak! Susah nih!" jawab Chanyeol.

Gue menurunkan Cello dari gendongan dan mencoba mengabil alih tali katrol timbaan air yang di pegang Chanyeol.

"Sini deh biar aku aja"

Chanyeol menepis tangan gue lalu menggelengkan kepalanya menolak, "Enggak usah! Kamu mandiin anak-anak aja, biar aku yang isi embernya sampe penuh" jawab Chanyeol.

"Yaudah terserah"

Lalu gue mulai memandikan anak-anak secara bersamaan. Setelah membantu Celine keramas, air di ember ternyata sudah habis.

"Chanyeol cepetan, ini udah abis airnya!" seru gue seraya memerintah Chanyeol.

"Iya-iya sabar" jawabnya.

Setelah memandikan Celine dan juga Cello. Gue juga ikut membersihkan diri dan setelahnya Ibu memanggil untuk belanja ke warung depan.

"Beli ayam, minyak goreng, gula, tempe, cabe, bawang, sama lalapan ya?" kata Ibu.

Gue mengangguk, "Iya" jawab gue.

"Celine mau ikut gak?" tanya gue sembari merapikan rambut dan menguncir kuda.

"Kemana?"

"Warung, beli sayur. Ikut gak?"

Celine mengangguk dan berjalan menuju ke arah gue. "Iya, ikut!" serunya.

Gue mengajak Celine pergi berbelanja sayur di warung depan yang tak jauh dari rumah.

"Eh, (your name)! Udah balik dari Jakarta?" tanya Ibu-ibu yang menjadi tetangga sebelah rumah.

Gue menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaannya dengan senyum simpul. "Iya, bu. Hehe" jawab gue sembari memilah-milah ayam di depan gue

"Hebat ih sekarang mah, udah punya mobil punya suami juga" katanya. Huft selalu begitu, entah pura-pura tidak tahu untuk menyindir gue atau memang tidak tahu beneran.

Gue menggelengkan kepala, "Bukan bu, masih calon" jawab gus tersenyum paksa. Rasanya malas juga untuk meladeni orang dengan mulut seperti ini.

Tapi tunggu, memang benar kan Chanyeol calonku?

"Calon? Ih hebat bener atuh bisa dapet calon yang kaya. Rahasianya apa tuh?" tanyanya lagi yang membuat gue sedikit tersinggung.

Chanyeol as My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang