IPA #11

100K 3.8K 73
                                    

"Pengecut bukan prinsipku. Kalaupun harus melawan, mari lakukan!"

--Aalia Banan--

Selamat Membaca🤓

💊💊💊

"KAU yakin ingin berangkat sekolah, Aal?" Tanya Sarah padaku yang tengah mengunyah sandwich buatannya.

"Pasti, Ma!"

"Bagaimana jika kamu bertemu Ronald?"  Tanya Sarah ragu-ragu.

Aku terdiam. Mengingat wajah Ronald yang berengsek membuat traumaku kambuh lagi nanti. Itu sih kata temannya Adnan yang bernama Leo-Leo itu.

Tapi kalau aku tidak sekolah, bisa-bisa aku akan terlihat lemah di mata Ronald. Aku akan memberikan dia pelajaran. Dia sudah melecehkanku. Lalu apa yang akan kubalas untuk membuatnya menderita? Hmm...

Ronald itu bukan orang kaya seperti diriku. Dia itu hanya imigran yang pindah dari Amerika ke Indonesia. Orangnya itu tidak tahan alkohol tetapi dia sangat kecanduan.

Sekali saja dia meneguk alkohol, pasti dirinya akan mabuk. Ah, ya! Alkohol.

"Tidak, Ma! Aku akan sekolah." Jawabku yakin.

"Yasudah kalau itu mau kamu. Berangkat sama Adnan ya."

"Adnan?"

"Mobilmu kan masih disita."

"Oh iya." Ujarku menjadi tak semangat. "Ck, kapan sih si Situmorang itu ngembaliin Cica." Lanjutku sambil berdecak.

"Cica?"

"Itu nama Mobil Aal, Ma!"

Aku bisa melihat kalau Sarah terkekeh. Di belakangku sudah ada Adnan dengan balutan kemeja dan jas coklat keemasan seperti orang kantoran. Aku pun mengerutkan dahi.

 Aku pun mengerutkan dahi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nah, Adnan sudah rapi. Kamu bawa bekal kamu, jangan lupa nanti di makan!"

Aku menatap ke arah kotak makan dan botol minum berwarna pink tua yang disodorkan Sarah dengan senyuman yang mengembang di bibirnya. Ingin sekali aku menolak karena diriku bukan lah anak ingusan yang sering dibawakan bekal. Namun jika aku melakukannya, Mama tiriku itu akan kecewa.

"Aal?" Panggil Sarah yang membangunkan lamunanku.

"Ah iya? Iya, Ma! Sini Aalia bawa."

Dengan--sangat--terpaksa, aku mengambil kotak makan itu dan menaruhnya di tasku, sedangkan botol minumnya masih aku pegang. Aku mencium tangan Sarah dan mencium pipinya.

"Belajar yang betul ya, Sayang!" Ucap Sarah dan aku hanya menyengir lebar. Memperlihatkan gigi-gigi putihku yang rapi dan bersih.

 Memperlihatkan gigi-gigi putihku yang rapi dan bersih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Imam Pilihan Ayah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang