▪Twelve: LDR for 1 week▪

3.8K 201 8
                                    

Mulai minggu ini, selama seminggu, Adeeva akan mengikuti pertandingan persahabatan antar kota di Bandung. Akan memakan waktu cukup lama karena susunannya memang seminggu.

Pertandingan ini memang sudah menjadi tradisi antara Jakarta-Bandung-Jawa Timur, mengadakan pertandingan persahabatan.

Latihan selama berbulan-bulan akan dia tampilkan 4 hari lagi. Dia akan latihan sedikit saat gladi kotor dan berusaha menampilkan yang terbaik nanti.

Sebenarnya, Alfariel berniat ikut dengan Adeeva ke Bandung. Tapi Adeeva menolak dengan alasan, tidak ada yang tau hubungan mereka. Dia tidak ingin menjadi pusat perhatian selain saat tampil nanti.

"Mas ikut ya Dev..." Adeeva menggeleng. Kemudian menatap Alfariel tajam.

"Aku kan udah bilang, mas gak boleh ikut maupun nyusul. Sampai aku liat mas...

Liat nanti akibatnya."

Alfariel menghela nafas pasrah kemudian dia bangkit dari duduknya ingin memeluk istrinya itu.

"Kenapa harus seminggu?"

"Aku tanding hari terakhir," ujar Adeeva sembari membalas pelukan Alfariel.

"Yaudah berangkat sehari sebelum lomba aja Dev." Adeeva melonggarkan pelukannya kemudian menatap Alfariel tajam.

Bel berbunyi berarti jemputan Adeeva sudah datang. Adeeva berpamitan dengan Alfariel. Gadis itu menyalimi suaminya kemudian memberi kecupan singkat di pipi. Kemudian menarik kopernya berjalan keluar dari rumah. Alfariel hanya menghela nafas lemas karena Adeeva telah menghilang dari pintu.

Alfariel juga ikut beranjak dari duduknya karena mendengar suara klakson yang sudah pasti adalah supir nya yang sudah datang setelah menjemput Damar.

Saat masuk kedalam mobil, Damar menyadari raut lesu sang bos. Bukannya ikut prihatin dia malah berniat untuk menjahili atasannya itu.

"Yaelah baru juga pergi si Adeevanya udah lemas aja lu. Cuman seminggu ini, gimana kalau setahun ya?"

Alfariel menatap tajam Damar. Damar hanya bersikap santai sambil memainkan ponselnya, tidak menghiraukan macan yang akan mengamuk di sampingnya itu, dia hanya bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

"Ternyata seorang Alfariel Cirrillo Agler yang terkenal dingin bagai Dry Ice yang susah mencair adalah seorang bucin yang bahkan sudah lemas hanya ditinggal seminggu oleh sang istri. Bagus tuh jadi 'hot news'. Ya gak?" goda Damar sembari menaik-turunkan alisnya.

Alfariel menghela nafas, mencoba menahan emosinya. Untung saja, Damar adalah sahabat satu-satunya, coba kalau tidak...

Mungkin sejak dahulu sudah ada papan batu bertuliskan namanya yang berdiri di depan sebuah gundukan tanah. Untung Alfariel adalah tipe orang yang sabar dan pemaaf. Kalau mungkin dia pendendam, entah berapa balasan yang akan di terima Damar setiap hari karena perbuatannya.

"Hari ini jadwal lo lumayan penuh, berkas-berkas yang harus di tanda tangani sudah ada semua di atas meja lo, jam 9 kita ada rapat kerja sama dengan CX company. Jam 2 kita ada pengecekan gedung baru yang akan diresmikan bulan depan. Terakhir, ada makan malam dengan CEO dari cabang Korea Selatan dan China di hotel restoran hotel Agler tentunya."

Alfariel mengangguk mengerti, kemudian menyalakan tabnya dan membuka beberapa berkas-berkas yang di kirim lewat email. Sedangkan Damar menelpon seseorang, sepertinya untuk menentukan jadwal yang lain. Jadwal-jadwal yang disusun oleh Damar adalah jadwal yang berbeda dengan yang di susun Diandra, karena jadwal yang di Damar seperti jadwal inti perhari, sedangkan jadwal yang di susun Diandra adalah selingan, biasanya bahkan Diandra lah yang datang ke susunan jadwal itu karena jadwal inti terlalu full.

"Adeeva berapa lama akan berada disana?" tanya Damar tanpa mengalihkan fokusnya dari tab-nya.

"Seminggu lagi..."

"Sabar ya pak Bos..."

▪▪▪▪

Seorang wanita masuk kedalam ruangan yang lumayan besar itu sembari memegang paper bag berwarna biru tua yang entah berisi apa.

"Sudah saya bilang bahwa Pak Alfariel sedang sibuk dan tidak ada di ruangan nya. Anda tidak melihat Damar yang berarti Pak Alfariel juga tidak ada." ujar seorang wanita yang ikut masuk dengan tampang kesalnya. Dia sudah memberi tahu bahwa Alfariel tidak ada tapi wanita itu tetap memaksa masuk.

"Kalau begitu, aku akan menunggunya saja," wanita itu melihat-lihat kesekeliling ruangan Alfariel. Wanita di belakangnya berdecak kesal karena wanita dengan gaun merah yang terlihat mengepas di tubuh nya itu sangat keras kepala.

"Pak Alfariel tidak akan kembali ke kantor setelah rapat ini. Anda tidak akan bertemu dengannya bahkan jika menunggu sampai tengah malam."

Wanita itu berjalan mendekati orang yang sedari tadi seperti ingin mengusir nya itu. Wanita itu menatap nya dengan pandangan menilai.

"Kau? Pasti salah satu orang yang mengejar-ngejar Alfariel. Dengar, aku adalah calon istrinya, jangan berani kau mendekati calon suamiku kalau tidak ingin habis di tanganku saat itu juga." ancamnya kemudian berjalan pergi dari sana.

"Sok banget sih! Lagian mau gimana pun Pak Alfariel gak bakalan mau sama lo! Cih, gak tau aja kalau Bos sudah ada yang punya." ujarnya kemudian berjalan keluar dari ruangan Alfariel.


"Al, Diandra bilang, orang gila datang lagi." bisik Damar kepada Alfariel.

Sekarang, mereka tengah berada di tengah-tengah rapat dengan dewan direksi. Bahkan setelah ini dia masih punya rapat lagi di ruangan yang bebeda namun di gedung yang sama.

Alfariel mendengar bisikan Damar namun dia tidak bisa menanggapi karena harus fokus ke rapatnya. Setelah rapat, Damar pergi turun ke kafetaria untuk membeli kopi karena permintaan Alfariel, sedangkan pria berumur 24 tahun itu menunggu di ruang tunggu di sana sembari memainkan ponselnya.

Alfariel duduk dengan kaki menyilang. Gaya bossy yang sangat terlihat dengan wajah tampan dan cool nya itu. Para karyawan hanya dapat melihat dan mengagumi, tidak bisa mendekat kecuali ada keperluan yang sangat di perlukan.

Dengan wajah datar itu, sebenarnya Alfariel tengah menahan rasa penasaran nya. Dia baru saja mengirim Adeeva pesan tapi gadisnya itu tidak membalas sama sekali. Membaca pun tidak sepertinya.

'Apa dia tertidur?'

Karena pesannya tidak kunjung di balas, Alfariel memilih untuk menelpon Adeeva. Dia sudah terlalu rindu padahal baru saja di tinggal beberapa jam yang lalu.

"Al, nih kopi lo." Alfariel mengambil kopinya kemudian berdiri dari duduknya dengan tangan yang menempelkan ponsel nya ke ke telinga miliknya.

"Lo nelpon siapa?" tanya Damar saat mereka telah masuk ke dalam lift.

"My lovely wife."

Damar tiba-tiba ingin muntah mendengar perkataan Alfariel yang terkesan lebay Menurutnya. Ini pertama kalinya bagi seorang Damar mendengar Alfariel akan mengatakan sebuah kata yang mungkin romantis tapi juga terkesan menjijikan jika orang yang menyebutkannya itu benar-benar tidak cocok dengan image kata itu. Seperti Alfariel sekarang.

"Muntah, gaji lo gue potong sebulan."

"Anjir, sabar mah gue..."








▪▪▪▪


Full dengan Alfariel ya guys

Sorry banget kalau gaje dan banyak typo ya. Sorry juga kalau terlalu lama gak up hehehe ;)

Btw, see you next Chapter

Bye

Arranged MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang