Sepuluh

8.7K 825 92
                                    

Daritadi waktu pulang dari mall, Chanyeol membuka laptopnya dan mulai mengerjakan sesuatu. Gue udah mengangkat jemuran, sampai sekarang leha-leha Chanyeol masih setia dengan layar laptopnya.

"Yeol, mau minum?" tanya gue yang sedang membuka pintu kulkas. Chanyeol berada di ruang tv dengan posisi duduk di lantai. "Bikinin es susu" suruhnya tanpa menoleh ke gue.

Gue bergegas ke dapur membuat pesanan Chanyeol, "Nih" ucap gue yang langsung memberi dia satu gelas es susu.

Gue duduk di sampingnya dengan bersandar kaki sofa panjang. "Ngapain sih?" tanya gue yang melihat Chanyeol terlihat serius.

"Ini lupa banget buat rekap hasil restoran sama toko musik" ucapnya yang lalu menyeruput es susu buatan gue.

Gue menganggukan kepala dan menyalak televisi, "yang, jangan diganti!" pekik Chanyeol saat gue sudah bersiap mengganti channel TV.

"Kenapa?" tanya gue yang mengerutkan dahi. Gue berniat untuk mengganti channel TV, karena yang terputar acara musik Korea. "Itu istri-istri aku lagi pada nari" ucapnya yang langsung mengalihkan perhatiannya ke TV.

"Siapa? itu? Heleh ngayal!" seru gue merolling eyes. Chanyeol mencolek dagu gue, "Heleh cemburu" katanya meledek gue.

Gue menoleh ke arahnya yang sedang ber-fanboying ria. "gashina gashina" ucapnya memperagakan. Alih-alih mau mencibir gue malah ketawa karena Chanyeol memperagakannya terlihat kocak.

"Lah abis? cepet amat!" protesnya. Gue langsung ganti channel TV nonton acara tercyduk hehe.

Chanyeol menatap gue, "Kamu sukanya acara beginian? astaga ciduk cidukan demennya" ucapnya meledek gue sambil tertawa.

"Ya resep aja daripada nonton india tapasya dan ica kaga abis-abis episodenya" jawab gue tak mau kalah.

Chanyeol menutup laptopnya dan menyimpannya di nakas dekat TV. Kemudian dia duduk di sofa atas gue, "yang, sini deh" ucapnya sembari memainkan ponsel.

"Apaan?" tanya gue sambil mendongakan kepala. Chanyeol meremas-remas rambutnya sendiri, "Pijitin kek, pusing banget" katanya.

Gue mengangguk dan menyeruput es susu tegukan terakhir yang gue buat tadi dan langsung meletakannya di meja. Gue beranjak untuk duduk di samping Chanyeol. "Sonoan" suruh gue sambil mendorong tubuh Chanyeol.

"Tiduran aja ya?" pintanya. Gue mengerutkan dahi menatapnya, "Gimana caranya? sempit lah" tanya gue.

Chanyeol menepuk-nepuk paha gue, "Disini, aku pusing banget nih" ucapnya yang langsung mengambil posisi tiduran di paha gue.

"Yang ini nih, yang" katanya sambil menunjukkan bagian kepalanya yang terasa pusing. Gue mengangguk-anggukan kepala dan langsung memijatnya.

Chanyeol yang tadinya menghadap ke arah televisi, kini berbalik menjadi mengarah ke perut gue. Gue kaget, namun berusaha santai. "Yang, kencengan dikit sih. Kaga berasa" omelnya.

"Ck, bawel deh kamu" kata gue yang mulai menaikkan tenaga untuk memijat kepalanya. "Aduuh, enak banget euy" ucapnya senyam-senyum.

Chanyeol nggak bisa diem, tangannya udah mulai memeluk pinggang gue, dan wajahnya sudah mencium perut rata gue. Semakin dia nggak bisa diem, semakin gue mencoba untuk duduk sangat tegak. Gue takut, kalau gue duduk membungkuk payudara gue kena muka Chanyeol, nanti keenakan dia.

"Yang?" panggilnya. Gue masih memijat kepalanya dan melihat ke arah TV. "Hmm?" tanya gue berdehem.

Chanyeol nggak menjawab, gue juga nggak masalah. "Yang?" panggilnya lagi. Gue berdehem dengan maksud, kenapa sih lo?. Namun lagi-lagi Chanyeol nggak menjawab.

"Yang?" panggilnya lagi. Kesabaran gue udah habis untuk tiga kali panggilan dia. Gue langsung pukul bahunya, "Apaansi? kaga jelas banget!" dumel gue.

Chanyeol bukannya minta maaf malah ketawa, "Hahaha lucu banget sih" katanya. Gue berasa ada yang mencubit pinggang gue, "Aw! sakit ih!" seru gue.

"Yang, boleh nggak? sekaliiii aja?" tanya nya. Gue mengerutkan dahi dan memberhentikan kegiatan gue memijat kepalanya. "Boleh apaan?" tanya gue balik yang nggak mengerti maksudnya.

Chanyeol melepaskan wajahnya yang mepet dengan perut rata gue. Kini dia terlentang menghadap gue, "Itu" ucapnya.

"Itu apaan si?" tanya gue masih belum mengerti. Chanyeol berdecak, "Daritadi kita pergi aku udah nahan yang, mana baju kamu kendor begitu kan rada keliatan. Udah gitu pas kamu mijit, kena-kenaan mulu" katanya menatap gue.

Gue kaget, Chanyeol bisa-bisanya ngomong gitu ke gue. Gue ngerasa canggung kalo inget Chanyeol mantan majikan gue, bukan sih belum mantan tapi masih karena gue belum di pinang. "Ha? eung-" belum selesai gue menjawab Chanyeol udah memainkan tangannya di punggung gue.

Gue mau menolak dan menepis, tapi mulut gue dan tubuh gue kaku karena ucapan Chanyeol. Apalagi mata gue dan matanya bertemu seperti ini, rasanya jiwa gue udah pergi. Dan disini, dihadapan Chanyeol hanya raga gue yang tak berisi jiwa.

"Yeol?" panggil gue saat tangan Chanyeol berpindah menyentuh dada gue. Gue mau banget menghentikan semua ini, tapi demi apapun nggak bisa, susah.

Chanyeol hanya berdehem sambil memainkan tangan lihai nya di dada gue. Nafas gue makin nggak karuan, tapi gue berusaha menahannya. "Yeol? udah yeol" kata gue meminta kepada Chanyeol.

"Tunggu ya dikit lagi" jawabnya sembari tersenyum. Gue heran, kenapa dia nggak ada rasa malunya ya? Malah senyum. Bodoh.

Gue mencoba menggigit ujung bibir gue menahan desahan yang mencoba keluar dari mulut gue saat Chanyeol beralih untuk membuka pengait bra gue.

Chanyeol begitu serius melakukan kegiatan ini, matanya selalu terpaku ke dada gue dan sesekali menatap ataupun melirik gue.

PYAS, pengait bra gue terbuka begitu saja oleh Chanyeol. Chanyeol bangun dari posisi tidurannya dan duduk. "Yang senderan situ" suruhnya sambil mengarahkan gue untuk bersandar ke lengan sofa. Chanyeol memindahkan kaki gue supaya lurus mengikuti sofa. Posisi Chanyeol berada di atas gue dengan mengangkangi gue, hm paham nggak?

Chanyeol mengangkat baju gue ke atas, dan kini terlihat bra hitam gue yang sudah mengendur. "Lepas dulu sini" katanya sambil memlepaskan bra gue seluruhnya.

Dan kini, hanya baju gue yang terangkat sampai diatas dada, dan dada gue yang berada di depannya.

Chanyeol mulai memainkan kedua dada gue, gue berusaha menahan diri untuk tidak berdesah. Dan bodohnya, airmata gue nggak ada yang jatuh satupun, seakan gue ikhlas untuk Chanyeol.

Chanyeol sangat lihai memainkannya sampai gue akhirnya tidak kuasa menahan desahan yang kini terlontar bebas. Gue sesekali menjenggut rambutnya kencang.

Chanyeol makin buas dengan mencium bibir gue dan menyapu rongga-rongga mulut gue dengan lidahnya. Gue seakan kehabisan nafas, dia sangat liar. Berbeda dengan kemarin yang begitu lembut.

Gue makin nggak tahan yang akhirnya menjambak rambut Chanyeol kencang, "Aduh yang, sakit busetdah!" serunya saat tiba-tiba menghentikan permainannya.

Gue nggak menjawab cuma berdecak, dan Chanyeol melanjutkan aksinya. Sungguh gue mau Celine dan Cello dirumah, huhu.

Tiba-tiba gue merasa bahwa celana gue basah. Tunggu, gue baru inget kalo tanggal ini adalah hari pertama gue red day. Gue langsung mendorong Chanyeol kasar, "Aduh yang, kenapa sih?" tanya nya. Masa bodo, gue nggak peduli.

"YANG KAMU PMS?" tanya Chanyeol heboh saat melihat celana jeans putih gue merah. 

BUGH

"Aduh yang sakit!"

Wah si bapak Chanyeol sudah terlihat ya buasnya haha. Gimana nih menurut kalian?
Maaf ya kalo ceritanya kurang menarik untuk dibaca, dan terimakasih yang sudah membaca, vote dan juga komen🙏

Dan karena ini mengandung unsur negatif buat otak, jadi diprivate ya wkwk

Vote dan komen apapun ya mau itu kritik ataupun saran🙏
See you on next Chapter, gais!❤❤

Chanyeol as My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang