▪Twenty Three: Missing▪

2.4K 162 4
                                    

Hari terakhir UN dilaksanakan hari ini. Para siswa dan siswi tentu bertambah gugup karena hari terakhir ini mereka tetap harus berusaha semaksimal mungkin.

Adeeva juga begitu, dia juga gugup, bahkan sejak tadi malam. Kata-kata penyemangat dari Alfariel hanya bagai angin lalu. Masuk telinga kanan dan langsung keluar lewat telinga kiri. Untung saja itu tidak terjadi saat Alfariel membantunya belajar.

Sekarang bahkan Adeeva sedang fokus-fokus nya mengulang sebagian yang masih dia kurang mengerti, lebih tepatnya dia belum terlalu percaya diri bahwa dia sudah menghafal atau mungkin mengerti maksud dari materi itu, faktor tambahan adalah karena gugup.

Bukan hanya Adeeva, Azka juga merasa gugup, bahkan dia tidak bisa diam di tempat.

Sekarang ini, pemuda itu sedang berada di dalam kelas, berjalan kesana kemari seperti setrikaan, dengan mulut yang terus berbeda mengulang materi yang dia pelajari.

Wino yang memang sekelas dengan Azka hanya menatap Azka jengah. Mulutnya sudah berbusa menyuruh Azka untuk diam dan kembali duduk. Sudah hampir kira-kira sejam Azka seperti itu, mungkin kalau itu benar-benar setrikaan, pakaian yang di setrika sudah robek sekarang ini.

Wino jengah melihat Azka yang seperti setrikaan. Tapi menyuruhnya diam dan duduk hanya membuang-buang tenaganya. Dan juga, yang di lakukan Azka sekarang bukannya membantu mereka yang kesusahan menghafal tapi malah tambah mempersulit mereka.

Wino maklum Azka juga gugup, dia juga sama. Ini hari terakhir dan memang biasanya sangat menegangkan. Boleh lah Azka bertingkah seperti setrikaan, tapi kalau bisa mulutnya jangan pakai spiker.

Yang mengganggu orang-orang bukanlah tingkah setrika Azka melainkan cara Azka yang menghafal menggunakan toa. Sangat besar! Bahkan mungkin terdengar sampai koridor di depan kelas. Itulah mengapa sejak tadi Wino menyuruhnya diam. Pemuda itu juga merasa terganggu dengan suara besar Azka yang memang kelewatan besar.

"WOI AZKA! LO BISA DIAM GAK SIH!" Azka tiba-tiba berhenti mondar-mandir bahkan mulutnya tiba-tiba terkunci dan diam. Bukan hanya Azka yang diam tapi satu kelas ikut diam.

Tentu yang teriak bukan Wino. Wino tidak akan berteriak seperti itu kecuali dia sedang bergabung bersama yang lain. Dan juga sekarang ini dia sedang sangat diam karena fokus pada buku di hadapannya. Jadi, yang berteriak bukan Wino.

Yang teriak adalah bendahara kelas XII IPA 4, namanya Diana. Memang terkenal judes dan galak, makanya jadi bendahara kelas. Tapi bukan hanya galak di kelas, kepada orang yang memang tidak kenal atau tidak dekat dengannya, jangan heran kalau mendapatkan tatapan sinis darinya atau mungkin satu atau dua kata-kata tajam nan pedas. Ya itulah Diana.

Dan sekarang, sepertinya Diana sudah sangat tidak tahan melihat tingkah Azka yang memang sangat mengesalkan. Dan Wino bersyukur Diana dengan cepat berteriak seperti itu dan membuatnya sekarang bisa belajar dengan sedikit tenang. Azka bahkan tidak berani berbicara lagi dan sekarang telah duduk dengan tenang.

Tapi sepertinya yang lain tidak berpikiran yang sama dengan Wino. Terutama para siswi-siswi.

"Cih, apaan sih Diana. Carper banget gak sih dia?! Eww..."

"Tau tuh! Sok banget! Disini kan bukan cuman teman kelasnya, tapi dia berlagak seakan-akan penguasa!"

Wino menggeleng pelan, kemudian berkata lirih, "Yeah, Haters gonna hate."



▪▪▪▪

2 hari yang lalu...

Seorang gadis tengah berbincang dengan seseorang di seberang telponnya itu. Tapi tingkahnya sedikit mencurigakan.

Arranged MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang