"Chanyeol?"
Gue terbangun dari tidur karena mendengar suara isakan tangis. Gue terlalu sensitif jadi suara sekecil itupun bisa gue dengar.
Chanyeol yang masih duduk memunggungi gue yang berdiri di belakangnya pun menoleh. "Kamu udah bangun?" tanyanya sembari menyeka airmata dan menetralkan suaranya yang sedikit parau.
Gue menganggukkan kepala, "Kamu kok sholat sendirian sih nggak bangunin aku?" tanya gue.
Chanyeol menarik cairan di hidungnya, "Aku kebangun aja makanya tahajud" jawabnya sembari melipat sajadah yang baru saja dipakainya.
Mata gue beralih pada jam di dinding yang menunjukkan pukul 2 pagi. "Aku kira udah subuh" balas gue sedikit acuh.
"Kamu kenapa?" tanya gue sedikit berhati-hati karena takut menyinggung perasaan Chanyeol. Karena gue tahu perasaannya sedang tidak baik-baik aja.
"Nggak papa kok, yuk tidur lagi" katanya yang sudah membuka baju koko putihnya dan hanya memakai kaos oblong hitam.
Gue menghampiri Chanyeol yang sudah kembali berselonjor di atas kasur. "You okay?" tanya gue menatapnya lekat.
Bukan menjawab Chanyeol malah memeluk erat tubuh gue. Meletakkan kepalanya di pundak gue dan langsung menangis. "Why? What's wrong with you?" tanya gue sembari mengelus punggung lebarnya. You know how bih he is.
"(your name), maaf..."
Mendengar Chanyeol sesegukan seperti ini dan mengatakan maaf, gue memang jadi teringat kejadian pahit masa itu. "Kenapa lagi Yeol?" tanya gue yang sebenarnya dengan perasaan takut.
"(your name)..." pekiknya dengan suara sedikit memanja.
Gue berdehem menunggu perkataan selanjutnya. "Maafin aku, tapi aku kangen hiks.." ucapnya dengan parau.
"Kangen? Kangen siap---"
"A-aku kangen Ryana..." ucapnya memotong pertanyaan gue. Entah kenapa, dada gue terasa sesak saat Chanyeol mengucapkan itu.
"(yn) maaf, hiks.. H-hari ini dia ulang tahun, aku cuma keinget aja" lanjutnya.
Okay, (your name) you okay, right? fikir gue.
There's no something, He just miss his ex lady, (yn). You okay, will be okay. Batin gue.
Chanyeol semakin mengeratkan tangannya di pinggang gue yang saat ini dalam posisi duduk tegap. "(your name), maafin aku. Hiks.." katanya.
Gue sedikit batuk terhentak, "It's okay, dia juga istri kamu" jawab gue. Bohong kalau gue tidak merasa sakit hati, but she have been gone and Chanyeol won't meet her again. So I think that's okay.
"(yn) aku tahu, aku bajingan. Tapi aku nggak bisa bohong ke kamu kalau today i was missing her" katanya dengan nafas yang tidak lagi beraturan.
Gue mengangguk dan entah kenapa menarik sudut bibir gue ke atas, membentuk senyum sempurna. Walaupun gue seperti merasa di duakan, tetapi dengan Chanyeol berbicara jujur dan meminta maaf menurut gue itu cukup buat gue mengerti.
"Kalo gitu, kamu ke makam terus kirim doa buat dia" kata gue. Entah darimana asalnya gue bisa mengeluarkan kalimat itu. Padahal sudah jelas, Ryana adalah orang ketiga dalam rumah tangga gue.
Tapi, bukankah masa lalu harus dibiarkan disana dan terkubur bersama dengan penyesalan? Karena hidup adalah perjalanan panjang yang harus tetap berjalan.
Maka dari itu, gue mencoba untuk membuatnya baik-baik saja.
Chanyeol menggelengkan kepalanya yang masih berada di pundak gue, "Enggak. Aku nggak mau kamu marah, aku nggak mau kayak dulu. Cukup aku jujur sama kamu kalo aku kangen Ryana, dan aku nggak akan ngelakuin apapun yang buat kamu pergi dari aku lagi" jawabnya terbata-bata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chanyeol as My Husband
FanfictionSeorang single parent, Park Chanyeol menemukan tambatan hati sejatinya. Who is she?