▪︎Thirty Four: A Call▪︎

1.9K 125 8
                                        

Don't forget to click vote and give a comment!



****




Sore itu, rintik hujan terus mengguyur kota Jakarta. Entah kapan akan pergi. Sore yang tadinya cerah berubah menjadi gelap hingga malam tiba. Bulan pun di sisihkan oleh awan, mengambil tempat terdepan untuk menjatuhkan bulir-bulir air yang telah ia serap.

Seorang wanita menatap keluar jendela rumahnya dengan tatapan datar. Sebuah pisau lipat di tangannya sejak tadi dia mainkan, dia putar-putar seperti pensil bahkan membuka kemudian menutupnya lagi. Tangan kanannya menjadi penompa tangan kirinya yang sibuk bermain. Matanya menatap hujan dengan pandangan datar dan dingin, sedingin hawa malam itu. Otaknya tengah merencanakan sebuah rencana baru akibat rencana lamanya gagal. Dan sekarang dia tengah berpikir cela apa yang mungkin bisa dia masuki dan membuat rencananya berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan.

"Nona, kami sudah mengerjakan apa yang anda suruhkan." Wanita yang dipanggil Nona itu tersenyum miring. Ekpresi licik muncul mendengar laporan dari bawahannya. Kemudian dia menutup pisau lipat itu dan memasukkannya ke dalam kantong celana bagian belakangnya.

"Antar aku kepadanya!" Pintanya, kemudian pria berbadan besar itu berjalan lebih dahulu dan diikuti oleh wanita itu di belakangnya.

Pria itu membawanya memasuki sebuah ruangan kumuh. Rumah itu sebenarnya adalah sebuah gedung yang di tinggal. Sangat-sangat tidak layak untuk di huni namun mereka malah menghuninya sekaligus menculik seseorang. 

DIdalam ruang itu hanya ada seorang pria berbadan besar yang menjaga di depan pintu dan di tengah ruangan ada sebuah kursi yang diduduki seorang gadis yang seluruh tubuhnya terikat di kursi itu, mulutnya di plester dan rambutnya berantakan. Mata gadis itu terlihat berkaca-kaca menahan tangis, dan saat melihat siapa yang datang dia langsung kembali memberontak ingin di lepaskan. 

Wanita dengan pisau lipat tadi tersenyum sinis. Kemudian berjalan mendekat kearah gadis itu. 

"Hai Vlo, mau melakukan tugas terakhir dariku?"

Gadis yang diculik itu adalah Vlo. Vlo menolak untuk melakukan hal gila yang berakibat dia di culik seperti sekarang ini. Gelengan Vlo mendapat tatapan sinis dari wanita gila itu. 

Dia mengeluarkan pisau lipatnya kemudian mengarahkannya ke pipi Vlo. 

"Satu tolakan, satu goresan. Bagaimana? Ingin berpikir ulang dengan tawarannya?" ucap wanita itu dengan suara lembut yang membuat Vlo merinding, apalagi dengan mata pisau lipat yang sangat terasa dinginnya di pipinya. Vlo hanya dapat berdoa dia bisa segera lepas dari situasi gila ini. 



****



Kesokan harinya...



Adeeva menghela nafas. Kesepian kembali menemaninya. Ya, dia kembali sendiri setelah ibunya tadi menemaninya dan sekarang tengah pergi sebentar ingin mengurus sesuatu. Dia akan kembali sebentar, katanya ada oprasi yang harus dia tangani makanya dadakan. Ya, masalah genting seperti itu mana mungkin Adeeva bisa marah bukan? Lagipula dia dan ibunya masih satu gedung. 

Arranged MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang