▪Twenty Five: Hopeless▪

2.1K 138 9
                                    

Sudah seminggu dan Adeeva belum juga ditemukan. Bahkan informasi ataupun jejak sama sekali tidak ada. Mereka mencari dengan buta arah.

Alfariel tetap berkerja, tapi tetap saja fokus otaknya terbagi dua. Maka dari itu Ayahnya sedikit membantu menghandle urusan kantor, karena dia tau Adeeva adalah satu-satunya prioritas Alfariel saat ini.

Seluruh pelosok Jakarta telah di telusuri bawahan Alfariel bahkan mereka membuat tim yang terdiri dari bawahan Alfariel dengan polisi setempat. Namun, belum ada tanda-tanda ataupun petunjuk sedikitpun. Penculikan yang dilakukan untuk menculik Adeeva sangat rapi dan bersih, dan yang pasti rencana penculikan ini sudah di rencanakan dari waktu yang lama.

"Tuan, Tim 10 menemukan mobil yang sama yang menculik Nona di sekolahnya. Mobilnya ditemukan tenggelam di danau dan sudah rusak parah." Alfariel mengangguk mengerti.

Pria itu bangkit dari kursi kebesarannya. Berdiri di belakang kursinya dan mengambil jas yang tergantung dengan rapi di kursi itu kemudian langsung memakainya. Setelah merasa rapi, pria berumur 24 jalan 25 itu berjalan di belakang Damar karena dia dan Damar akan ke lokasi penemuan mobil yang menculik Adeeva.

Di dalam mobil, keadaan sangat hening. Biasanya Damar akan sangat ribut dan membuat telinga Afram bisa saja mendaftar di dokter THT, namun sekarang ini pria singel itu sangat diam. Mungkin dia juga merasa sedih dan tidak ingin membuat Afram bertambah setres dengan kegilaannya.

"Tuan, kita sudah sampai." ujar pak Ujang yang mendapat anggukan dari Afram dan Damar. Kedua pria dengan setelan jas itu beranjak keluar dari mobil mendekati sebuah mobil yang terlihat basah dan mengeluarkan air. Mobil itu juga sedang di kerumuni petugas kepolisian yang sedang memeriksa apa ada petunjuk tentang kasus penculikan ini.

Kehadiran Alfariel dan Damar di sadari dengan sang  detektif dari kepolisian yang sedang berbincang dengan anak buahnya dan kapten dari tim Alfriel. Pria yang berumur kisaran sekitar 30 tahun itu berjalan menghampiri Alfariel yang berjalan di depan Damar yang memang sedikit lebih lambat karena sedang mengawasi keadaan.

"Tuan Agler. Selamat siang!" sapa detektif itu kepada Alfariel dan Damar. Alfariel hanya mengangguk sedangkan Damar tersenyum ramah.

"Jadi apa yang bisa kalian simpulkan untuk sejauh ini?" tanya Alfariel dengan suara tegasnya.

"Tadi pagi, tim 3 menemukan kejanggalan di CCTV yang berada tiang listrik yang berada di luar terowongan itu. Mobil hitam itu adalah satu-satunya yang masuk, namun tidak keluar sama sekali. Yang keluar adalah mobil Pajero Sport berwarna hitam. Kami sudah mencoba melihat kedalam mobil namun kaca mereka terlalu gelap. Kami hanya menemukan sampai di plat nomor yang sekarang tengah di lacak keberadaannya." jelas Detektif itu kepada Alfariel.

Alfariel melihat kearah mobil sedan hitam yang masih meneteskan air dari danau itu. Kemudian menatap sanga detektif kembali, "tidak ada petunjuk di mobil itu?" tanya Alfariel lagi.

"Sayangnya tidak ada. Pelaku diduga berkelompok, dan mereka sangat-sangat memperhatikan detail yang mungkin saja bisa menjadi petunjuk. Bahkan di kursi mobil, alas kaki, setir dan bagian lainnya tidak di temukan sidik jari maupun jejak sepatu. Kecuali sepatu dan sidik jadi korban. Dengan begini, kita juga tau. Penculikan ini sepertinya telah di rencanakan sejak lama. Melihat seberapa detailnya sang penculik menghilangkan jejak, belum lagi dia tau cara untuk susah di lacak. Sang penculik pasti tidak menculik dengan sembarangan. Pasti ada niat dari penculikan ini." Alfariel mengangguk menyetujui penjelasan Detektif. Penculikan seperti ini, yang detail sedikitpun tidak ada yang bisa dijadikan petunjuk.

"Bagaimana dengan plat mobil yang satunya lagi?"

"Kami sedang melakukan pelacakan sekarang ini. Mudah-mudahan sebentar malam bisa ketemu." Alfariel menghela nafas pelan.

Arranged MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang