IPA #46

65.8K 2.7K 31
                                    

"Berbohong untuk kebaikkan itu tidak apa-apa. Asal bukan kebohongan untuk keuntungan diri sendiri."

--Queen Garritsen--

Selamat Membaca🤓

💊💊💊

ADNAN baru saja keluar dari kamar Clara saat pria itu baru saja membenarkan perban Clara yang baru saja dibukanya tadi. Leo pun segera beranjak pulang untuk mengambil beberapa keperluan untuk dirinya dan adik tirinya itu.

Adnan hanya meng-iya-kan dan ia akan kembali ke ruangan Aalia, takut-takut jika sesuatu terjadi padanya lagi dan peneror itu akan membuat ulah lagi.

Adnan berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sudah sangat sepi, dingin, remang, dan mencekam. Namun, dia hanya bisa melafalkan nama penciptanya di dalam hati, memohon perlindungan.

Dengan gagah dia terus berjalan, melawan arah angin dingin yang menusuk kulitnya. Sesekali berpapasan dengan suster yang berjaga.

Dia menggunakan lift untuk turun dari lantai enam ke lantai empat dimana kamar rawat baru Aalia berada.

Belum saja dia keluar dari lift tersebut. Tiba-tiba ...,

BRAKKK!

Seorang wanita menabrak dirinya.

"Astaghfirullah," gumam Adnan pelan. Dia berusaha menetralkan detak jantungnya kembali.

"Astaga, maafkan aku, aku tidak sengaja!" ucap wanita itu ketakutan.

Mereka tidak terjatuh, tapi keadaan rumah sakit yang mencekam membuat jantung mereka hampir saja melompat.

Saat ia melihat orang itu, Adnan menyadari sesuatu. "Lisa?"

Wanita itu menengok. Dia terlihat lebih terkejut sekarang.

"Ad-ad-Adnan?" gugup Lisa. Jantungnya berdegup sangat cepat dari sebelumnya, matanya pun membulat sempurna saking terkejutnya.

"Apa yang kau lakukan disini? Mengapa kau ...," Adnan melihat Lisa dari atas sampai bawah. "Mengapa kau ketakutan dan sangat berantakkan sekali?"

"A-a-Adnan. A-a-aku ..., a-a-aku tadi-"

"Lisa, kau kenapa sebenarnya? Duduk dulu. Atur napasmu."

Adnan menuntun Lisa untuk duduk di salah satu kursi panjang rumah sakit.

"Ada apa, silakan cerita kepadaku."

Lisa masih saja megap-megap. Tangannya gemetar sekali dan sangat kencang meremas jas dokternya. Dahinya mengeluarkan keringat. Entah apa yang terjadi padanya.

"A-ad-adnan, ada sesuatu yang ha-harus aku kerjakan. Permisi," ujar Lisa seraya berdiri lalu meninggalkan Adnan sendiri.

"Lisa!"

Belum sempat Adnan menahan dokter cantik yang merupakan mantan kekasihnya itu untuk tetap duduk dan bercerita padanya, Lisa sudah memasuki lift yang masih terbuka lebih dahulu.

Adnan tentu saja mengerutkan dahi. Lisa berkelakuan aneh, dan dia curiga.

"Dia baru saja datang dari arah dimana kamar Aalia berada. Apa ...," Adnan terdiam sebentar, "apa benar pelaku teror itu adalah Lisa?"

Adnan mencoba berpikir keras, "tapi apa arti B26 itu?"

"Ck~" Adnan berdecak seraya bangkit dari duduknya dan langsung memeriksa kamar Aalia.

Imam Pilihan Ayah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang