IPA #12

94.9K 4K 75
                                    

"I love myself and i don't need anybody else."

🎵Love Myself - Hailee Steinfeld🎵

Selamat membaca🤓

💊💊💊

PERCIKKAN air jatuh membasahi wajahku hingga aku mengerjapkan mata. Aku membuka mataku perlahan untuk mengadaptasikan pupilku dengan cahaya sekitar.

Hal pertama yang aku lihat adalah wajah menyebalkan Adnan. Aku mendengus kesal. Mengapa disaat aku baru bangun saja yang aku lihat dia?

Wait!

Kenapa bisa ada Adnan? Bukannya aku baru saja selesai upacara?

Aku langsung saja tersentak dan segera duduk.

"Kok lo ada disini?" Tanyaku to the point.

"Ini, Om!" Ujar Meisya--si 'mantan' ketua PMR--seraya memberikan teh hangat kepada Adnan. Di meja tunggu pun ada beberapa anak PMR juga yang tengah memegang kompres, perlengkapan obat-obatan.

"Sudah acara mabuk-mabukkannya?" Tanya Adnan. Dia menawarkanku gelas tehnya dan aku memalingkan wajah menolak.

Mendengar suara ketusnya, Meisya dan anak PMR lain seperti pamit undur diri untuk pulang, karena mereka membawa tas. Aku tidak tahu sekarang pukul berapa.

"Kenapa?"

"Kamu masih tanya 'kenapa', Aal? Masya Allah, kamu baru aja bawa miras ke sekolah, Aal!"

Baru aku ingin membuka mulutku untuk protes, pintu UKS kembali terbuka. Aku bisa melihat pria paruh baya yang menjabat sebagai Kepala Sekolah disini. Aku pun mengurungkan aksi komat-kamitku.

"Aalia Banan Mahendra, putri dari Bapak Bayu Mahendra?" Tanya si Kepala Sekolah.

Aku tidak menatapnya. Aku melihat ke arah lain malas.

"Saya tahu apa yang baru kamu alami beberapa hari lalu. Kehilangan seorang ayah di saat kamu sudah piatu memang masa-masa yang berat di usia kamu yang masih remaja. Tapi, apa dengan melakukan pelanggaran seperti membawa minuman keras ke sekolah akan membantu menghilangkan stresmu, Aalia?"

Si Kepala Sekolah menghela napas sebelum melanjutkan, "Saya memang tidak seagama denganmu, tapi kamu kurang mendekatkan diri kepada Tuhanmu, Aalia. Bukan hanya bagi kesehatan tubuh, tapi alkohol juga berdampak negatif untuk mental dan masalah sosialmu, Aalia."

Aku menghela napas kesal. Aku benci diceramahi!

"Kamu tahu kan apa sanksi bagi siswa yang membawa narkoba atau minuman-minuman keras apalagi mengkonsumsinya?" Tanya si Kepala Sekolah.

Adnan pun daritadi hanya diam, menyimak dialog antara aku dan bapak yang paling terhormat di sekolah ini. Ralat, sebenarnya hanya dia yang bermonolog.

"Kamu akan dikenakan sanksi dikurangkan poin 50, mendapatkan surat peringatan satu dan dua, lalu diskors selama seminggu."

"Ya, I see, Pak! Sekarang, sudah selesai kan basa-basinya? Kepala saya pusing, Pak!" Responku ketus.

Aku tidak ingin melihat respon mereka balik. Aku pun berbaring kembali memunggungi mereka dengan merubah posisiku hingga brangkar UKS ini berdecit. Tak disangka air mataku mengalir ke arah samping dan jatuh ke permukaan brangkar.

Punggungku bergetar, mencoba menahan tangis. Bukannya salah satu dari mereka memarahiku yang bersikap tidak sopan pada orang nomor satu di sekolah ini malah suara pintu terbuka yang kudengar. Aku bisa mendengar kursi yang ada di ruangan ini berbunyi karena berpindah posisi.

Imam Pilihan Ayah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang