▪Four: Wedding▪

7K 325 46
                                    

'Tuhan Sudah mengatur semuanya. Kita sebagai manusia hanya bisa berdoa agar hidup kita sesuai keinginan kita, namun yang namanya hidup tentu tidak akan selalu berjalan mulus bukan?'

▪▪▪▪

Hari ini, Alfariel harus kembali tinggal di rumah kedua orang tuanya, mengingat besok adalah hari pernihakannya. Dia sudah di seret dan dikurung sejak kemarin. Cuman bisa turun makan dan naik tidur. Bahkan mengontrol perusahaan nya saja dia tidak bisa. Handphone, tablet, laptop dan bahkan komputer di kamarnya menghilang bagai terkena mantra sihir Harry potter. Ayolah, bahkan dia tidak bisa menelpon sama sekali. Ibunya benar-benar kejam. Dan selama 2 hari ini dia harus di hadapkan dengan ejekan dan pertanyaan dari adiknya itu. Setiap bertemu adiknya pasti akan bertanya, "bang, cantik gak?" sumpah, kalo bukan adik udah dia buang kali di kali depan kompleks. Pertanyaan yang sangat tidak berfaedah.

Persiapan pernikahan mereka semua sudah siap 100%. Mereka tidak akan mengundang banyak, hanya kerabat dekat. Lagipula ini juga dirahasiakan, bahkan setelah ijab kabul langsung melaksanakan resepsi di tempat yang sama. Bahkan acaranya akan dilaksanakan di rumah Adeeva. Ah, Adeeva, mengingat semua itu dia menjadi kembali mengingat Adeeva. Dan itu membuatnya bertambah frustasi. Ada apa dengannya?

Btw, 2 minggu untuk menyiapkan pernikahan nya itu membuatnya sering bertemu dengan Adeeva dan sepertinya bertambah dekat. Walau kadang masih terkesan canggung satu sama lain.

"Bang Al," Alfariel mendengar dia di panggil namun tidak ada niat untuk bangkit dari kasur nya dan tetap berbaring. Mamanya menghela nafas kemudian berjalan mendekat kearah kasur Alfariel. "Bang Al, ayo makan dulu." 

"Bentar aja ma, belum lapar ini." ujar Alfariel dan makin menggulung dirinya dengan selimut. 

"Heh, ayo bangun, kalo bangun sekarang habis makan mama balikin tab sama laptop kamu." mendengar itu Alfariel langsung bangkit dari tidurnya dan berlari kearah kamar mandi, seperti seorang anak kecil yang di janjikan akan mendapat mainaan baru jika mengikuti perintah mamanya. Dia akan melakukan apapun untuk medapatkan kembali tab dan laptopnya itu. Sedangkan mamanya hanya menggeleng-geleng melihat tinggkah anaknya itu. 

Akhirnya Alfariel makan berdua dengan mamanya karena adiknya belum kembali dari sekolah dan papanya pergi mengurus sesuatu. Alfariel memakan makanannya dengan kecepatan kilat agar tab nya juga dikembalikan secepatnya. Tapi sayangnya dia malah di suruh berganti baju dan menemani mamanya belanja bulanan. Poor Alfariel.

Mau tidak mau pasti Alfariel harus menuruti perintah mamanya, karena perintah seorang mama adalah mutlak, tidak bisa di ganggu gugat. Jadi karena itulah sekarang Alfariel terjebak harus mendorong troli belanjaan dengan mengekori kemana pun mamanya berjalan.

Sebenarnya Alfariel mau-mau saja menemani mamanya berbelanja, tapi yang tidak dia sukai saat sedang pergi ke mall adalah tatapan orang-orang, terutama para wanita yang seperti ingin memakannya. Karena memang terkadang wanita itu bisa menjadi sangat menyeramkan, sama seperti mamanya jika keinginannya tidak terpenuhi. Bisa-bisa terjadi perang dunia ke 3.

"Ma, ini kapan selesainya?" tanya Alfariel entah untuk keberapa kalinya. Dia malah terlihat seperti seorang anak kecil yang kebelet pulang ingin bermain. Mungkin sejenak Alfariel lupa bahwa dia sudah berumur 24 tahun.

"Jangan nanya mulu, udah ikut aja kamu. Nanti juga kalo sama Adeeva kamu juga bakalan bantu dia belanja bulanan kayak gini. Jadi nurut aja sama mama." Alfariel mengendus kesal, tentu dia tidak bisa menang berdebat melawan mamanya itu, jadi dia memilih untuk menurut saja.

Saat sedang berjalan melewati rak-rak buah, tiba-tiba ada yang memanggil mama Alfariel membuat Alfariel berserta mamanya menengok kebelakang.

"Eh, Jeng Rani, lagi belanja juga?" ujar seorang wanita paruh baya yang tadi menyapa Mama Alfariel. Mereka langsung cipika-cipiki sebagai salam formalitas para ibu-ibu arisan.

Arranged MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang