Tiga Puluh Satu

6.1K 837 110
                                    

"Kakak sama adek jangan bilang sama Eyang ya kejadian dirumah tadi" ucap gue ke Celine dan juga Cello.

Mereka mengangguk mengerti, "Iya bun" jawabnya.

"Assalamualaikum" ucap gue yang kini sedang mengetuk pintu rumah Mama Park.

"Waalaikumsalam, eh.. udah dateng aja. Ayo masuk, sayang" ucap Mama Park yang langsung membawa gue dan anak-anak masuk kedalam rumahnya.

Gue terkejut melihat rumah Mama Park sangat ramai, "Sini (yn)!" panggil Kak Yoora yang kini sedang duduk dilantai bareng orang-orang yang bikin kue.

Gue tersenyum dan sedikit mengangguk, "Chanyeol mana?" tanya Mama Park yang langsung ikutan duduk.

"Kerumah temennya, ambil dompetnya yang ketinggalan" jawab gue.

Kak Yoora berdecih mendengar jawaban gue, "Ah. Apa aja ketinggalan, tuh juga burungnya kalo nggak nempel ketinggalan" jawabnya yang membuat semua orang diruangan ini tertawa termasuk gue.

"Ini loh, istrinya Chanyeol. Cantik kan?" tanya Mama Park kepada orang-orang di depannya sembari merangkul gue.

"Cantik, pantes aja kesemsem ya Chanyeol"

"(yn) ini Tantenya Chanyeol namanya Naren, kalo ini anaknya seumuran sama Kak Yoora si Lea, nah ini anaknya Lea yang paling gede si Nadine, itu juga anaknya yang lagi main sama Cello si Arka" ucap Mama Park menunjuk satu persatu.

Gue mengangguk tersenyum dan bersalaman, "Oh aku nggak pernah ketemu, Ma. Jadi nggak tau" jawab gue kikuk.

"Iya. Waktu kamu nikah, mereka nggak dateng. Mereka ini tinggalnya di Ausie" jawab Mama Park.

Gue mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti. "Oh ya, ini bikin apa? Aku ngapain nih?" tanya gue yang mencoba menawarkan bantuan.

"Bikin cookies buat nanti malem kumpul" ucap Mam Park. Gue mengangguk dan mengambil sarung tangan lalu memakainya.

"Aku bantu bikin yaa" ucap gue sambil membantu membentuk cookies nya.

"(yn) udah isi belum?" tanya Tante Naren tanpa mengganggu konsentrasinya membentuk cookies.

Gue mengangguk dan tersenyum, "Alhamdulillah, Tan" jawab gue terkekeh dan dengan pipi yang sedikit memerah.

"Iya dong, biar duda juga Chanyeol masih seger" jawabnya yang membuat semuanya tertawa.

Kak Yoora mendecih, "Seneng banget tuh dia pas tau (yn) hamil. Lah aku bilang, sampe tua mah lelaki masih tokcer" jawab Kak Yoora.

"Lo lah Ra, kapan?" tanya Lea yang meledek Kak Yoora. Kak Yoora berdecak sebal, "Yee sabar lah. Lo kira nikah sama Polisi gampang ngurusnya?" ucap Kak Yoora.

Gue terkekeh, "Cepet dong kak. Biar anak kita nggak beda jauh" ucap gue ikutan meledek Kak Yoora.

"Emang si Henry belum mau nikah sekarang?" tanya Tante Naren.

"Bukan Henry nya Ren, si Yoora yang masih ketakutan buat jadi istri" jawab Mama Park.

"Cepet-cepet Ra, masa kalah sama Lea yang udah dua anaknya?" ucap Tante Naren yang hanya dijawab anggukan dari Kak Yoora.

Selesai sudah membuat cookies, dan beberapa menit lagi menuju buka puasa. Sampai jam segini, batang hidung Chanyeol sama sekali belum nampak. Fikiran gue udah macem-macem tentang Chanyeol yang mengambil dompetnya di perempuan itu.

"Chanyeol kok belum dateng ya?" tanya Mama Park sedikit berteriak yang berada di dapur.

"Lagi ada urusan kayaknya Ma, sebentar lagi juga dateng kok" jawab gue sambil menata makanan di meja makan. Lagi-lagi gue harus berbohong demi kebaikan. Darimana gue tau sebentar lagi Chanyeol bakalan dateng? Tau Chanyeol sekarang dimana aja, enggak.

Sampai adzan maghrib berkumandang dan sampai sudah jam 7 malam, Chanyeol belum juga dateng.

Gue baru aja keluar dari kamar mandi, dan di ruang tengah udah rame banget. Gue sempet ngobrol sama Kak Yoora, katanya ini tradisi mereka kumpul keluarga besar malam takbiran dan hari lebaran besok.

"Mas, ini kenalin (yn) istrinya Chanyeol. Belum pernah ketemu kan kamu?" tanya Kak Yoora sembari memperkenalkan gue dengan Henry tunangannya.

Gue tersenyum dan terkekeh, "Cepet nyusul dong Mas, biar anak kita nanti main bareng" ucap gue meledek Kak Yoora.

"Sama aja ih sama Chanyeol. Sebel aku!" ucap Kak Yoora dengan nada ngambeknya yang bikin gue memeluknya gemas.

"Makan dulu Mas" ucap gue menawarkan pada Mas Henry. Dia terkekeh, "Telat kamu. Aku baru selesai makan" jawabnya.

Gue tertawa, "Oh dateng-dateng laper nih yee. Haha" tukas gue meledek yang disambut gelak tawa dari Mas Henry dan juga Kak Yoora.

"Chanyeol mana?" tanya Mas Henry.

Gue menggeleng pelan, "Belum dateng Mas, masih ada urusan kayaknya. Dikit lagi juga dateng kok" jawab gue.

"Tau nih Chanyeol, istrinya sendirian gini jadinya. Yang lain pada ada pasangannya" ucap Kak Yoora.

Gue tertawa hambar, "Haha nggak papa kali kak. Yaudah aku mau ke anak-anak dulu ya" ucap gue yang langsung pamit.

Ya, rumah Mama Park emang rame banget, tapi gue merasa sepi. Semuanya berkumpul disini, tapi nggak termasuk Chanyeol. Disaat semuanya bersenda gurau dengan masing-masing keluarganya, gue enggak. Bahkan, dimana Chanyeol sekarang pun gue nggak tau.

"(yn) sini nak keluar" ucap Mama Park yang menyuruh gue untuk mengikutinya keluar berkumpul di halaman depan.

Gue mengangguk dan mengikuti Mama Park, "Chanyeol belum selesai urusannya?" tanya Mama Park.

"Belum kayaknya, Ma" jawab gue menggeleng lemah dan dengan suara sangat parau. Gue mau nangis, tapi rasanya airmata gue udah abis dan mengering.

Mama Park memeluk gue dan membuat gue terperanjat kaget. "Mama tau, (yn) lagi nggak baik-baik aja kan? (yn) sepi karna Chanyeol nggak ada? Hm?" tanya Mama Park.

Airmata gue yang tadinya mengering kini tiba-tiba sudah mengalir kembali dipipi gue. Ucapan Mama Park membuat hati gue terasa tersayat-sayat. Gue kangen Chanyeol sebelum semalam, Chanyeol yang sayang gue, yang selalu ada disamping gue, yang nggak mau gue kesepian, yang selalu mendampingi gue. Tapi sekarang, tepatnya malam ini, dikeramaian ini gue merasa sepi dan seperti ada yang hilang.

"Hiks.. Hiks.. Hiks.." gue menangis tersedu-sedu di pelukan Mama Park. Gue membutuhkan ini, gue butuh pundak yang bersedia menopang gue untuk saat ini. Saat gue rapuh.

Mama Park mengangguk, "Mama tau. Yaudah ada Mama disini, ada Kak Yoora juga, ada Celine, ada Cello. Nggak usah ngerasa sepi" ucap Mama Park.

"Hiks... I-iya ma.. Hiks.. Hiks.."

Sampai acara kumpul keluarga selesai, orang-orang juga udah pada pulang, Chanyeol belum juga memperlihatkan kehadirannya.

"Ma, (yn) tidur duluan ya, soalnya kepala (yn) pusing banget" ucap gue sembari memijat kening gue.

Mama Park mengangguk, "Yaudah tidur sana, anak-anak juga udah pada tidur tuh dikamar" jawabnya.

Gue pun langsung berpamitan dan melangkahkan kaki ke arah kamar Chanyeol dulu. Didalam kamar udah ada Celine dan Cello yang tertidur lelap. Gue pun ikut merebahkan tubuh diatas kasur. Airmata gue tiba-tiba jatuh lagi ketika otak gue memutar memori kebersamaan gue dan Chanyeol sebelum malam kemarin. Gue kangen Chanyeol.

"Lah udah pada pulang, Ma?"

Suara dari luar kamar yang sangat familiar membuat gue menutup mata untuk berpura-pura tidur. Ya, suara deep Chanyeol.

Dan benar, suara pintu kamar terbuka terdengar jelas di telinga gue. Bahkan sampai sekarang Chanyeol tidur di ujung kasur yang berseberangan dengan gue, gue tau itu. Gue hanya berpura-pura untuk tidur, tanpa Chanyeol tau kalo gue sebenernya sangat butuh Chanyeol saat ini.

Chanyeol as My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang