Lima Puluh Enam

8.9K 903 144
                                    

"Aku juga sama..."

"Aku fikir aku bisa jalanin ini tanpa kamu, tapi nyatanya aku masih butuh kamu. Sangat butuh, Yeol" ucap gue.

"Aku juga, (yn). Aku juga..."

"Aku janji, bakalan berubah demi hidup aku bareng kamu dan anak anak kedepannya. Aku janji (yn)!" ucap Chanyeol yang diakhiri memeluk tubuh gue yang sedang menggendong Cayra.

"Aku mau jadiin semuanya pelajaran untuk kedepannya" ucap gue.

Gue menarik garis senyum sedikit melengkung, "Dari kejadian ini, aku bisa belajar banyak. Ternyata jadi seorang istri itu nggak mudah, harus lebih sabar, harus bisa ikhlas, harus tangguh. Jadi istri bukan hanya perihal kewajiban setelah pernyataan di ijab kabul" lanjut gue.

Dengan memakai gaun yang memperlihatkan bahu indah gue, tempat Chanyeol bersandar sekarang terasa basah. Gue bisa menebak kalau Chanyeol sudah menangis.

"Kamu nggak usah nangis sih, kayak apaan aja!" ledek gue yang masih menggendong Cayra.

Chanyeol menarik nafasnya yang terdengar sesegukan. "Aku beruntung punya kamu. Bukan cuma istri yang baik dan ibu yang baik, kamu itu kayak malaikat buat aku. Bahkan aku tau, sakitnya kamu karena aku seperti apa, tapi kamu masih mau bertahan dan kasih aku kesempatan kedua" ucap Chanyeol dengan suara parau dan kecil karena berbicara tepat di sela-sela tengkuk leher gue.

"Yang kasih kamu kesempatan kedua siapa? Aku cuma maafin kamu doang deh perasaan" tanya gue menyelidik.

Sangat jelas lengan Chanyeol semakin erat memeluk tubuh gue, "Ahh (your name)!" pekiknya merengek manja.

Hm, udah lama gue nggak denger Chanyeol seperti ini. Kapan ya, terakhir?

Gu tertawa pelan dan mencoba menjauh darinya, "Udah ah, aku mau ke dalem laper mau makan" sanggah gue.

"Nanti dulu ih.. Jadi gimana?" tanyanya dengan posisi yang sama memeluk gue dan meletakkan kepalanya di tengkuk leher gue.

Gue menarik garis bibir gue ke satu arah dan berdehem seraya berfikir. "Hmmm coba tebak!" pekik gue.

"(yn), ih kamu mah.."

Chanyeol melepaskan tangannya dan menatap gue. Gue berusaha menahan diri untuk tidak tertawa melihat penampakan wajah dan hidungnya yang memerah dan dibasahi airmata.

"Sure, why not. Because I still love you" bibir gue langsung menyambar pipi kanannya dan berjalan mendahului Chanyeol ke dalam gedung.

Gue mau menghindar, karena gue yakin pipi gue sudah memeeah akibat kejadian tadi.

Rasanya sudah cukup semua penderitaan gue dan Chanyeol saat ini. Gue punya anak-anak yang seharusnya tidak menderita karena ke-egoisan kedua orang tuanya.

Dan alasan gue memberi Chanyeol kesempatan kedua adalah anak-anak. Gue tidak bisa menjadikan anak-anak korban dari ke-egoisan orang tuanya, menderita, dan harus menjalani hidup tanpa kasih sayang yang penuh.

Biar gue yang tanggung semua rasa sakit, cukup gue aja jangan anak-anak.

"(your name), tunggu ih!" pekik Chanyeol yang sedikit berlari ke arah gue.

Chanyeol memberikan pelukan dari belakang disaat gue sedang berdiri di dekat stand zuppa soup.

"Kamu mau makan, hm? Sini aku gendong Cayranya" kata Chanyeol yang langsung mengambil alih Cayra dari tangan gue.

Kali ini gue tidak menepisnya, membiarkannya menggendong anak bungsunya. "Aku tunggu disana ya?" katanya yang langsung berjalan ke arah kursi kosong yang tidak terlalu jauh dari stand.

Chanyeol as My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang