Lima Puluh Satu

8.6K 905 369
                                    

"Chanyeol..."

Gue memekik namanya yang sedang berdiri disamping baby box Ryon. Chanyeol menoleh ke arah gue yang tengah duduk di bibir kasur.

Setelah meletakkan Ryon di baby box nya dan juga memeriksa Cayra yang ada di baby box lainnya, Chanyeol berjalan menghampiri gue.

"Kenapa?" tanyanya yang kini sudah menyamakan posisinya dengan gue, duduk di bibir kasur dengan kaki terjuntai.

Gue menggigit ujung bibir bawah kencang, detak jantung gue seakan berdetak lebih cepat dari biasanya, tangan gue dingin dan gue hanya menundukkan kepala.

"Kenapa, hm?" tanya Chanyeol yang menolehkan kepalanya sedikit kebawah untuk melihat wajah gue yang sedikit tidak terlihat karena menunduk.

Gue menoleh ke arah Chanyeol, "Um... Kan anak-anak udah pada tidur, ngh a-aku.." entah kenapa gue jadi terbata-bata mengeluarkan kata-kata. Padahal sebelumnya gue udah siapin kata-kata.

"Kamu kenapa? Pegel?" tanya Chanyeol sembari memegang pundak gue.

Gue menggeleng cepat, "Ha? Eng-enggak kok" jawab gue sedikit tersenyum canggung pada Chanyeol.

Chanyeol mengerutkan dahinya bingung, "Kenapa, sih?" tanya Chanyeol lagi.

Gue menarik nafas dalam, memejamkan mata sekejap, lalu menatapnya dalam. "Aku mau ngomong tentang kita" jawab gue.

"M-maksudnya?" tanyanya lagi.

Gue tau kok, kalau sebenarnya Chanyeol itu mengerti apa yang akan gue ucapkan.

"Iya, tentang kita. Aku dan kamu" jawab gue mengangguk mantap.

Chanyeol mengalihkan wajahnya dari hadapan gue. "Yang!" pekiknya dengan sedikit meninggi.

"Yeol, aku nggak bisa!" ucap gue yang juga mengikuti nada bicara Chanyeol yang sedikit meninggi.

"Kenapa? Kenapa nggak bisa?" tanyanya.

Gue mengerutkan dahi, pertanyaannya nggak masuk akal bukan? Dia bertanya, kenapa nggak bisa? Udah jelas jawabannya karena perbuatannya yang diluar nalar.

"Yeol, please..."

"Aku tanya, kenapa nggak bisa?!"

Gue menarik nafas dalam. Gue jadi merasa kalau kepala gue mendadak pusing. "Apa masih kurang jelas, Yeol?" tanya gue.

"Yang! Sekarang udah ada Cayra. Kamu masih kayak gini?" tanya nya mengalihkan pandangannya dari gue dan mengusap wajah gusar.

"Cayra bukan alasan untuk aku mempertahankan hubungan kita" jawab gue.

"Bukannya aku pernah bilang, aku akan mempertahankan hubungan kita sampai Cayra lahir. Dan setelahnya, ya aku-"

Belum gue selesai bicara, Chanyeol sudah beranjak berdiri. "(yn), bisa nggak sih kamu sekali aja nggak egois?" tanya Chanyeol.

"Kamu jangan cuma mikirin diri kamu aja! Fikirin Cayra juga, anak kita, (yn)!" ucap Chanyeol sembari bertolak pinggang.

Dari nada bicaranya, gue sudah bisa menebak dengan benar kalau Chanyeol sudah sangat emosi. But, bukannya yang marah itu seharusnya gue?

"Aku? Egois? Iya, aku emang egois, anggap aja begitu"

"(your name)!" pekik Chanyeol sembari menatap gue dengan wajah merahnya. Gue tau Chanyeol sedang berusaha menahan diri untuk tidak terbawa lebih pada emosinya.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chanyeol as My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang