▪︎Thrity Five: What Should She Do?▪︎

1.7K 123 4
                                    

Kaki Adeeva sudah lepas gips, tingga perban yang melingkar. Namun saat berjalan dia di anjurkan untuk memakai tongkat. Walau begitu Adeeva tetap sangat senang karena akhirnya dia tidak membutuhkan kursi roda lagi. Dia terbebas dari kursi laknat itu dan setidaknya kalau ingin berkeliling rumah sakit dia sudah di perbolehkan, ya walau harus bersama suster atau bodyguard. Tapi tak apa, begini saja dia sudah sangat senang. Setidaknya dia tidak akan mati kebosanan lagi di kamar bukan?

"Kayaknya senang baget gips nya dilepas." ucap Alfariel sembari mengelus lembut kepala istrinya itu. Adeeva hanya tersenyum kemudian mengangguk. 

Sebenarnya selain ingin di lepaskan gips, Adeeva juga sudah sangat ingin pulang. Sayangnya, kedua orang tuanya berserta ayah dan ibu Alfariel bahkan Alfariel sendiri melarangnya. Dia tidak akan pulang sampai sembuh total. Karena kalah jumlah akhirnya Adeeva hanya bisa menurut dan harus tetap di rumah sakit untuk beberapa hari kedepan lagi. 

Alfariel melihat jamnya sekilas dan setelah itu dia kembali menatap Adeeva yang sibuk dengan ponselnya. Pria itu duduk di atas kasur rumah sakit denga posisi menghadap ke Adevaa kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantong jasnya. Sebuah kotak berwarna hitam yang kemudian memberikannya ke Adeeva. 

Adeeva mendongak melihat kearah Alfariel sembari menatap kotak di depannya itu. 

Alfariel memberikan senyum termanisnya dan membuka kotak itu memperlihatkan isi di dalamnya. Di dalamnya ada sebuah kalung berwarna emas berbentuk hati dengan ukiran seperti membentuk bulu sayap. Adeeva menatap Alfariel terkejut karena memberikan sesuatu yang sangat indah seperti itu. 

"Selamat ulang tahun istriku..." ucap Alfariel dengan lembut yang membuat wajah Adeeva memerah karena malu. 

Alfariel mengingat ulang tahunnya disaat dirinya sendiri lupa. Ditambah hadiah indah dan kata-kata manis itu membuat Adeeva merasa perutnya tergelitik dan di serbu kupu-kupu. 

Alfariel mengeluarkan kalung itu. Meletakkan kotak kalung di atas nakas kemudian membuka pengait kalung. Alfariel kemudian melingkarkan lengannya di leher Adeeva yang terekspose karena gadis itu mengikat rambutnya kemudian memasangkan kalung itu pada Adeeva. 

Tidak langsung menjauhkan diri, Alfariel memeluk Adeeva dengan erat dan Adeeva membalas pelukan itu tak kalah erat. Alfariel menenggelamkan wajahnya pada leher Adeeva. Menghirup aroma alami gadis itu yang terasa memabukkan baginya. Adeeva sedkit kegelian karena hembusan nafas Alfariel di lehernya. Pria itu mengecup pelan lehernya sebelum melepaskan pelukannya. 

Alfariel memang melepaskan pelukannya, namun kedua lengannya tetap melingkar di pinggang kecil gadis itu. Begitu pula dengan Adeeva yang tetap melingkarkan lengannya di leher Alfariel.

Perlahan wajah Alfariel mendekat menghapus jarak diantara keduanya. Adeeva menutup matanya, Alfariel yang melihat itu tersenyum kecil kemudian kembali mendekat sampai akhirnya bibir keduanya sedikit lagi, sedikit lagi saling bertemu...

"ASSAL- AWAS ADEGAN 17 PLUS!" sebuah teriakan mebahana sekaligus gebrakan pintu membuat Alfariel menggerutu kesal. 

Adeeva reflek membuka matanya dan menoleh melihat kearah pintu sedangkan Alfariel mengendus kesal karena dari suara saja dia sudah tau siapa bocah heboh itu. Ya siapa lagi kalau bukan Damar? Hanya dia yang bisa berbuat heboh seenaknya pada Alfariel yang notabe adalah atasannya. Bahkan Azka adik Alfariel saja tidak berani, tapi Damar? Pria itu seperti punya 7 nyawa. 

Adeeva menyadari ekspresi kesal Alfariel. Pria itu bahkan tidak mau berbalik. Raut wajahnya yang tadi cerah berubah menjadi kusut se kusut-kusutnya. Adeeva memegang kedua pipi Alfariel kemudian mengecup dengan cepat bibir suaminya itu. Alfariel sedikit terkejut namun raut mukanya tidak sekusut tadi. 

Arranged MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang