'Aku memperjuangkan mu karena memang cinta butuh di perjuangkan.'
▪▪▪▪
Saat kalian bertanya pada teman sekolah Adeeva, siapa yang paling kelihatan naksir pada anak berwajah datar itu. Sudah pasti mereka dengan kompak akan menjawab satu nama. Azka, sang ketua osis yang sangat terkenal dengan ketampanan dan sifat ramahnya.
Azka sudah lama ingin dekat dengan Adeeva dan di tambah mereka sekelas, tentu makin mudah Azka mendekati Adeeva. Namun ada saja halangan yang terjadi dan ada saja penolakan dari sang gadis.
Adeeva adalah cewek yang sangat susah didekati, mungkin jika memakai pemborosan kata itu akan menjadi sangat sangat susah sekali di dekati. Adeeva lebih suka menyendiri, lebih suka ketenangan dan musik.
Sedangkan Azka dia lebih menyukai keramaian dan kebersamaan, itulah yang membuatnya nyaman.
Namun Azka tidak akan pernah menyerah sampai Adeeva sendiri yang memintanya berhenti atau mungkin tuhan yang menyuruhnya.
Seperti sekarang, Azka tau bahwa kemarin adalah pertandingan final Adeeva dan dia juga tau bahwa Adeeva mendapatkan peringkat pertama. Ya, seperti biasa.
Azka berjalan membawa sebungkus coklat dan mawar, kemudian dia berjalan ke arah meja Adeeva yang ternyata telah di penuhi barang-barang yang seperti yang dia bawa juga. Azka menghela nafas pasrah, tetapi tetap menaruh coklatnya. Tapi dia akan menambah sesuatu nanti.
Azka memilih untuk kembali ke tempat duduknya sambil memandangi pintu kelas berharap Adeeva segera datang.
▪▪▪▪
"Adeeva, saya bisa minta tolong?" ujar seorang pria paruh baya saat melihat Adeeva akan berjalan keluar dari kelas. Adeeva berbalik dan melepas sebelah heatsetnya, kemudian berjan menghampiri gurunya tersebut.
"Bisa minta tolong panggilkan Azka? Tadi saya ingin memanggilnya namun dia sudah keluar kelas duluan." Adeeva mengangguk kemudian berjalan keluar kelas mencari Azka.
Adeeva benar-benar tidak tau dimana keberadaan Azka, mungkin jika murid lain yang disuruh untuk mencari keberadaan Azka, mereka sudah pasti langsung tau tapi ingatlah ini Adeeva, sebuah ke keajaiban jika seorang Adeeva peka terhadap sekitar.
Adeeva memilih untuk mencari Azka di kantin, dan sepertinya dugaannya benar. Melihat Azka sekarang sedang bercanda bersama teman-teman nya di salah satu tempat duduk di kantin tersebut. Tapi ada hal yang Adeeva kesalkan, mengapa mereka harus duduk di tengah? Jika dia kesana tentu itu akan menjadi pusat perhatian, namun karena Adeeva harus menjalankan amanat maka akhirnya dia berjalan mendekat ke arah meja tersebut.
Tidak ada yang sadar sampai saat Adeeva berdiri tepat di hadapan meja tersebut, seorang teman Azka menyadari keberadaan Adeeva dan mengode ke Azka.
"Azka," meja yang diduduki Azka dan teman-temannya tiba-tiba menjadi hening. Azka malah membeku mendengar namanya di panggil.
"Di panggil Pak Jaya." Azka masih belum bergeming, sampai salah seorang temannya menepuk pundaknya.
"Oh, ok. D-dimana?" Adeeva memutar kedua bola matanya malas, entah kenapa dia tiba-tiba ingin mencolok mata semua orang yang tengah menatapnya.
Adeeva tidak menjawab, malah menggerakkan tangannya seperti menyuruh Azka ikut dengan nya. Tentu saja karena Adeeva sedang malas berbicara.
Sepanjang perjalanan menuju ke kelas, hanya ada keheningan yang melanda. Adeeva yang memang tidak berniat berbicara, dan Azka yang bingung ingin membicarakan apa. Yang terdengar malah bisik-bisikan para siswa siswi yang melihat mereka jalan bersama, lebih tepatnya Adeeva sebagai penunjuk jalan Azka.
"By the way, congrats Va." Adeeva hanya mengangguk dan tetap berjalan dengan tempo yang sama. Dan itu membuat Azka semakin merasa canggung.
"Oh iya, Pak Jaya emang ada dimana?" Azka sedikit gugup mengeluarkan pertanyaan itu, dia takut di kacangi. Kan tambah awkward sama doi.
"Di kelas." Azka mengangguk mengerti, namun kenapa jika hanya dikelas dia harus di antar? Apa Azka bisa sedikit berharap?
"Ngapain-"
"Skalian, ada yang mau gue ambil di kelas." sekali lagi Azka kembali mengangguk, dan dia akhirnya tidak berniat membuka suara sama sekali. Dia sedikit kecewa tapi juga bahagia, dia bahagia karena Adeeva berbicara sedikit lebih panjang tadi.
▪▪▪▪
Adeeva pulang ke rumahnya dan langsung bersiap kembali untuk pergi berlatih. Dia langsung mandi kemudian memakai leging, dan kaos latihannya serta jaket olahraga yang melekat di tubuhnya, kemudian mengambil tas yang sudah dia siapkan dari kemarin dan sekarang tinggal mengambil air botol di dapur.
Setelah mengambil botol minumnya di dapur, Adeeva langsung berjalan keluar menuju mobilnya yang sudah terparkir rapi di halaman. Dia langsung masuk kedalam mobil dan melaju dengan kecepatan sedang menuju ke tempat latihannya.
For your information, saat kesekolah Adeeva lebih memilih untuk di antar atau naik bis, sedangkan saat pergi latihan dia lebih suka untuk berangkat sendiri menaiki mobil kesayangannya itu.
Saat Adeeva sampai di tempat latihan, dia langsung berjalan masuk kedalam gedung latihan. By the way, Adeeva sama saja saat sekolah dan saat latihan, dia tidak memiliki teman, bahkan dia juga berlatih sendiri karena ada satu pelatih yang memang khusus melatihnya, jadi semacam les privat di tempat les.
"Adeeva akhirnya kamu datang. Anak-anak ingin mengucapkan selamat atas kemenanganmu kemarin." Adeeva mengangguk, dia akan dengan senang hati menerima ucapan selamat dari para anak-anak atau para atlet yang masih berumur 7-11 tahun, ketimbang yang seumuran dengannya. Entahlah dia lebih merasa anak-anak memberinya selamat dengan tulus sedangkan Em, ya kalian taulah.
Para atlet-atlet cilik itu mulai mengerumuni Adeeva, Adeeva berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan mereka dan menerima uluran selamat sambil tersenyum manis. Adeeva suka anak kecil. One fact again right?
Setelah acara-acara selamatan kecil mereka selesai, pelatih Adeeva menyuruhnya untuk pemanasan dan mengambil sepatu senamnya. Sepatunya itu kadang seperti sepatu balet, namun kadang juga dia memakai yang memang untuk senam. Bentuknya hampir mirip dengan sepatu balet namun dia lebih halus dan hanya untuk setengah kaki saja, yaitu bagian jari-jari kaki, sekitar situ saja.
Setelah pemanasan, Adeeva memulai latihannya dengan beberapa bimbingan dari pelatihnya.
▪▪▪▪
Barbara Palvin as Adeeva Bellova Afsheen
❤Don't forget to click the star ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Married
Teen FictionPernikahan adalah sebuah acara sakral yang melibatkan dua orang yang saling mencintai. Setidaknya begitulah definisi umum yang diketahui orang-orang. Pasangan yang menikah tentu memiliki rasa suka dan cinta, tapi apa akibatnya jika hanya di dasari r...
