▪Twenty Nine: Save you▪

2.2K 140 7
                                    

"Jadi bagaimana?" tanya Damar kepada kepala tim dari polisi. 

"Kita tidak bisa masuk dengan mobil, dan kami menemukan bahwa sepanjang perjalanan kedalam kemungkinan akan ada perangkap yang terpasang. Jadi sekarang kita akan menunggu sampai kedua tim selesai melakukan pemeriksaan menyeluruh." jelasnya kepada Damar dan juga Alfariel yang berdiri di belakang Damar dengan mobilnya sebagai sandaran.

'lapor!' suara dari walkie talkie membuat Alfariel menegakkan tubuhnya dan mendekat kearah Damar dan kapten tim dari kepolisian itu. 

"Ya ada apa?"

'Kami menemukan sebuah rumah yang terlihat mencurigakan. Rumah itu juga di kelilingi oleh beberapa orang berbadan besar dengan memegang pistol. Kami juga melihat mobil yang membawa Nona Adeeva di jejak terakhir terparkir di sini.' 

"Baik, kami akan kesana." Alfariel menatap ke arah ketua tim polisi itu dan mengangguk untuk menyetujui ide darinya. Kemudian dia menyuruh bawahannya untuk segera bersiap-siap karena akan melakukan penyerangan. 

Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk bersiap. Mereka akan pergi bergabung dengan tim yang telah berada di dalam. Namun Alfariel merasa ada sesuatu yang janggal. Bagi Alfariel semua ini terlalu mudah di tebak, apalagi kalau mereka menyadarinya lebih cepat. Bukankah ini semua terasa aneh dan janggal?

Alfariel kembali mengingat cerita dari Nara tadi. Kalau di cermati, ada sesuatu yang membuat Alfariel semakin yakin dengan feeling nya yang mengatakan bahwa Adeeva tidak ada di gedung tua itu.

Nara menceritakan ringkasan tentang pertama kali Nari jatuh cinta padanya, dan itu saat gadis itu tau dia yang membantu penyelamat. Namun, bukannya berlebihan kalau Nari hanya memberi selamat kepadanya berserta pelukan padahal banyak pihak lain juga yang ikut menolong?

Alfariel menarik kesimpulan. Nari menyukainya bukan saat dia membantu pencarian gadis itu karena di culik. Melainkan saat pertama kali bertemu di kamp, atau bahkan saat satu kelompok.

Dan kalau benar seperti itu, berarti Nari tidak membawa Adeeva kesana, melainkan ke bukit di sebrang.

Ketika menyadari itu, Alfariel memanggil kapten tim miliknya untuk membicarakan pemikirannya itu.

"Tuan. Agler apa ada yang bisa saya bantu?" ujar kapten tim bernama Miko itu.

"Panggil sebagian pasukanmu ke sini. Biar kapten tim polisi yang memimpin tim penyerbuan di hutan sana. Kita akan menyelidiki bagian lain." perintah Alfariel sembari memakai pakaian anti peluru dan tetap mendobelinya dengan jas.

"Baik tuan. Tapi kenapa kita memilih untuk berpisah?"

Alfariel memasukkan satu pistol di dalam jas bagian kanan, dan satu di bagian kiri kemudian kembali menatap kearah kapten timnya.

"Akan saya jelaskan di perjalanan." kapten tim khusus milik Alfariel itu mengangguk mengerti kemudian segera menjalankan perintah dari Alfariel.

Tak lama kemudian, beberapa anggota dari tim khusus datang bersama Miko sang kapten dan berbaris dengan rapi di depan Alfariel. Damar juga datang menghampiri Alfariel karena ingin bertanya kenapa Alfariel ingin menyelidiki daerah lain.

"Al, kok lo malah nyelidikin tempat lain?" tanya Damar yang datang dari tempat kepala polisi untuk mendengar rencana dari kepala tim polisi. 

"Gue punya firasat. Dam lo gak ngerasa ini semua terasa begitu mudah? Dan kalau lo serap baik-baik cerita Nara. Nari suka sama gue bukan saat gue nolong dia. Tapi..."

"Waktu kita di perkemahan! Bener! Kalau gitu Nari bawa Deva ke bagian akhir perjalanan perkemahan." sambung Damar dari ucapan Alfariel.

Alfariel mengangguk. Kemudian mereka kembali bersiap untuk segera menuju ke tempat yang Alfariel katakan.

Arranged MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang