"Ryana. Aku tanya ke kamu, siapa dia? Berani jawab nggak?!" tanya gue yang kini sudah memasuki puncak emosi.
Chanyeol berdecak, "Kan aku udah bilang. Dia temen aku" jawabnya.
Gue menghela nafas dan tersenyum miring, "Temen? Temen apa, hm?!" tanya gue lagi.
Gue masih tetep nggak percaya dengan jawaban Chanyeol yang menyatakan kalau Ryana itu temennya. Gue bisa liat dari matanya kalau masih ada yang belum dikeluarin sama Chanyeol.
"Dia temen aku, (yn). Temen kerja!"
"Terus, semalem kamu kemana, ha? Kenapa aku hubungin nggak diangkat? Lagi sama perempuan itu kan?"
Chanyeol meringis dengan menjambak rambutnya sendiri, "Semalem aku cuma hang out sama temen-temen kerja aku. Dan ada Ryana disana" jawabnya.
"Aku nggak angkat karena aku bener- bener lagi pusing sama kerjaan jadi aku hang out dan cerita-cerita sama Ryana. Udah itu aja!"
"Chanyeol, kamu itu punya istri. Harusnya aku yang tau lebih dulu keluh kesah kamu, bukan orang lain. Harusnya aku tempat kamu melampiaskan semuanya, bukan orang lain. Aku ini apa sih buat kamu?" ucap gue yang kini tak bisa lagi menahan airmata yang sudah mendesak keluar dari tempatnya.
Chanyeol sedikit memukul tembok belakang gue, "Oke. Aku minta maaf, puas kan?!" tanyanya yang langsung melangkah pergi meninggalkan gue yang masih menangis. Bahkan permintaan maafnya aja nggak tulus dari hatinya.
Dengan masih dalam keadaan menangis gue memasuki kamar dan mengunci pintu. Gue berusaha menenangkan diri dan juga fikiran gue untuk sesaat.
Dari perdebatan pagi itu selesai sampe sekarang udah jam 10 siang gue belum keluar kamar sama sekali.
Semua ucapan Chanyeol pagi tadi berhasil membuat gue retak, seretak-retaknya. Gue memikirkan apa yang harus gue lakuin sekarang? Gue nggak mungkin pergi dari rumah dengan keadaan hamil, pamali.
"Bunda! Bunda (yn)!" suara menggemaskan Celine dari balik pintu membuat gue sadar dan langsung menyeka airmata gue.
Gue berjalan membukakan pintu, "Kenapa kak?" tanya gue pada Celine yang berdiri di depan pintu.
"Ada Eyang uti di depan"
Gue membelalakan mata bengap gue tak percaya. Kenapan mertua gue harus dateng disaat yang nggak tepat? Gue menghela nafas kasar, "Kakak duluan ya. Bilang bunda lagi pipis gitu ya" ucap gue memerintah.
"Iya bun"
Celine meninggalkan gue yang masih tertegun dan berdecak sebal. Gue berjalan ke arah cermin dan menatap diri gue yang udah mirip zombie. "Ck, kenapa datengnya sekarang sih?!" ucap gue bermonolog sebal.
Dengan berat hati gue berjalan ke arah ruang depan. Bukan karena Mama Park, tapi karena gue bakalan ketemu Chanyeol si buaya darat. Gue menemui Mama Park yang sedang duduk di sofa ruang Tv.
"Mama, udah lama ya? Maaf ya tadi (yn) beres-beres kamar belakang terus jadi ketiduran hehe" ucap gue sembari menunjukkan cengiran. Satu, pahala gue berkurang karena bohong pas lagi puasa.
Mama Park mengangguk dan tersenyum, "Baru sampe kok Mama, jangan kecapean, ada Chanyeol suruh aja dia" ucap Mama Park.
"Selagi aku bisa sendiri aku kerjain, Ma hehe"
Mama Park hanya mengangguk mengerti, "Iya. Harus mandiri jangan tergantung sama lelaki, jadi kalo nggak ada lelaki kita masih bisa hidup" jawabnya seraya menasihati gue.
"Iya Ma, hehe. Mama bawa kue?" tanya gue saat melihat beberapa toples kue di atas meja.
"Iya. Kemaren Mama bikin sama kakaknya Mama, terus Mama inget anak Mama lagi hamil jadi Mama bawain deh" jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chanyeol as My Husband
FanfictionSeorang single parent, Park Chanyeol menemukan tambatan hati sejatinya. Who is she?