Tiga Puluh Delapan

6.2K 764 80
                                    

"Papa, emang Cello bukan anak bunda?"

Gue menoleh kaget ke arah Cello yang sedang bergelayutan di tangan Chanyeol. Tubuhnya yang hanya di kaki Chanyeol membuatnya harus mengadah ke atas menatap Papa nya.

Gue tak menjawab satu katapun. Bukan mau menepis ucapa Cello, tapi gue nggak mau melebarkan masalah kalau jawaban gue dianggap salah oleh Chanyeol.

"Kan Cello punya Mama. Mama Sunbin" jawab Chanyeol yang langsung membuka pintu mobil.

Rasanya gue mau sleding mulut Chanyeol sekarang. Jawabannya bikin gue naik darah, sumpah.

"Tapi kan Cello manggilnya Bunda. Belalti Cello anak Bunda kan, Pah?" lagi-lagi pertanyaan Cello membuat jantung gue seakan loncat dari tempatnya.

Gue mengangguk mantap, "Eh? Iya lah, dek" jawab gue mewakilkan Chanyeol. Gue juga nggak mau Cello bertanya lebih dalam lagi.














Setelah sekitar 5 hari gue, Chanyeol dan anak-anak ada di Bandung. Hari ini gue sudah ada di Jakarta. Terkait pertemuan gue dengan sang mantan terindah, Andika. Sampai sekarang Chanyeol sama sekali nggak ngomong apapun ke gue.

"Yeol, mau makan?" tanya gue yang sudah selesai masak dan menghampiri Chanyeol yang duduk di sofa tv.

Chanyeol tak menoleh sedikitpun, fokusnya masih pada ponselnya. "Duluan aja" jawabnya.

Gue menghela nafas dan langsung pergi ke meja makan menemui anak-anak yang sudah siap untuk makan.

"Papa nggak makan?!" teriak Celine.

"Duluan aja kak, Papa belum laper" jawabnya yang tanpa pergerakan sedikitpun.

Chanyeol tuh ya, kenapa sih masalah kecil aja dibesar-besarin? Gue cuma ketemu mantan doang marahnya udah kayak gue jalan bareng mantan. Gimana gue tidur satu ranjang sama mantan? Bisa abis dibotakin gue.

Selesai makan, Celine dan Cello ada jadwal untuk les. Dan karena mobil ada di bengkel jadilah mereka naik taksi online. Selesai mempersiapkan segalanya untuk anak-anak gue menghampiri Chanyeol yang masih setia duduk di sofa dan menatap layar ponselnya.

"Yeol.."

"Hmm"

Ah sumpah, rasanya gue mau ambil tang terus mau buka mulut Chanyeol supaya bisa bicara lebih banyak.

"Kamu masih marah?" tanya gue yang kini mendudukkan diri di sampingnya. Gue menatap Chanyeol yang sama sekali tidak menghiraukan gue.

"Kan aku udah minta maaf. Ini juga udah berapa hari, Yeol. Marahan lebih dari tiga hari dosa tau" kata gue membujuk rayu balita gue yang satu ini.

Chanyeol menoleh ke arah gue, "Menurut kamu?" tanyanya.

"Y-ya kan aku udah minta maaf, aku juga udah jelasin semuanya sama kamu. Tapi kamu masih diemin aku" kata gue.

Emang bener, waktu sepulang dari makam gue sama Chanyeol masuk ke kamar dan gue langsung meminta maaf dan menjelaskan semuanya. Tanggapan Chanyeol hanya berdehem sampai gue selesai menjelaskan semuanya. Di depan Ayah dan Ibu Chanyeol bicara seakan biasa saja dengan gue. Tapi kalau gue dan Chanyeol lagi berdua, jangankan ngobrol, manggil nama gue aja enggak.

Chanyeol emang gitu, kekanakan.

"Kamu fikir aja sendiri deh!" katanya sarkastik yang membuat gue mengerutkan dahi tak mengerti.

Gue menoleh ke arahnya, "Fikir gimana? Kan udah semua-"

"Ya mana ada suami yang baik-baik aja liat istrinya ngobrol sama mantan terindahnya?" tanyanya dengan menekankan kata mantan terindah.

Chanyeol as My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang