▪Thirty One: Another Challange?▪

1.9K 129 4
                                        

Perlahan namun pasti, kelopak mata itu mulai terbuka. Menerjab-nerjab untuk menyesuaikan cahaya yang perlahan masuk dan di proses oleh kornea matanya. Jari-jarinya juga perlahan ikut bergerak dan membuat seseorang yang tertidur di samping kasurnya terbangun.

Nara yang baru saja tertidur sekitar 15 menit yang lalu tiba-tiba terbangun karena jemari Adeeva yang bergerak di genggamannya.

Dia berdiri dengan sigap dan tak sadar meneteskan air mata kebahagiaan karena melihat adik sepupunya itu telah sadar. Dia segera memencet bel untuk memanggil dokter dan memberitahu bahwa Adeeva telah sadar.

Dokter datang dengan secepat kilat dan mulai memeriksa keadaan Adeeva. Setelah pemeriksaan itu, dokter mengatakan bahwa Adeeva telah melewati masa kritisnya dan kindisinya perlahan membaik, yang sedang di tunggu sekarang adalah luka di kaki Adeeva, semoga bisa sembuh total dan Adeeva bisa kembali menjadi atlit nasional. Well sangat di sayangkan bukan kalau bakatnya tersia-sia kan. Siapa yang patut di salahkan jika itu terjadi? Tentu saja Nari.

"Dev, syukurlah kamu sudah sadar. Kakak bahagia banget kamu udah baik-baik aja sekarang." Puji syukur Nara. Dia kembali duduk di kursi di samping ranjang Adeeva. Adeeva yang mendengar itu hanya bisa tersenyum lemah. Ya walaupun dokter mengatakan kondisinya sudah mulai stabil, tetap saja Adeeva masih lemah karena masih ada sisa evek dari obat bius yang di gunakan kepadanya saat dia di operasi.

Dengan lemah Adeeva bertanya, "mana yang lain?"

"Ibu dan ayah kamu dan orang tua Alfariel lagi di mesjid sama adiknya Alfariel juga sih. Terus kalau kamu nanya suami kamu, aku gak tau dia dimana." Raut wajah Adeeva menjadi murung karena Alfariel tidak di ketahui keberadaannya.

Nara yang menyadari raut wajah Adeeva yang berubah menjadi murung berpikir alasan yang lebih baik tentang perginya Alfariel. "M-mungkin Alfariel lagi nanganin kasus Nari Dev. Biar dia cepet dapat pengadilan. Lagiankan kasus dia lumayan berat, dan mungkin Damar butuh bantuan Alfariel untuk meng-handle nya." Ujar Nara mencoba menghibur dan alasan positif dibalik tidak munculnya Alfariel.

"Kamu punya nomornya Mas tidak?" Tanya Adeeva lemah. Nara menggeleng kemudian menunduk menyesal.

Tiba-tiba, pintu terbuka dengan keras dan mengagetkan Adeeva dan Nara. Muncullah Alfariel dengan nafas terengah-engah di balik pintu. Dia langsung berjalan sembari mengatur nafasnya. Dan tanpa Alfariel sadari, dia tersenyum karena melihat Adeeva telah sadar.

"Adeeva..." lirih Alfariel saat berjalan mendekat ke arah ranjang pasien.

Adeeva yang telah di dudukkan dengan bersandar di kasur yang telah di setel menatap Alfariel dalam. Nara berpindah ke sofa agar membiarkan Alfariel menggantikan posisinya.

Saat telah berdiri di samping brankar yang lebih mirip kasur itu, Alfariel langsung memeluk dengan erat Adeeva yang telah terduduk sembari bersandar di bagian kasur yang telah di atur agar dapat membuatnya duduk dengan tegak.

"Em... gue keluar ya, kalian silahkan menikmati waktu berdua." Ujar Nara kemudian berjalan keluar dari kamar inap Adeeva. Namun Nara yang tadinya ingin menunggu di depan saja malah pergi ke tempat lain karena di depan kamar Adeeva ada dua bodyguard yang menjaga dan wajah mereka menyeramkan. Nara jadi merinding dan memilih pergi ke tempat lain.

"Mas dari mana? Kenapa baru muncul sekarang?" Tanya Adeeva penasaran, bahkan pelukan itu belum terlepas ataupun melonggar.

Alfariel yang tau Adeeva pasti akan bertanya menghela nafas pelan kemudian melonggarkan pelukannya, dia menatap mata Adeeva sembari merapikan anak-anak rambut yang berantakan karena tak di sisir.

"Dari kantor polisi. Nari berhasil kabur..." ucap Alfariel dan diakhiri hela nafas lesu.

Adeeva mengelus rambut Alfariel dengan lembut. Memberikan kekuatan secara tidak langsung. Alfariel tersenyum saat Adeeva mengelus kepalanya.

Arranged MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang