Suara adzan subuh dan takbir yang menggema membangunkan gue dari tidur. Gue melihat ke arah Chanyeol yang tidur dengan memeluk erat Celine. Rasanya, saat ini gue juga mau dipeluk Chanyeol.
Gue beranjak dari kasur dan langsung berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka. Setelahnya gue membuka tas yang berisi baju gue, Chanyeol, dan juga anak-anak yang gue ambil dirumah kemarin sore bareng Kak Yoora.
Gue mempersiapkan baju dan juga mukenah untuk sholat nanti. Gue langsung pergi ke dapur yang ternyata udah ada Mama Park yang lagi mencunci piring. "Ma, udah bangun? Ih maaf ya Ma, (yn) telat bangunnya" ucap gue yang sudah berdiri disamping Mama Park.
"Iya nggak papa kok. Lagian kan Chanyeol udah pulang, masa lagi enak kelonan Mama bangunin sih, haha" ucap Mama Park meledek dengan diakhiri gelak tawa.
Gue hanya ikut tertawa hambar. Jangankan kelonan, disamperin Chanyeol aja enggak. "Sini Ma, (yn) yang cuciin" ucap gue menawarkan untuk mengambil alih mencuci piring.
"Nggak usah, kamu bangunin aja sana Chanyeol sama anak-anak. Mandiin, udah siang soalnya" jawab Mama Park.
Gue mengangguk, "Yaudah deh Ma, aku bangunin anak-anak dulu ya" ucap gue.
"Yaudah gih sana"
Gue kembali berjalan menuju kamar, sembari menggulung rambut gue dan menjepitnya menggunakan jedai. Menurut Chanyeol, momen gue paling cantik itu, pertama kalau lagi having a sex, kedua bangun tidur, ketiga tiap hari. Yaudah, terserah Mas Chanyeol aja.
"Kakak, adek, bangun udah siang. Kan mau sholat Eid" ucap gue sambil menepuk-nepuk tubuh mereka. Gue udah di dalam kamar.
Cello yang pertama kali mengerjapkan mata dan menyipitkan kedua matanya menatap gue, "Ayo adek bangun!" ucap gue.
"Kakak Celine, bangun kak udah siang!"
Bukannya jawaban dari Cello ataupun Celine, tangan gue malah ditarik Chanyeol yang membuat tubuh gue berada dalam dekapannya. Gue terlonjak kaget dengan perlakuan Chanyeol.
"Aduh Yeol. Lepasin" ucap gue sedikit mendorong Chanyeol yang masih memejamkan mata. Bukan melepaskan tapi bibirnya malah menempel di pipi kanan gue.
Jantung gue berdegup sangat kencang, darah gue berdesir cepat. Rasanya gue mau peluk Chanyeol dan bilang, "Aku kangen kamu, Yeol" tapi gue nggak bisa.
Sejujurnya gue masih ingin dalam pelukan Chanyeol. Tapi, tangannya sudah melepaskan tubuh gue, dan dengan cepat gue membenarkan posisi menjadi berdiri. Gue nggak mau kalau Chanyeol menyangka gue kesenengan dipeluk dia, gengsi gue. Walaupun bener.
Sampai Celine dan juga Cello udah bangun, gue langsung memandikan mereka bergantian. "Bunda, baju aku mana?" tanya Celine yang udah lebih dulu selesai mandi.
"Itu kak di atas bangku" jawab gue dari dalam kamar mandi, karena lagi memandikan Cello.
Chanyeol juga udah bangun, tapi masih bersandar pada kasur dan memainkan ponselnya. Gue pun nggak mengusik ataupun berkata menyuruh Chanyeol untuk siap-siap.
"Cello pake baju nya dulu, sini" ucap gue sembari memakaikan Cello baju koko yang sudah gue siapkan tadi pagi.
Cello ini paling manja sama gue, dia sering terang-terangan bilang sayang Bunda. "Bunda, peci nya mana?" tanya Cello.
"Itu di atas. Bunda mau mandi dulu" jawab gue yang langsung berjalan masuk kedalam kamar mandi.
Baru juga gue menyalakan keran air, pintu kamar mandi udah diketok. "Celine?" pekik gue karena nggak tau siapa yang ngetok.
"Aku.."
Damn, suara deep Chanyeol membuat jantung gue seakan berlarian cepat. "K-kenapa?" tanya gue dari dalam kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chanyeol as My Husband
FanfictionSeorang single parent, Park Chanyeol menemukan tambatan hati sejatinya. Who is she?