▪︎Forty One: At The End▪︎

2.5K 95 8
                                    

1 tahun kemudian...

"Azka bangsat! Kan gue yang duluan!" Keluh Vlo sembari memukul kepala Azka dengan telak.

"Akh! Gila lo sadis bat sama gue!" Protes nya karena pukulan Vlo pada kepalanya cukup kuat dan kencang membuatnya terasa sakit.

Bukannya meminta maaf atau merasa bersalah. Vlo malah memeletkan lidahnya keluar mengejek Azka. Dan itu berhasil menbuat Azka makin kesal.

"Ribut mulu lo dua. Jadian aja sana!" Ucap Wino yang jengah dengan kedua orang di depannya yang kerjanya cuman bertengkar. 

"Ye... gak sudi gue! Lagian my honey bunny sweety Niel adalah yang terbaik." Ucap Vlo dengan ekspresi berbunga-bunga sembari membayangkan sosok sang pacar.

Azka dan Wino tiba-tiba merasa geli dan membuat gerakan muntah karena perkataan Vlo terlalu lebay. Dan otu berhasil membuat Vlo kembali kesal dan berakhir memberi keduanya sebuah pukulan telak.

"Akh!" Ringis keduanya secara bersamaan. Kemudian keduanya menatap Vlo dengan tajam.

"Suka banget mukul orang." Ujar Wino sembari mengelus lengannya yang terkena tabokan maut Vlo.

"Gak juga. Tapi kalo ke kalian emang tangan gue itu gak bisa diam."

"Jadi kalo sama Niel?" Tanya Wino.

"Kalo Niel, pengennya di sayang mulu..."

Wino dan Azka kembali merinding karena perkataan Vlo. Ya begitu memang orang lagi kasmaran.

"Sekarang lo tabok, dulu aja lo ngejar–akh!" sayangnya belum selesai Azka berbicara, Vlo yang tau apa yang akan di bahas Azka langsung meraih telinga Azka dan menjewernya.

"Mau bilang apa lo hah!" Galaknya.

"Iya iya, gak gue bahas lagi dah!"

"Awas aja lo, ada Niel ngomong ngelantur. Gue gibeng beneran!" Azka mengaguk sedikit kesusahan. Kemudian akhir Vlo melepaskan jewerannya.

"Eh, Niel dateng tuh!" Ucap Wino yang membuat Vlo langsung menoleh dan berdiri dari duduknya.

"Hoi!" Sapa Niel ke Wino dan Azka.

"Bebep ku!" Icap Vlo kemudian memeluk Niel yang telah berada di sampingnya.

Untuk ketiga kalinya, Wino dan Azka ingin menghilangkan diri saja.

Tak lama kemudian. Muncul Zolan, Ricki dan Reno. Ketiganya ikut duduk bergabung di meja berbentuk bundar itu.

"Udah pada pesen belum?" Tanya Reno ke Niel, Wino, Azka, dan Vlo.

"Udahlah! Lo pada aja yang lama datengnya." Ucap Wino sedikit sewot.

"Ngapa lo? PMS?" Tanya Zolan mempertanyakan sikap Wino yang sedikit sinis.

"Anjiran! Gue cowok tulen bangke! Lagian disuruh janjian jam 1, dateng jam 2. Apaan tuh!" Keluhnya.

"Tau nih bocah-bocah. Yang namanya cowok gentle itu harus tepat waktu!" Seru Vlo yang langsung di setujui Niel, Azka dan Wino.

"Yee... bukan kita kok yang paling telat. Tuh, bos besar juga belum dateng." Ucap Zolan.

"Elu udah salah, gak usah bawa-bawa orang lain. Dia mah udah bilang bakal telat kali. Lupa, tanggal berapa hari ini?" ujar Vlo sedikit sinis.

Zolan, Reno, Ricki mengangguk mengerti. Kemudian ketiganya memilih untuk memesan makanan sembari menunggu kedatangan sang bos.

▪︎▪︎▪︎▪︎

Tempat pemakaman itu terasa sepi dan dingin. Belum lagi cuaca yang tengah mendukung memberi kesan lebih mendalam lagi.

Seorang gadis muda tengah berdiri di dekat salah satu makam dan berjongkok di sampingnya sembari membersihkan makam itu yang sudah di tumbuhi rumput-rumput liar. Kemudian setelahnya, dia berdoa sejenak sebelum meninggalkan tempat itu.

Arranged MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang