Disappointed pt.2

8.8K 930 128
                                    

"(your name)..."

Entah kenapa suara Chanyeol semakin membuat hati gue sakit seperti disayat-sayat. "Hiks.. Hiks.." gue tidak merespon apapun kecuali suara sesegukan.

"(yn), aku---"

Sebelum Chanyeol melanjutkan kata-katanya, gue angkat bicara. "Diem nggak!" seru gue tegas.

"(yn) maaf, tapi aku----" gue tidak mempedulikannya, gue lebih memilih merubah posisi ke arah berlawanan. Dengan masih nangis sesegukan, gue menutup wajah dengan bantal.

Chanyeol menaik ke atas kasur menghampiri gue di tengah kasur yang sedang dalam posisi miring menutup wajah. "(your name), aku beneran minta maaf. Bukannya aku---"

"Bisa diem nggak sih?!" tanya gue. Gimana sih rasanya kalau kita kecewa dan marah? Gue rasanya sudah bosan mendengar kata maaf dari mulut Chanyeol.

"Iya, maaf..." jawab Chanyeol.

Egoiskah gue? Tapi menurut gue enggak, kalian juga pasti melakukan apa yang gue lakukan saat ini. Gue tidak meminta Chanyeol untuk menyiapkan surprise besar, hadiah mewah nan mahal, jalan-jalan, atau lainnya. Enggak!

Gue hanya butuh perhatian kecil darinya saja, dengan mengucapkan greeting saat kita face to face demi Tuhan gue udah seneng kok. But, that's only dreams are never realized.

Dan tanpa gue sadari matahari sudah memunculkan dirinya, pertanda sudah pagi. Sedangkan gue belum tidur sama sekali.

Dengan mata bengap dan hidung merah, gue beranjak dari kasur menuju kamar mandi. Gue melihat Chanyeol yang tidur di sofa sembari meringkuk, tanpa alas dan tanpa bantal.

Gue yang masih dengan rasa kecewa, hanya mengacuhkan Chanyeol begitu saja dan masuk ke kamar mandi. Setelah nya gue harus mengurus Celine dan Cello yang akan berangkat sekolah.

"Kak, bekel nya udah?" tanyaa gue sembari memasukkan bekal milik Cello ke dalam tas bermotif iron man.

"Udah Bun" jawabnya.

"Bunda sepatu aku mana?"

"Di rak sepatu lah, bunda nggak bawa-bawa tuh sepatu kamu" jawab gue yang sedikit teriak karena Celine di luar sedangkan gue di dalam.

Dan tidak lama kemudian, mobil jemputan yang mengantar-jemput mereka sudah sampai di depan gerbang. "Bunda, bang Badrul udah dateng!" pekik Celine.

Gue keluar dengan langkah buru-buru dengan celemek yang masih menyangkut di badan seusai menggoreng sosis.

"Yaudah, hati-hati ya!"

"Assalamualaikum, bunda!"

"Waalaikumsalam"

Selesai mengantar Celine dan juga Cello sampai depan gerbang, gue kembali masuk ke rumah karena harus mengerjakan pekerjaan yang lainnya.

Gue berjalan ke arah dapur dan mulai menyalakan kran air washtafel dan segera mencuci piring kotor. Namun, tiba-tiba saja ada tangan yang melingkar di pinggang gue dan meletakkan kepalanya tepat di pundak gue.

"Sayang..." pekik Chanyeol yang semakin mempererat pelukannya dan mengendus-endus leher gue. Membuat gue sedikit menggelinjang geli.

Gue menepis tangan Chanyeol, "Awas ah, mau nyuci piring!" titah gue.

"Maafin aku, ya?" tanyanya.

Look at that. Dengan mudahnya Chanyeol mengucapkan kata maaf sedari dulu. Gue sangat-sangat bosan dan sampai akhirnya tidak menghiraukan Chanyeol sama sekali.

Gue berdecak dan menepis tangannya lagi. "Awas ah!" sungut gue membuat Chanyeol mencebikkan bibirnya dan melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang gue

Chanyeol as My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang