Dua Puluh Tujuh

6.1K 738 58
                                    

Mustahil kalo saat ini gue bisa tidur, karena sekarang gue lagi nangis dan ditambah nggak dipeluk Chanyeol. Rasanya mata gue nggak bisa melek karna bengep nangis kelamaan.

Gue beranjak bangun saat alarm ponsel menunjukkan pukul 3 dan ini adalah waktunya gue mempersiapkan sahur. Gue berjalan ke arah cermin dan melihat diri gue yang seperti mayat hidup dengan mata bengap, hitam dan hidung merah. Lalu beralih menuju dapur memasak makanan untuk sahur.

Selesai masak, gue menata piring-piring berisi lauk yang baru aja gue masak tadi di atas meja makan. Dan saat itu juga gue mendengar suara pintu terbuka, reflek gue menengok ke arah sumber suara. Disana ada Chanyeol yang berjalan dengan wajah khas bangun tidurnya.

Gue dengan cepat langsung meninggalkan meja makan dan berjalan masuk ke dalam kamar anak-anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue dengan cepat langsung meninggalkan meja makan dan berjalan masuk ke dalam kamar anak-anak. Baru saja gue membalikkan badan, suara deep Chanyeol membuat jantung gue nggak karuan.

"(yn).."

Gue menoleh dengan berdehem seakan bertanya ada apa. "Masuk dulu" ucapnya dingin yang langsung berbalik badan memasuki kamar.

Gue menelan saliva gue kasar, dan berjalan mengikuti Chanyeol dengan jantung yang berdegup kencang seperti genderang mau perang.

Kalo inget kejadian beberapa jam yang lalu, gue rasanya mau jambak Chanyeol aja. Bisa-bisa nya dia tidur setenang itu sedangkan gue untuk memejamkan mata aja nggak bisa.

"K-kenapa?" tanya gue saat sudah berdiri tepat di belakang pintu kamar. Chanyeol hanya menatap gue dingin bak pangeran es. Gue menyatukan gigi dan menggertakannya sesekali secara pelan.

"Sini" ucapnya sembari menunjuk kasur dengan kepalanya, yang memberi tanda bahwa gue harus duduk disana.

Gue berjalan ke arah kasur sesuai permintaan Chanyeol. Gue menyatukan kedua tangan gue dan meremasnya, sesekali menggigit ujung bibir bagian bawah gue. "Kenapa?" tanya gue lagi.

Tanpa menjawab pertanyaan gue, Chanyeol berjalan ke arah pintu dan menguncinya. Gue menatap Chanyeol bingung, namun dirinya hanya mengikuti hati dan fikirannya sendiri.

Setelah nengunci pintu, Chanyeol mengarah ke gue dan berdiri tepat di depan gue. Gue menatap Chanyeol sembari menggigit pelan bibir bawah gue. Tanpa mengeluarkan satu katapun, bibir Chanyeol sudah menempel di bibir gue.

Gue membelalakkan mata tak percaya dengan perlakuan Chanyeol. Entah apa yang dialami Chanyeol sehingga membuatnya seperti ini. Nggak biasanya Chanyeol memulai tanpa mengajak gue lebih dulu.

Chanyeol membanting tubuh gue diatas kasur. Dengan sadar, gue mendorong kuat dirinya dan berusaha melepaskan ciuman Chanyeol.

Perasaan gue masih kesal dengan sikap Chanyeol malam tadi, walaupun misal dia capek dengan kerjaan nya dia bisa cerita ke gue semua keluh kesahnya. Tapi apa, dia malah sama sekali nggak menghiraukan gue yang jelas-jelas udah nunggu kepulangan dia dari sore. Siapa yang nggak marah?

Chanyeol as My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang